BAB 19 - Quality time

18 3 0
                                    

Malam hari, tepatnya selesai sholat isya. Arkan menemui Qiara yang tengah duduk di ruang keluarga kemudian duduk di sebelah gadis itu. Ia yang baru saja kembali dari ruang kerjanya, merasa sedikit kelelahan.

Qiara menoleh ke arah sang suami, keningnya sedikit mengerut melihat ekspresi lelah dari wajah Arkan. Seketika, Qiara meletakkan cemilan yang semula ia pangku ke atas meja.

"Kak Arkan capek?" Tanya Qiara.

Arkan mengangguk kecil sembari tersenyum.

"Mau, Qiara buatkan kopi atau coklat panas? biar badannya agak enakan." tawar gadis itu.

"Boleh." Jawab Arkan.

"Yauda, Qiara buat sebentar. Kak Arkan tunggu disini." Setelah mendapat anggukan dari Arkan, Qiara segera beranjak dari duduknya lalu menuju dapur hendak membuat kan Arkan minum.

Sedang, Arkan duduk anteng di sofa sembari menyandarkan tubuhnya ke sandaran sofa. Ia memejamkan matanya sejenak untuk menghilangkan rasa lelahnya.

Sepuluh menit, Arkan membuka matanya saat mendengar jejak kaki yang akan mendekat. Ternyata, itu adalah Qiara yang sudah kembali dari dapur sembari membawa segelas coklat panas.

"Kak, Qiara buat coklat panas aja, ya? soalnya kalo kopi takut kak Arkan malah nggak bisa tidur." Ucap gadis itu meletakkan coklat panas di atas meja.

"Iya, nggak papa. Makasih, ya!" Arkan meraih gelas tersebut dari atas meja, lalu meneguk nya hingga setengah.

Qiara kembali duduk di sebelah Arkan dan melanjutkan memakan cemilannya. Qiara senang karena Arkan mau menemani dirinya untuk menonton televisi malam ini, sebelum sebelum nya Arkan selalu sibuk bekerja sampai jarang ada waktu di rumah.

"Ekhem!"

Deheman Arkan berhasil membuat Qiara menoleh, gadis itu menatap mata Arkan yang ternyata sudah lebih dulu menatap wajahnya.

"Saya, mau bicara sama kamu."

Ucapan Arkan sungguh membuat Qiara bingung, sampai gadis itu terpaksa meletakkan kembali cemilannya di atas meja. Qiara memiringkan sedikit tubuhnya agar lebih leluasa menghadap Arkan.

"Bicara apa, kak?" Tanya Qiara.

"Qiara, saya mau tanya sama kamu."

"Ta-tanya apa?" Ujar Qiara.

Arkan menunduk sejenak, lalu berusaha menenangkan hatinya agar tidak grogi.

"Selama hampir tiga bulan kita menikah, kamu bahagia tinggal sama saya?"

Mendapat pertanyaan tersebut, Qiara lantas semakin kebingungan. Terkejut sekaligus aneh melihat Arkan malam ini, suaminya itu seperti sedang serius dalam segala hal. Berbeda dengan hari biasanya yang agak santai.

"Maaf sebelumnya, kak. Sampai saat ini, Qiara bingung gimana perasaan Qiara sama kak Arkan. Jujur, Qiara udah nyaman, tapi kalo ditanya cinta Qiara nggak tau. Karena Qiara sendiri juga nggak ngerti cinta itu seperti apa."

Hati Arkan terasa sedikit sakit mendengar jawaban gadis itu. Ia jadi merasa bersalah karena telah membuatnya harus seperti ini, Arkan belum bisa memastikan hatinya kepada Qiara.

"Maaf, ya, saya belum bisa buat kamu bahagia. Saya jarang ada waktu buat kamu, jujur, kehadiran kamu sedikit merubah hidup saya. Ra, jangan pernah berpikir untuk pergi, ya? saya selalu berusaha untuk membuat mu bahagia, jika suatu saat kamu tidak bahagia bersama saya, maka saya persilakan kamu untuk pergi."

"Kak?" Lirih Qiara, jantung nya berdebar aneh. "Kenapa bicara seperti itu?"

Arkan menggenggam tangan lentik Qiara dan membawanya ke pangkuan Arkan. Sesekali ia mencium tangan gadis itu lamat-lamat.

Perjodohan Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang