17.00

1.4K 169 31
                                    

"Anak saya tidak gila!!" Gebrakan Darren pada dokter di hadapannya mengalun indah di ruangan itu.

"Pak, pasien harus di rehabilitasi dan rumah sakit jiwa adalah pilihan terbaik untuk anak bapak" Dokter itu memberikan pengertian pada Darren yang di selimuti kabut amarah.

"Saya tidak akan setuju anak nya di bawa ke tempat terkutuk itu! Anak saya tidak gila! Dia hanya kelelahan" Ucapan Darren menjadi penutup pembicaraan mereka. Darren melangkahkan kakinya keluar menuju ruangan Haikal.

Pertama kali yang dia lihat adalah Irene yang menangis sambil menggenggam tangan Haikal yang terbebas dari infus. Deon berada di sana, duduk di sofa pojok ruangan dengan melihat wajah Haikal yang damai dalam tidurnya. Gavin kembali ke sekolah untuk mengambil perlengkapan perlengkapan Haikal.

Darren berdiri di sisi Haikal yang lain untuk membelai rambut anak bungsunya "Haikal kenapa mas?" Tanya Irene pada Darren.

"Haikal baik, kita akan membawanya pulang setelah dia sadar" Irene menghembuskan nafasnya lalu tersenyum sendu melihat Haikal.

Deon yang mendengar itu bingung dengan ucapan Darren. Apa benar adiknya baik baik saja? Pertanyaan itu yang bersarang pada otak Deon.

"Kita perlu bicara" Ajak Deon pada Darren.

"Ingin bicara apa nak? Kan bisa di sini" Irene mendongak untuk menatap Deon yang lebih tinggi dari nya.

"Hanya sebentar. Mama tungguin Haikal aja, takut anaknya sadar terus gak ada orang di sini" Irene mengangguk membenarkan.

Deon berjalan keluar di susul oleh Darren yang berada di belakangnya. Deon mengambil opsi sebuah kursi yang ada di taman dekat dengan ruangan Haikal "Ada apa?" Pertanyaan Darren menjadi pembuka pembicaraan mereka.

"Apa benar adikku baik baik saja?"

"Tentu saja! Adikmu baik. Kau tidak percaya?" Tanya Darren.

Deon nampak tak suka dengan ucapan Darren "Bukan, maksudku.. aku tak berhak mengucapkan ini tapi,  apa yang membuat adikku seperti ini adalah dirimu?"

Wajah Darren nampak masam "Apa maksudmu?"

"Dia seperti bukan adikku"

"Ucapannya sangat konyol Deon. Tentu saja dia adikmu!" Darren mendengus sekilas.

"Aku yakin kau tau apa yang terjadi pada Haikal tadi! Jadi katakan yang sebenarnya padaku! Kau bisa membohongi mamaku tapi kau tak bisa membohongiku!" Ujar Deon sedikit meninggikan intonasi bicaranya.

"Sudah ku katakan, Haikal baik! Dia hanya kelelahan!" Tak mau kalah Darren pun sama meninggikan suaranya pada Deon.

"Dia terlihat gila kau tau! Apa yang kau lakukan!!"

Plakkk

Sebuah tangan berhasil hinggap di pipi Deon membuat wajahnya tertoleh ke samping "Adikmu tidak gila! Jaga ucapanmu Deon!"

Darren meninggalkan Deon yang masih mencerna apa yang telah Darren lakukan padanya "Aku tau kau menutupi sesuatu dari kami! Cihh"

Deon pergi dari sana. Sepertinya dia membutuhkan teman untuk minum kali ini, dan opsi terbaik adalah menghubungi Elgar karena hanya anak itu yang dia kenal di sini "Gue pengen minum!" Hanya ucapan itu yang Deon berikan pada orang di sebrang telfon sana setelah itu dia mematikan panggilan itu dan mengendarai mobilnya menuju bar yang sudah dia kirimkan alamatnya pada Elgar.



Benar saja, Darren benar banar membawa Haikal pulang ke kediamannya.

Selama membuka matanya Haikal hanya diam dengan tatapan kosong. Anak itu tak mengucapkan sepatah kata pun. Raganya seakana hanya cangkang kosong tak berpenghuni.

Enervate | Doyoung & HaechanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang