BAB 07 - cium ?

17 2 0
                                    

Qiara berjalan menaiki tangga menuju lantai dua sambil membawa nampan berisi segelas coklat panas yang kemarin ia beli di supermarket. Kini, gadis itu akan membawanya ke ruang kerja Arkan karena laki-laki itu sedang bekerja.

Qiara menarik nafas dalam-dalam sebelum dirinya masuk kedalam ruang kerja Arkan, gadis itu mengetuk pintu terlebih dahulu lalu masuk saat Arkan mengizinkan nya masuk.

"Assalamualaikum, kak Arkan. Ini Qiara bawa coklat panas untuk nemenin kakak kerja." Ucap gadis itu sembari menaruh segelas coklat panas ke meja kerja Arkan.

"Terimakasih," Jawab Arkan, menyambut hangat kehadiran Qiara.

"Sama sama kak, kalo gitu Qiara izin balik ke kamar."

"Qiara tunggu!!"

Qiara hendak berbalik badan namun urung saat Arkan menahannya, gadis itu seketika terdiam dan kembali menghadap Arkan.

Kemudian Arkan beranjak dari kursi lalu melangkah ke hadapan Qiara. Ia menatap wajah mungil Qiara yang terlihat cantik malam ini. Ada rasa bangga dalam diri Arkan melihat Qiara yang sudah tidak malu membuka hijab didepannya. Iya, sekarang Qiara sudah tidak menggunakan hijab jika di rumah. Malam ini gadis itu terlihat cantik dengan baju piyama nya serta rambut yang di jedai asal.

"Kamu disini aja, ya? temenin saya kerja." Ucap Arkan sontak membuat Qiara terkejut.

Gadis itu mengerutkan keningnya, alisnya menyatu seperti bingung dan tak percaya dengan apa yang Arkan katakan barusan.

"E- a--aku." Qiara benar-benar gugup.

"Udah gak papa, sini kita minum coklat panas buatan kamu." Arkan menarik tangan Qiara untuk duduk di sofa.

Mereka berdua duduk bersebelahan di sofa panjang yang tersedia di ruang kerja Arkan. Arkan meraih gelas di atas meja lalu membawanya ke hadapan Qiara.

"Kita cobain sama sama."

Arkan meniup pelan coklat yang masih panas tersebut secara perlahan, sementara Qiara hanya diam sambil berusaha menetralkan detak jantungnya yang berdetak tak karuan. Apalagi melihat wajah Arkan yang jaraknya sangat dekat dengan wajahnya, membuat Qiara tidak bisa berkutik.

"Nih cobain, bismillah." Ujar Arkan menyodorkan coklat panas ke mulut Qiara.

Qiara reflek menjauhkan wajahnya, gadis itu menggeleng kepala. "Ini buat kak Arkan, kenapa aku yang minum?" Tanyanya.

"Gak papa, kita minum berdua. Berpahala tau suami istri minum dalam gelas yang sama. Kamu duluan yang cobain," Arkan kembali menyodorkan gelas ke mulut Qiara.

Tak enak menolak, perlahan gadis itu menerima suapan dari Arkan. Ia meneguk dua kali coklat panas tersebut lalu menyudahinya.

"Sudah? enak gak?" Tanya Arkan.

Qiara tersenyum, senyum yang sangat tulus. Menandakan ia senang dan bahagia, menatap wajah Arkan dengan jarak sedekat ini lebih tenang, suaminya itu benar-benar tampan di setiap pahatan wajahnya.

"Enak." Jawab Qiara.

"Masa sih?" Arkan gantian meneguk coklat panas buatan Qiara, laki-laki itu minum tepat di bekas bibir Qiara tadi. Arkan sengaja melakukan itu, dan hal tersebut berhasil membuat Qiara salah tingkah sendiri.

"Iya ya, enak." Kata Arkan berhasil membuat senyum Qiara lepas. "Kamu beli dimana, kenapa bisa seenak ini?" Tanya Arkan lagi.

"Kemarin Qiara beli di supermarket sekalian belanja bulanan. Qiara sengaja beli itu buat kak Arkan." Jawab Qiara.

"Wih, makasih."

"Sama sama kak. Oh, iya. Kemarin waktu di supermarket aku dapet teman tau, kak?" Tiba-tiba saja Qiara membuka topik pembicaraan yang membuat Arkan antusias untuk mendengarkan.

Perjodohan Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang