08.00

1.7K 189 9
                                    

Darren memasuki rumahnya dan yang pertama kali menyambutnya adalah kegelapan, jelas karena dirinya pulang tepat pada pukul satu dini hari. Sudah di pastikan penghuni rumah nya itu sudah terlelap dalam mimpi.

Dirinya tertahan kala mengingat kejadian kemarin malam. Dia pandangi tangga yang menunju ke arah kamar anak nya, Haikal. Dirinya terdiam sejenak, tangannya menggantung pada hendel pintu kamarnya.

Setelah menimang nimang dirinya masuk ke dalam kamarnya guna membersihkan diri lalu setelah itu baru menemui putranya, begitu pikinya.

Setelah selesai membersihkan diri, Darren melangkah menaiki tangga menuju kamar Haikal.

Gelap, kamar itu sangat gelap.

Darren nyalakan lampu kamar Haikal, terlihat Haikal sudah tidur terlelap di kasurnya. Darren tersenyum sendu lalu menghampiri anak keduanya itu.

"Maafkan papa ya nak? Papa bukan papa yang baik untukmu" Sesalnya.

Puas memandang wajah damai Haikal kini Darren tersenyum kala melihat meja belajar Haikal berantakan. Dengan telaten dirinya rapikan meja belajar itu.

Saat dirinya ingin membereskan beberapa buku, tiba tiba ada kertas yang terlihat baru saja di remat hingga kertas itu tidak mulus lagi.

Darren ambil kertas yang terjatuh itu lalu melihat apa isi dari kertas itu. Seketika wajah Darren berubah kala melihat apa isi kertas tadi.

Dengan wajah marah Darren menuju kepada Haikal yang masih terlelap, lalu dengan gerakan secepat kilat dirinya Jambak rambut mulus itu dan seketika membuat Haikal terbangun dengan pusing yang menguasai kepalanya.

"Pa-pa?" Ucapnya dengan terbata bata.

Haikal ketakutan melihat Darren yang terasa ingin membunuhnya saat itu juga.

Sebuh kertas pada tangan kiri Darren berhasil membuat Haikal bergetar ketakutan "Pa Haikal-" Ucapnya terpotong oleh Darren yang saat ini sedang di kuasai emosi.

"Apa?? Apaa? Mau mengelak apa lagi? Memang kamu ini sangat tidak berguna Haikal!" Teriak Darren yang berhasil membuat Haikal menutup matanya guna menikmati kesakitan di fisik maupun hati nya.

"Maaf pa" Hanya itu kata yang mampu Haikal berikan kepada Darren.

"Baru saja saya akan luluh pada mu! Tapi apa belum juga sehari kamu sudah mengecewakan saya lagi! Saya yakin Irene akan sangat kecewa pada mu sama seperti saya!!" Perkataan Darren sungguh membuat dunia Haikal runtuh. Apa bener diri nya telah mengecewakan mereka? Tapi dia sudah berusaha dan itu hasilnya, kenapa tak ada yang mengapresiasi kerja keras nya? Apa dia tak pantas mendapatkan itu?

"Papa jangan ngomong begitu.." Lirih Haikal dengan mata yang mengisyaratkan kesedihan serta kesepian yang mendalam.

"Kamu memang pantas mendapatkannya! Saya tak pernah memiliki anak bodoh sepertimu! Dasar anak tak tau diri!" Setelah mengatakan itu Darren seret Haikal menuju kamar mandi di sana.

Dia lemparkan tubuh ringkih itu yang membuat pinggang rampingnya membensir wastafel yang ada di kamar mandi itu.

Haikal yang masih menikmati rasa sakitnya kini teralihkan lantaran sebuah air yang membasahi tubuhnya dan itu ulah Darren yang menyalakan shower di atasnya.

Darren keluar dari sana tetapi beberapa saat kemudian dia kembali dengan sebuah tongkat di tangannya, ntah dari mana tongkat itu berasal Haikal tak tau.

Lalu Darren layangkan tongkat itu pada Haikal yang masih meringkuk di bawa sana "Dasar beban! Bodoh!! Saya menyesal memiliki anak sepertimu!!! Bahkan hewan lebih berharga dari pada dirimu"

Enervate | Doyoung & HaechanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang