07.00

1.7K 171 6
                                    

Setelah kejadian malam tadi kini Haikal tengah berada di ruang rawat dengan infus yang menempel pada tangan kirinya. Semalam dia tak sadarkan diri tapi pagi ini Haikal sudah membuka matanya.

Pertama kali yang dia lihat adalah plafond putih bersih. Lalu dia liarkan pandangannya pada sudut sudut ruangan itu.

Sepi.

Jangan tanyakan di mana Darren yang jelas Haikal tidak tahu dan tidak mau tahu.

Setelah itu Haikal terdiam, dia masih memikirkan perilaku papa nya malam tadi "Mungkin itu hantu" monolog nya.

Lalu dia pandang jarum infus pada tangannya, sedetik kemudian dia mencabut infusnya seketika darah bercucuran dari punggung tangannya membuat Haikal memandangi darah itu, ada sensasi senang melihat darah pada punggung tangannya.

Puas melihat hasil karyanya Haikal pun turun dari ranjang rumah sakitnya. Dia berniat untuk pulang dan berangkat ke sekolah.

Sesampainya di rumah ternyata pintu rumah nya masih terkunci, itu sudah jelas karena melihat hari masih sangat dini untuk orang orang beraktifitas.

Haikal pun mendudukkan dirinya pada bangku taman yang ada di samping rumah nya, melihat langit yang masih gelap serta angin dingin yang berhembusan melewati Surai hitamnya.

Haikal menutup matanya menikmati udara dini hari itu. Haikal tersenyum kala dia membuat imajinasi imajanasi indah di kepalanya.

Beberapa jam kemudian tanpa pergerakan dan tetap mempertahankan imajinasinya kini imajinasi itu hilang lantaran seseorang yang menepuk pundaknya.

Dengan terpaksa dia buka matanya untuk melihat orang itu "Aden kok sudah di sini? Aden kapan pulang?" Tanya Pak Surya.

Haikal tak menjawab tetapi dia gulirkan matanya pada pintu utama yang sudah terbuka lalu dia beranjak untuk menuju kamarnya.

Pak Surya yang melihat itu hanya tersenyum sendu memaklumi lalu dia lanjutkan aktifitas nya tadi yang sempat tertunda.

"Loh aden sudah pulang?" Tanya Bi Dimar kaget.

Haikal hanya mengangguk "Haikal mau sekolah bi" setelah mengucapkan itu Haikal pun melanjutkan langkah ya menuju kamar nya untuk bersiap ke sekolah.

"Huft" Bi Dimar menghembuskan nafasnya kasar.



Sesampainya di sekolah Haikal baru ingat jika hari ini ada ulangan di salah satu pelajaran. Haikal panik karena dia belum belajar penuh semalam. Lalu dengan tergesa gesa Haikal pun membuka buku nya untuk mempelajari materi yang akan keluar di ulangan hari ini.

"Kal"

Panggilan Pandu tak di gubris sama sekali oleh Haikal namun Pandu hanya memakluminya karena sudah hafal dengan tabiat Haikal.

Pandu mendudukan dirinya di kursi samping Haikal. Melihat ada sodoran sekotak susu di samping nya Haikal hanya cuek dan terus fokus pada buku di depannya.

"Ini dari Gavin" Ucap Pandu.

Melihat tak ada respon sama sekali Pandu pun beranjak dari duduk nya "Gue taroh sini ya!" Ucap Pandu lalu dia beranjak dari duduknya menuju tempat duduk nya sendiri karena sudah melihat ada guru yang memasuki kelasnya.

Ulangan tengah berlangsung 40 menit yang lalu. Tersisa 20 menit untuk Haikal menyelesaikan semua soal nya tetapi ntah kenapa dia merasa soal soal ini sangat sulit dia jawab padahal hampir seluruh soalnya sudah dia pelajari tadi.

Haikal memukul mukul kepalanya. Ulangan itu berisikan 50 soal tetapi dia baru menjawab setengah dari soal itu sedangkan waktu terus berjalan.

Sungguh akhir akhir ini Haikal sulit sekali untuk fokus dan itu menyebabkan materi yang telah dia pelajari tak ada yang menempel pada otaknya.

Haikal menggebrak mejanya pelan "Sial! Jalan dong otak!"

Dengan pengetahuan sebisanya Haikal menjawab soal itu dengan rasa ragu karena sisa waktu ya hanya lima menit. Lebih baik dia mengisi tapi salah dari pada tidak mengisi sama sekali pikirnya.

"Baik waktu habis, seluruh kertas bisa di kumpulkan di depan dan setelah ini kali bisa istirahat. Saya pamit undur diri"

Setelah guru itu keluar Pandu pun menghampiri Haikal yang sedari tadi terus menggigiti kuku nya. Sesampainya di bangku Haikal Pandu menyingkirkan tangan Haikal supaya anak itu tidak lagi menggigiti kukunya "Jangan di gigitin, kebiasaan"

Haikal hanya mendengus lalu kembali mengigiti kuku jari nya "ishh di bilangin juga! Gue aduin Gavin ya" Ancam Pandu.

"Apaan si" Pandu melihat Haikal nampak kesal di sana tetapi itu justru membuat Pandu tertawa.

"Kantin yok" Ajak Pandu.

"Ga mau" Tolak Haikal.

"Yakin ga mau? Tu Gavin udah nunggu di depan, ntar lo di seret tau rasa" Setelah itu Pandu pun meninggalkan Haikal yang mendengus sinis melihat Gavin yang menatapnya dari arah pintu kelasnya.

Mau tak mau Haikal beranjak dari duduk nya menuju ke arah Gavin karena Gavin yang mengancam akan menggeretnya bila dia tak ingin keluar.

•TBC.

Sorry baru up.
Semoga suka ya!
Jangan lupa vote dan komen!

-Stayy Tunedd-

Enervate | Doyoung & HaechanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang