Prolog.

3.7K 192 1
                                    

Braggg..
Pranggg..

Suara bantingan barang dan juga teriakan dari sepasang suami istri menggema di sebuah rumah megah di salah satu distrik ternama di Jakarta.

Sudah Berjam jam bereka bercekcok tak henti henti nya membiarkan seorang anak kecil meringkuk takut di balik selimut tidur nya seorang diri.

Bragg..

Dia mendengar pintu utama terbuka dengan kasar di bawah sana. Dia menduga kakaknya sudah pulang dari tempat mainnya dan melerai kedua orang tua nya terbukti setelah itu sunyi melanda kediaman itu.

Dengan keberanian sebesar biji jagung dia mulai menuruni anak tangga menghampiri keluarganya.

Terlihat banyak sekali barang barang yang rusak di sana, pecahan gelas di mana mana, gucci dengan harga puluhan juta yang sudah tidak berbentuk, kursi yang tergeletak mengenaskan. Ruangan itu sudah seperti kapal pecah.

"Segera bereskan barang mu Deon, kita akan pergi dari sini"

"Tapi ma-"

"Tidak ada bantahan Deon, cepat bereskan barang barang mu sekarang!!"

Mendengar itu sang anak segera beranjak dari tempat nya menuju ke kamar nya.

"Mama"

Mendengar suara anak nya yang lain Irene membuang muka tak ingin melihat anak bungsunya itu.

"Deon cepat!!" Teriak Irene

"Kau tega meninggalkan ku dan anak bungsumu Irene? Sudah ku bilang berapa kali kau salah paham!! Aku dan dia tidak ada hubungan apa apa"

"Aku sudah tidak percaya dengan omong kosong mu lagi!! Aku akan pergi bersama Deon dan jangan pernah menemui kami lagi!!" Ucap Irene nyalang sambil menggeret Deon pergi dari rumah itu.

"Mama!! Mau kemana??!! Bang Deon!!" Teriak si kecil sambil berlari mengejar mama dan kakaknya.

"Maa kita mau kemana? Adek bagaimana ma?" seru Deon pasrah tangannya di geret oleh sang mama meninggalkan papa dan adik kecilnya.

"Kita akan pergi dari sini Deon!! Adik mu akan aman bersama papamu"

"Tap-"

"Tidak ada tapi tapi an, cepat masuk mobil" ucapan Deon terpotong oleh Irene dan segera masuk ke mobil sesuai perintah Irene.

"Mamaa!! Adekk mau ikut mana jangan tinggalkan Adek maa" Ucap si kecil yang berhasil memeluk Irene dari belakang yang ingin masuk ke mobil.

Irene melepas pelukan sang buah hati. Setelah terlepas tanpa menjawab maupun menoleh Irene masuk kedalam mobil dan melajukan kendaraannya.

"Paaa mama paaa!!" Adunya sambil menggoyang goyangkan tangan dari sang papa. Sedari tadi papanya tidak melakukan apa apa hanya diam melihat kepergian sang mama di daun pintu utama rumahnya.

"Maaf"

Setelah mengucapkan kata itu sang papa pergi ntah kemana meninggalkan anak itu sendiri di rumah dengan segala luka, kecewa dan sedihnya.

Malam itu menjadi malam terburuk selama 12 tahun dia hidup.

Dia kecewa kepada papa nya yang menjadi penyebab utama mama dan kakaknya pergi.

Dia kecewa dengan mama nya karena pergi meninggalkan nya sendiri.

Dia kecewa dengan kakak nya karena tidak menemaninya di sini.

Dia bahkan kecewa dengan diri nya sendiri karena tidak dapat berbuat apa apa untuk keluarga nya.

Dia benci menjadi lemah.

Dia benci menjadi tidak berguna.

Dia benci pada hidupnya.



•TBC



Annyeong aku bikin cerita baruu, ntah napa pengen bikin cerita yang beginian hehe. Semoga sukak!!

-Stayy Tunedd-

Enervate | Doyoung & HaechanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang