BAB 08 - jalan jalan

20 2 0
                                    

Beberapa hari kemudian, Arkan dan Qiara tidak terasa sudah menjalani kehidupan rumah tangga selama satu Minggu. Dan itu tidak mudah mereka lewati, setiap saatnya mereka selalu sama sama untuk membuka kebiasaan mereka didepan satu sama lain agar membiasakan keduanya.

Terutama bagi Qiara. Gadis itu sangat amat aktif dalam menjalankan tugasnya sebagai seorang istri dengan melayani baik setiap Arkan membutuhkan bantuan dirinya.

Siang ini, tepat pada hari Minggu Arkan dan Qiara menikmati weekend mereka dengan bersantai dirumah. Tak ada tujuan untuk mereka keluar rumah, begitu juga untuk Arkan yang kebetulan besok sudah masuk kerja membuat dirinya harus ekstra menyelesaikan tugas nya lewat online.

Di ruang tengah, terlihat Qiara sedang duduk seorang diri sembari menatap ke layar televisi. Namun, gadis itu tidak benar-benar menonton, melainkan hanya pandangan nya kesana tapi fokusnya ke yang lain. Televisi menyala tidak berarti bagi Qiara, sebab gadis itu sedang melamun.

Arkan yang baru saja turun ke bawah hendak mengambil minum lantas terdiam melihat istrinya tampak murung di sana. Laki-laki itu segera menghampiri Qiara.

Arkan dibuat bingung oleh tingkah Qiara saat ini, pasalnya gadis itu tidak sadar disebelahnya ada Arkan.

"Qiara?" Panggil Arkan dengan lembut, namun tidak membuat Qiara terusik.

Tak menyerah Arkan terus mencoba memanggil Qiara tapi kali ini dengan sedikit sentuhan.

"Qiara?" Panggil Arkan menyentuh lengan Qiara hingga gadis itu menoleh, "Kamu kenapa?" Tanyanya.

Qiara diam sejenak, lalu gadis itu memejamkan mata mencoba untuk mengembalikan jiwa konsentrasi nya. "kenapa kak?" Jawab Qiara bertanya balik.

Arkan mengerutkan keningnya. "Kok malah kamu yang nanya, harus nya saya yang tanya. Kamu kenapa diam aja di sini? sampe tv nyala dibiarin." Kata Arkan.

Qiara menggeleng kepala pelan pelan. "Astagfirullah, Maaf kak, aku lagi kurang fokus." Ucap Qiara.

"Emangnya kamu mikirin apa?"

"Qiara kangen sama ibu. Udah seminggu setelah kita menikah, Qiara belum ada jenguk ibu. Biasanya kalo hari Minggu kaya gini Qiara sama ibu kerja sama cari kesibukan, kaya masak, siram tanaman, atau apa deh." Jawab Qiara.

Yah, gadis itu sedang merindukan ibunya beberapa hari belakangan ini. Tidak bohong, walau tampak biasa saja namun Qiara selalu memikirkan kondisi orang tua nya itu.

Qiara sangat amat sedih memikirkan kesehatan ibunya, meski Abi Yusuf pernah berjanji akan sering mengecek kesehatan ibu Qiara, tetap saja Qiara ingin merawat ibunya sendiri. Tapi, mengingat dirinya yang sudah menikah, membuat Qiara mencoba untuk sabar dan ikhlas.

Arkan yang di samping Qiara mendadak ikut murung mendengar keluhan Qiara. Sebagai suami apa Arkan jahat tidak memberi gadis itu waktu untuk ke rumah orang tuanya? tapi sejauh ini Qiara tidak pernah meminta untuk berkunjung ke rumah orang tuanya maka dari itu Arkan tidak kepikiran untuk membawanya ke sana.

"Berhubung hari ini hari Minggu, gimana kalo kita ke rumah ibu kamu?"

Ucapan Arkan seakan menyetrum hati Qiara sehingga ia mendadak jadi semangat. Senyumnya merekah lebar menampakkan gigi giginya yang rapih, serta lesung pipi nya yang membuat Qiara semakin cantik.

"Kak Arkan serius?" Tanya Qiara.

"Serius dong. Ibu kamu adalah orang tua saya juga jadi sudah seharusnya kita sama sama kesana untuk menjenguknya. Sekalian jalan jalan soalnya besok sudah hari saya masuk kerja." Jawab Arkan.

Qiara merasa sedikit senang dan sedikit sedih. Ia senang karena akan ke rumah ibunya tapi ia juga sedih karena besok Arkan akan masuk kerja. Itu artinya Arkan tidak akan bisa lama lama dirumah, waktunya sangat singkat untuk Qiara.

Perjodohan Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang