BAB 06 - teman baru

19 2 0
                                    

Qiara sedang bergulat dengan perlengkapan masak didalam dapur. Pagi ini gadis itu mencoba untuk menyempurnakan kewajibannya sebagai istri dengan memasak untuk Arkan. Tapi, berhubung mereka belum membeli bahan masakan dirumah, akhirnya Qiara akan memasak nasi goreng untuk mereka.

Setelah siap menggongseng nasi goreng didalam teflon, Qiara memindahkannya kedalam dua piring kosong untuk nya dan untuk Arkan. Qiara menghirup aroma dari nasi goreng buatannya, menurut Qiara tidak terlalu buruk. Dari aroma sudah meyakinkan untuk dimakan.

Lima detik dari situ, terdengar suara langkah seseorang yang sepertinya hendak ke dapur. Qiara yakin siapa pemilik langkah tersebut, dan benar saja, dia adalah Arkan.

Qiara tersenyum menyambut laki-laki itu lalu memintanya untuk duduk di kursi. Qiara segera meletakkan sepiring nasi goreng dihadapan Arkan, lalu meraih kotak sendok untuk mengambil sendok dan garpu. Tidak lupa Qiara menuang air minum kedalam gelas.

"Maaf, ya, kak. Pagi ini sarapannya pake nasi goreng dulu soalnya Qiara belum beli bahan masakan." Kata Qiara ikut duduk di hadapan Arkan.

"Gak masalah, yang terpenting apapun makanan yang kita makan bisa bermanfaat dan mengenyangkan." Jawab Arkan membuat hati Qiara senang.

Mereka berdua segera menyantap hidangan dihadapan mereka. Arkan melotot saat merasakan betapa nikmat nasi goreng buatan istrinya, Arkan tidak menyangka jika Qiara bisa memasak seenak itu.

"Jam 10 saya mau ke kampus untuk ambil flashdisk saya yang ketinggalan, kalo semisalnya saya pulang lama sampe Dzuhur, kamu makan siang duluan aja."

Mendengar ucapan Arkan membuat Qiara reflek memasamkan wajahnya. Entah kenapa ia tidak suka Arkan akan pergi, berhari-hari bersama Arkan rasanya Qiara sudah nyaman, dan ingin selalu dekat dengannya.

"Qiara?" Panggil Arkan.

"I-iya kak? oh, kak Arkan mau pergi?" Tanya Qiara memastikan dan Arkan mengangguk. "Ya sudah, nanti Qiara juga izin pergi ke supermarket boleh? buat belanja bahan masakan." Tanya Qiara.

"Boleh, nanti berangkat nya sama saya. Tapi maaf saya gak bisa anter kamu pulang lagi, nanti saya pesenin taksi online."

"Iya, kak, gak papa."

Yah, Qiara terpaksa harus membiarkan Arkan pergi. Lagipula hanya sebentar, tak akan membuat nya rindu pada laki-laki itu. Mengingat tujuan Arkan yang ingin ke kampus, Qiara bertanya tanya dalam hati. Apa suaminya itu masih kuliah? untuk apa ia ke kampus.

Qiara sangat ingin bertanya kepada Arkan namun ia masih belum punya keberanian. Biarlah waktu yang membawanya untuk mengetahui apa pekerjaan dan kesibukan suaminya itu.

*****

Diantar oleh Arkan ke supermarket, Qiara merasa tidak enak lantaran merepotkan laki-laki itu. Padahal ini juga salah satu kewajiban Arkan sebagai suami mengantarkan istri, tapi entahlah Qiara selalu merasa tidak enak jika menyangkut pertolongan Arkan.

Setelah sampai di supermarket, Arkan langsung pamit untuk pergi karena dirinya sudah buru-buru. Sementara Qiara segera masuk kedalam supermarket, didalam benda yang pertama kali Qiara ambil adalah troli.

Qiara mengambil sesuatu dalam tasnya, gadis itu mengamati sebuah kertas kecil tebal berwarna hitam. "Kok aku ragu, ya mau pake kartu ini?" Gumam gadis itu.

Kartu yang Qiara maksud adalah blackcard yang diberikan Arkan dirumah tadi. selama hidup, Qiara tidak pernah menggunakan kartu semacam ini atau sekedar melihat saja, Qiara tidak pernah. Itu yang membuat Qiara takut untuk membayar, heran saja masa iya dengan kertas sekecil itu bisa dibelikan belanjaan yang banyak.

Perjodohan Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang