16.00

1.5K 186 41
                                    

Haikal melihat atensi Gavin yang baru saja tiba. Dia beranjak dari duduk nya yang menduduki punggung murid laki laki itu yang sudah tak sadarkan diri dengan darah membanjiri wajahnya "GAVIN!!" Haikal berseru senang di hadapan Gavin.

...

Gavin meliarkan pandangannya pada tubuh Haikal. Banyak sekali darah yang menempel di seragamnya. Tangan anak itu yang sudah di banjiri dengan cairan kental berwarna merah jangan lupakan rambut anak itu yang berantakan serta lepek. Keringat berada di mana mana.

"Kal.." Gavin menatap manik Haikal. Terlihat manik itu kosong tetapi wajah berseri berada di muka Haikal.

"Vinn liatt!! Baguss kan vinn!! Hihi" Haikal menunjuk murid yang terkapar tak berdaya di bawahnya.

"Hem.. kayak nya ada yang kurang deh" Haikal merogoh tas nya. Dia mengeluarkan sebuah pena. Saat hendak melayangkan pena itu pada orang di bawahnya, tangan Gavin menghentikan tindakannya.

"Jangan kal" Ucap Gavin dengan lirih. Hampir saja Gavin ingin meneteskan air mata nya melihat kondisi Haikal.

"Lepas ihh, itu ada yang kurang! Kalo ada lubang di pipi sini sama sini nya nanti bagus kayak punyaku" Haikal masih tersenyum cekikikan sambil menunjuk wajah murid itu.

Gavin menggeleng "Lepasin" Titah Gavin pada Haikal.

Haikal menolak perintah Gavin. Saat hendak melayangkan pena itu tiba tiba suara suara itu datang lagi. Kali ini bukan dari imajinasinya. Orang orang yang berkerumun itu mulai berbisik satu sama lain bahkan beberapa dengan terang terangan melontarkan kata kata kasar untuk Haikal.

Tubuh Haikal gemetar hebat. Dia mencengkram pena itu dengan kuat menatap orang orang yang menontonnya bak sebuah pertunjukan menyenangkan.

"DIAM!!" Teriakan Haikal tak berefek sama sekali bagi mereka. Mereka malah semakin gencar membumbuinya dengan kata kata menyakitkan dan tak pantas.

Haikal menjatuhkan penanya, dia mulai berangsur mundur hingga punggungnya membentur dinding. Tangannya menutup kedua telinganya dengan tatapan meliar melihat murid murid itu "Bukann.. Haikal bukan pembunuh.. Haikal anak baik.. Gavinn.. Gavin.."

Haikal merentangkan tangannya untuk menggapai Gavin. Gavin menatap Haikal dengan tatapan sedih, dia membalas uluran tangan Haikal yang di penuhi darah. Dia peluk raga Haikal dan menempelkan kepala mungil itu di dadanya "Gavin.. Haikal bukan orang jahat.. Haikal anak baik.." Lirih Haikal sebelum kegelapan merenggut anak itu.

Gavin dengan cekatan menahan anak itu supaya raganya tak membentur lantai kamar mandi yang dingin "Vin.." Lirih pandu yang sedari tadi menyaksikan betapa mengerikannya adegan di depannya. Pandu tak mempu berkutik, dia sangat shock melihat Haikal.

Gavin tak mengucapkan sepatah kata pun. Dia langsung membopong Haikal menuju mobil nya untuk di bawa ke rumah sakit. Sedangkan korban tadi sudah di urus oleh beberapa guru yang baru saja tiba.

Gavin tak memperdulikan teriakan teriakan dari beberapa guru yang menahannya untuk tak membawa Haikal. Dia tetap melajukan langkahnya membawa Haikal ke Rumah sakit. Otak pintar nya kali ini tak dapat mencerna kejadian pagi ini. Dia masih tak menyangka dengan Haikal. Dia bingung. Hanya satu pertanyaan yang saat ini ingin dia dengar jawabannya. Haikal kenapa?

Gavin masih tak paham. Dua kali berada di kejadian yang sama dia sama sekali tak bisa berkutik. Haikal membungkam otak cerdasnya. Hanya Haikal yang mampu membuatnya jadi seperti ini. Hanya Haikal yang mampu membuatnya seperti orang bodoh. Hanya Haikal..



"Haikal kenapa Vin?" Itu Deon. Deon lengsung bergegas ke rumah sakit yang Gavin kirim kan setelah anak itu menghubunginya.

Enervate | Doyoung & HaechanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang