Hari-hari yang dulu di penuhi dengan rutinitas membosankan yang terus terulang ulang, kini sirna ketika Laila melanjutkan kuliahnya ke jenjang yang lebih tinggi. Ia telah memulai hidup barunya menjadi mahasiswi yang sudah berumah tangga. Mungkin status ini terasa agak berat bagi Laila, karena ia harus menjadi istri dan mahasiswi sekaligus. Tapi, itu tak menggoyahkan tekad Laila untuk menggapai cita-citanya untuk menjadi seorang dosen.
Laila melanjutkan kuliahnya di tempat Gus Ghazi mengajar. Laila pun tak luput dari pusat perhatian di kampus, karena ia adalah istri dari seorang dosen bernama Ghazi yang terkenal dingin tapi manis dan tampan. Mahasiswi yang selama ini mengidolakan Gus Ghazi, seakan tak percaya jika Gus Ghazi telah menikahi seorang perempuan.
Pagi hari ini, Laila ada jadwal kuliah pagi dan ia diantar oleh Gus Ghazi ke kampus. Bertepatan dengan Gus Ghazi yang ada urusan di pesantren, jadi ia agak risau dengan Laila, apalagi Laila masih baru di kampus ini.
Laila turun dari mobil dan melambaikan tangan kepada Gus Ghazi, Gus Ghazi hanya membalas dengan sebuah senyuman manisnya.
Laila memasuki gerbang kampus dengan perasaan senang.
"Ahh, kampus baru, teman baru, pacar baru, ehh...." Laila menghentikan langkahnya dan terkekeh geli mengingat apa yang dikatakannya barusan."Apaan sih, kan udah nikah ya," gumamnya dan kembali terkekeh kecil.
Siang hari tiba, semua mata kuliah Laila hari ini selesai dan ia tak langsung pulang ke rumah, melainkan mampir di sebuah cafe dekat kampusnya. Dengan sebuah benda pipih yang berada di depannya. Laila sibuk sendiri dengan laptopnya, sambil sesekali menyeruput secangkir kopi. Hingga menjelang sore hari, Laila masih anteng di tempatnya dan tak ingat waktu.
Gus Ghazi juga sudah memberitahu Laila tadi pagi, jika ia tidak bisa menjemputnya, karena ia ada urusan di pesantren. Sebab itulah, Laila jadi tak ingat pulang. Ia masih mengira jika ia masih melajang, padahal ia sudah berkeluarga.
Masih sibuk dengan laptopnya, Laila baru tersadar jika hari sudah menjelang malam, saat lampu cafe di nyalakan. Laila segera bergegas membereskan barang-barangnya dan memesan taksi dan segera pulang. Di sepanjang perjalanan, Laila terlihat risau. Ia terus menatap jam tangannya yang menunjukkan pukul setengah enam. Ia sangat kebablasan hari ini, ia takut jika Gus Ghazi sudah pulang lebih dulu. Dan pasti, ia akan di marahi habis-habisan nanti.
"Makasih yah pak." Setelah membayar ongkos taksi, Laila segera turun dari mobil dan membuka gerbang rumahnya. Ia segera membuka pintu dengan harapan bahwa Gus Ghazi masih ada urusan di pesantren. Laila memasuki rumah dan langsung menuju kamar. Ia bernafas lega saat tak menemukan keberadaan Gus Ghazi di sana.
Tapi tiba-tiba, sebuah deheman singkat berhasil membuat jantung Laila berdetak kencang, ternyata dugaannya salah.
Karena risau, Gus Ghazi sedari tadi berada di balkon kamar. Laila berbalik badan dan mendapati sosok yang dari tadi membuat Laila risau. Dari tampangnya saja, Laila sudah tahu, jika amarah Gus Ghazi akan meledak malam ini.
Laila menunduk dengan perasaan takut, takut jika ia di marahi.
"Kenapa baru pulang?" satu pertanyaan barusan keluar dari mulut Gus Ghazi dengan nada dinginnya.
"Hem, tadi aku mampir di cafe, terus..., nggak ingat waktu," ucap Laila dengan gugup sambil terus meremas jari-jemarinya.
Gus Ghazi menghembuskan nafas berat, "kenapa nggak sekalian tinggal aja di sana," tegas Gus Ghazi.
"Aku minta maaf Mas."
"Lupa kalo udah punya suami."
"Emangnya bagus, wanita yang udah punya suami, tapi masih suka ke cafe sampai nggak ingat pulang?" kata Gus Ghazi dengan nada rendah, tapi membuat Laila merinding sebadan badan.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Light Of My Life
RomanceMenikah dengan orang yang tak kita cintai dan tak kita kenali adalah suatu tindakan yang sangat berat. Dimana kita harus menyerahkan mahkota kita seutuhnya pada pria yang tak kita cintai dan sayangi. Itulah yang harus di hadapi dan di rasakan oleh A...