BAB 12 - sudah lebih baik.

20 3 0
                                    

Pukul dua siang, Qiara duduk di ruang tamu tanpa melakukan apapun. Gadis itu masih terus memikirkan sikap Arkan tadi pagi. Hal itu sampai membuat Qiara jadi tidak semangat apa-apa.

Bayangkan saja, keaktifan Qiara mendadak hilang karena hal ini. Sekedar membersihkan rumah saja Qiara urung, lagi-lagi otak nya memikirkan Arkan.

Berulang kali Qiara berusaha keras untuk tidak memikirkan, tapi otaknya malah terus menuju ke sana. Gadis itu menyandarkan tubuhnya ke sofa, merasakan kesunyian rumah tersebut sebab hanya ada Qiara disana. Rumah mewah dan besar itu tampak redup, ternyata rumah mewah tidak menjamin kita merasa bahagia.

Dulu sebelum menikah, Qiara tinggal berdua dengan ibunya di rumah yang cukup dibilang kecil, tapi setiap hari Qiara banyak melakukan aktivitas menyenangkan. Berbeda dengan disini yang lebih banyak berdiam diri.

Mengingat sang ibu, Qiara jadi rindu dengan wanita itu. Sudah lama sekali Qiara tidak berkunjung, apa kabar dengan ibunya itu? Qiara ingin sekali menjenguk ibunya tetapi ia tidak bisa pergi sebelum izin dengan Arkan. Mau bagaimanapun kewajiban Qiara juga untuk izin.

Tapi, karena jarak rumahnya dan rumah sang ibu sangatlah jauh membuat Qiara takut pergi sendirian. Qiara tidak bisa mengendarai kendaraan apapun, jika menggunakan transportasi umum juga Qiara tidak berani.

Mungkin setelah keadaan sikap Arkan membaik, barulah Qiara akan mengajak nya berkunjung ke rumah ibu Hani. Qiara akan siap menunggu walaupun tak tau kapan waktu itu tiba.

tok! tok!

"Assalamualaikum."

Qiara terperanjat, suara ketukan pintu membuat gadis itu dengan cepat meraih hijab yang tergantung disebelah sofa. Setelah itu, Qiara berlari kecil menuju pintu utama dan mulai membuka kuncinya.

"Wa'alaikumsalam." Ucap Qiara, ia terkejut melihat sosok laki-laki berbadan besar dengan penampilan rapih didepan pintu rumahnya.

"Maaf, Mas, cari siapa?" Tanya Qiara.

"Selamat siang, apa ini rumah Arkan?" Tanya laki-laki tersebut.

Qiara mengangguk pelan. "I-iya. Ada apa, ya, mas?" Tanya Qiara lagi.

Qiara menggeser tubuhnya sedikit saat laki-laki itu terus menatap Qiara dengan tajam. Sedang sang lelaki tersebut malah terkekeh melihat ekspresi wajah Qiara.

Qiara semakin ketakutan, tangannya ingin sekali menutup pintu dan menguncinya agar laki-laki tersebut segera pergi. Namun Qiara masih mempunyai adab, mana mungkin ia melakukan itu kepada orang, akan terkesan tidak sopan, bukan.

"Haha, kenapa wajah kamu ketakutan gitu? tenang aja, saya gak bakal macem macem kok. Saya orang baik, Insyaallah." Ucap laki-laki itu.

Qiara hanya tersenyum tipis, tapi masih berusaha menjauhkan diri dari jangkauan laki-laki itu.

"Saya kesini mau cari Arkan, apa dia ada dirumah?"

"Kak Arkan belum pulang." Jawab Qiara.

"Oh, masih ngajar, ya?"

Qiara mengangguk saja. Dalam hatinya, ngapain bertanya jika sudah tahu!

"Kamu pasti istri nya Arkan? saya teman dekat Arkan, kedatangan saya kemari mau mengembalikan laptop Arkan yang kemarin saya pinjam." Ucap laki-laki itu sembari menunjukkan laptop yang ia pegang.

"Oh, kakak temennya, kak Arkan." Qiara tersenyum lebar saat mengetahui siapa laki-laki itu. Awalnya Qiara berpikir laki-laki tersebut adalah orang asing yang akan melakukan kejahatan kepadanya.

"Iya, saya temen Arkan."

"Tapi kak Arkan nya masih di kampus."

"Yauda gak papa, saya titip aja laptop ini ke kamu. Kan kamu istri nya." Kata laki-laki itu.

Perjodohan Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang