06.00

1.9K 175 5
                                    

"Kal"

Pandu memberanikan diri untuk menghampiri Haikal karena khawatir melihat beberapa lebam yang ada di bawah Haikal dan sepanjang pembelajaran tadi Pandu sering kali melihat Haikal yang sesekali meringis.

Haikal yang sedang menenggelamkan kepalanya pada lipatan tangan pun mendongakan kepalanya melihat siapa yang memanggil namanya.

"Ya?"

Pandu semakin khawhatir pada Haikal melihat luka luka di wajahnya dari dekat. Dari kejauhan tadi hanya terlihat beberapa lebam di sana tetapi saat mendekatinya ternyata lebih banyak dari dugaannya.

Tanpa Pandu sadari dia mendudukan dirinya di kursi samping Haikal dan menangkap pipi anak itu dengan kedua tangannya.

"Kalll!! Lo di gebukin sama Haris lagi?? Shh ini mesti sakit banget" Haris meringis melihat luka luka Haikal.

Haikal yang kaget dengan kelakuan Pandu pun hanya diam membiarkan pandu melihat secara rinci mukanya.

"Ini kalo Gavin tau, bisa mati tu Haris"

"Sakit pan"

Pandu pun melepaskan tangannya dari pipi Haikal. Pandu merutuki kebodohannya karena terlalu khawatir bada Haikal.

"Ehh sorry Kal, emm Lo ga papa?"

"Ga papa, bukan Harris juga yang gebukin gue"

"Terus?"

"Bukan siapa siapa"

Pandu yang mengetahui batasannya pun hanya diam "Lo mau ke kantin gak?"

"Enga deh, Lo duluan aja"

Pandu sebenarnya ingin memaksa Haikal untuk mengajaknya makan karena saat istirahat pertama tadi pandu tidak melihat Haikal makan sedikitpun.

"Ohh yaudah dehh, gue ke kantin dulu ya kal"

Haikal hanya mengangguk dan kembali menenggelamkan kepalanya pada lipatan tangan.

Beberapa saat kemudian setelah pandu pergi terdengar suara decitan kursi di sebelahnya. Haikal pikir itu pandu yang kembali duduk di sampingnya jadi dia tidak beraksi apa apa dan tetap pada posisinya.

Tok tok

Ketukan pada mejanya membuat Haikal membuka matanya dan melihat siapa orang itu. Ternyata itu Gavin dan bukan pandu.

"Nihh" Gavin menyodorkan bungkusan roti dan susu padanya.

"Kata pandu Lo belum makan" Ahh sekarang dia paham, pasti pandu lah yang memberitahu Gavin.

"Thanks"

Sebenarnya Haikal memang lapar tetapi dia malas sekali menuju kantin sudah pasti di sana akan ramai dan bedesak desakan. Haikal tidak mau luka luka kembali terbuka bila dia nekat ke kantin. Lagi pula badannya masih sangat sakit saat di gerakan.

"Luka Lo udah di obatin?" Di sela sela makannya Gavin melontarkan pertanyaan.

"Udah" Haikal menjawab dengan pipi mengembung lucu.

"Pelan pelan aja, ga ada yang ngambil" Haikal hanya diam menikmati makanannya.

"Siapa yang gebukin Lo?"

"Bukan siapa siapa"

"Bokap Lo ya?"

Haikal menatap Gavin, bagaimana Gavin tau ini ulang Papanya.

"Ternyata bener"

"Atas dasar apa Lo nuduh bokap gue?" Haikal nampak tak suka dengan perkataan Gavin.

Enervate | Doyoung & HaechanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang