BAB 09 - Kejahilan Arkan

23 2 0
                                    

Pagi ini Qiara memasak sarapan pagi lebih awal, berbeda dari biasanya, hari ini gadis itu tampak sibuk menyiapkan semuanya untuk Arkan. Sebab, suaminya itu akan mulai bekerja hari ini, sebagai istri Qiara ingin melaksanakan kewajibannya dengan baik.

Sedari selesai sholat subuh, Qiara sudah mulai berkutik di dapur. Mulai membersihkan rumah, memasak, mencuci piring dan lainnya. Kini jam sudah menunjukkan pukul enam lewat lima belas menit. Qiara segera naik ke atas untuk membangunkan Arkan karena laki-laki itu tidur lagi setelah sholat subuh.

Qiara membuka handle pintu, matanya melihat jelas seorang lelaki bertubuh kekar sedang menyatukan diri dengan kasur empuknya. Qiara melangkah mendekat, gadis itu perlahan naik ke kasur dan duduk di sebelah Arkan. Ia tersenyum simpul menatap wajah tampan Arkan ketika sedang tidur.

Suaminya itu memiliki wajah yang hampir sempurna, kulitnya yang putih serta mulus. Tak ada noda sedikitpun yang Qiara lihat disana. Padahal Arkan seorang lelaki, yang diketahui jarang sekali lelaki mau merawat wajah mereka.

Hampir lima menit menatap wajah Arkan, Qiara tersadar jika ia harus segera membangunkan suaminya. Gadis itu mula mula memanggil nama Arkan tiga kali. Tak ada respon, Qiara memilih untuk menggoyang tubuh Arkan agar ia cepat bangun.

Namun, bukannya membuka mata Arkan malah memutar posisi tidurnya jadi menghadap Qiara. Karena jaraknya dan Arkan sangat dekat, Arkan tanpa sadar menggunakan paha Qiara sebagai bantal. Tangannya menarik pinggang Qiara lalu memeluknya.

Mendapat serangan tiba-tiba tersebut tentunya bukanlah hal yang menyenangkan bagi Qiara. Itu sama saja menyiksa jantung nya, Qiara merasa bingung harus ngapain. Melihat posisi mereka, Qiara jadi malu mau membangunkan Arkan. Gadis itu melirik ke arah jam, sudah hampir jam setengah tujuh, Arkan harus segera bersiap.

Dengan keberanian yang dipaksa, Qiara menyentuh punggung Arkan dan membangunkan laki-laki itu dengan segala cara.

"Kak, kak Arkan, ayo bangun udah siang." Ujar Qiara terus menggoyang tubuh Arkan.

Arkan tidak ada pergerakan sama sekali, Qiara jadi pusing bagaimana cara membangunkannya. Padahal biasanya Arkan mudah untuk dibangunkan, tanpa harus di sentuh juga sudah kebangun. Entah mengapa kali ini sulit, perasaan tadi malam suaminya itu tidak begadang.

"Kak Arkan ayo bangun, udah jam tujuh pagi nanti kakak telat kerjanya." Ucap Qiara lagi.

"Kak Arkan!!!"

Qiara sampai lelah sendiri, selain kehabisan semangat ia juga kehabisan tenaga untuk menahan tubuhnya yang dipeluk Arkan. Jika tidak ditahan maka tubuh Qiara akan terjatuh dan tertidur di atas tubuh Arkan.

"Yauda deh terserah mau bangun atau gak. Ntar kalo telat kerja jangan salahi Qiara, ya." Qiara melengos kesal. Gadis itu diam saja ditempatnya sembari menatap kedepan.

Tak lama dari situ, terdengar suara kekehan dari orang yang sedang ada di bawah Qiara. Gadis itu sontak menunduk, terpampang jelas wajah Arkan yang sedang menatap nya sembari tersenyum.

"Kakak kenapa?" Qiara malah panik sendiri.

Arkan tak menjawab, ia hanya menggeleng kepala. Laki-laki itu perlahan melepaskan pelukannya dari pinggang Qiara lalu merubah posisi menjadi duduk.

"Kamu kalo marah lucu juga." Ucap Arkan.

Qiara mengerutkan keningnya, ia menatap dalam wajah Arkan yang tampak semringah. Tidak seperti orang yang bangun tidur. Sedetik kemudian Qiara mulai sadar.

"Ohh, kak Arkan ngerjain aku ya?" Kata gadis itu.

"Ha? engga, siapa yang ngerjain kamu orang saya dari tadi tidur." Jawab Arkan menolak.

Perjodohan Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang