BAB 10 - Azka?

16 2 0
                                    

Arkan berjalan pelan memasuki lobby kampus tempat nya mengajar. Hari ini ia merasa senang sebab bisa kembali menuaikan tugasnya setelah seminggu libur. Para mahasiswa dan mahasiswi yang melintas disekitar Arkan, mendadak salah tingkah melihat dosen kesayangan mereka telah kembali.

Sejauh ini, Arkan memang banyak di kagumi oleh mahasiswi nya sendiri. Bahkan dulu Arkan pernah mendapat sebuah surat dari seorang mahasiswi, isinya terdapat sebuah pengakuan atas perasaan mahasiswi tersebut. Karena Arkan yang tidak tertarik dengan perempuan itu, maka ia memilih untuk tidak membalasnya.

Arkan sadar bahwa dirinya saat ini sedang menjadi pusat perhatian, namun ia tetap menjaga wibawanya dengan tidak menatap mereka dan fokus berjalan ke depan.

"Woy, Arkan!"

Mendengar suara berat dari belakang, membuat Arkan reflek menoleh. Suara itu meyakini ia untuk merespon karena Arkan tau jika itu adalah suara milik laki-laki.

Tak jauh dari posisinya, Arkan melihat seorang laki-laki berdiri sembari melambaikan tangan kepada nya. Sosok itu adalah sosok yang sangat Arkan kenali, ia sontak berjalan cepat mendekati.

"Azka?"

Seseorang tersebut langsung memeluk tubuh Arkan dengan erat, seakan pelukan itu adalah pelukan yang berarti kerinduan.

"Assalamualaikum, gimana kabar lo?" Tanya Azka.

Azka faridh Maulana, seorang lelaki tampan, Sholeh yang berwibawa indah. Laki-laki itu adalah teman dekat Arkan dari mereka masih sekolah. Keduanya sama sama tumbuh dan sukses dengan saling mendukung dan mensupport.

Arkan yang sekarang sudah berhasil membantu Abi Yusuf mengelola kampus Al-Mulkiyah dan juga mempunyai bisnis, sementara Azka berhasil mencapai cita-citanya sebagai seorang pengacara hebat. Arkan dan Azka sudah seperti saudara, mereka dari dulu kemanapun selalu berdua sampai kadang orang mengira mereka adalah kakak beradik, karena wajahnya yang terbilang mirip.

Namun, Arkan dan Azka akhir akhir ini terpaksa sering LDR karena Azka mendapat klien dari luar kota. Sekarang, setelah sebulan mereka tidak bertemu akhirnya kembali bersatu.

"Wa'alaikumsalam, Alhamdulillah baik. Lo gimana? kerjaan udah beres?" Tanya Arkan menepuk pundak Azka.

"Gue juga baik. Kalo kerjaan, ya gak usah ditanya. Mana ada kelarnya, ada terus job gue." Ucap Azka dengan nada bercanda diujung kalimat nya.

Arkan tertawa kecil, tawa yang tidak ia keluarkan di sembarang tempat dan jarang ia tunjukkan pada orang orang.

"Alhamdulillah kalo gitu, harus disyukuri."

"Ya iya dong, jelas bersyukur." Jawab Azka,

"Eh, oh iya. Selamat ya atas pernikahan lo, maaf gue gak bisa dateng soalnya kemaren ada klien penting yang harus gue urus kasus nya jadi gak bisa di tinggal." Lanjut Azka,

Ya, Azka memang tidak hadir saat acara pernikahan Arkan. Mengingat kesibukannya sebagai pengacara dan juga posisi nya yang ada di luar kota.

"Makasih, gak papa kok gue juga paham."

"Semoga pernikahan lo sakinah mawadah warahmah, selalu dalam lindungan Allah, cepat dapet momongan soalnya gue udah kepengen punya ponakan." Canda Azka.

"Kenapa harus nunggu anak gue? kenapa gak lo sendiri yang punya anak?" Tanya Arkan.

"Ehhh, kalo itu mah gue juga mau tapi yang jadi masalah jodohnya belum ada." Ucap Azka.

"Cari dong!"

"Ngomong doang, cariin lah." Sarkas Azka.

Arkan tak lagi menjawab, ia tertawa terbahak-bahak melihat ekspresi wajah Azka. Sungguh moments ini sudah jarang mereka rasakan. Kesibukan yang menimpa masing-masing membuat keduanya jadi jarang berkomunikasi.

Perjodohan Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang