·˚ ༘₊· ͟͟͞͞꒰➳ Fourteen.

737 120 13
                                    

╔═══════ ೋღ NOIR ღೋ ═══════╗

"Mau pesen apa?"

Selain selalu menjadi pendengar, Agil juga sudah seperti sosok kakak yang tulus menyayangi adiknya bagi [Name]. Ya, ia selalu menginginkan sosok kakak yang baik kepadanya. Meski hanya satu orang, tetapi itu lebih baik daripada memiliki banyak kakak yang justru sibuk atau bahkan tidak pernah menganggapnya ada.

"Pengen ini, huwe.." rengek si gadis saat ia menujuk ke salah satu menu, Agil pun melirik apa yang [Name] inginkan dan langsung menggelengkan kepalanya. Ia menjawab, "Jangan dong, ini pedes."

Jari [Name] berpindah tempat, "Yang ini."

Agil kembali menggelengkan kepalanya, mengusap lembut surai hitam si gadis yang duduk di sebelahnya. "Itu ada asamnya, sayang." Ucapnya lembut, membuat si gadis mengerucutkan bibirnya.

"Ih, sayang-sayangan. Entar berujung asing baru kepala peyang, cuaks." Relate abiez, mbak nem.

Agil pun mencubit pipi [Name], merasa sedikit offended akibat ucapan si gadis. "Hm, bocil bajingan. Gak jadi traktir, ah." Rengutnya kesal, tetapi kepalanya justru mendusel ke arah rambut [Name], si gadis kemudian berdecak kesal.

"Ya udah, I'm fine.. gwenchana.. gwenchana.. teng neng neng.. neng neng.." kesah [Name] sambil memalingkan wajahnya ke arah lain, berpura-pura kesal di depan Agil. Si anggota kepolisian berusia 26 tahun itu terkekeh kecil, merangkul [Name] agar menempel kepadanya dan mengecup pucuk kepala mahasiswi itu dengan penuh kasih sayang.

Si pria kini memasang nada bicara yang lebih bersahabat, "Udah ya, jangan ngambek. Kamu boleh makan kwetiau goreng, deh.. tapi request yang gak pedes. Paham?" Dengan sifat tengilnya yang masih sedikit terlihat, ia menangkup pipi [Name] dari samping dan membuat si empu menoleh ke arahnya. Dalam sekejap, Agil melayangkan satu ciuman singkat di kening [Name], si empu sendiri hanya terdiam tak merespon apapun.

"Maaci, bambang." Ujar [Name], ucapan terima kasih itu tertuju untuk Agil yang sudah memberikannya apa yang ia mau. Agil tersenyum sambil kembali mengecup kepala [Name], "Panggilnya sayang, dong." Pintanya dengan manja.

Si surai hitam memasang ekspresi hendak muntah, tatapan matanya sangat sinis kepada Agil. "Hoek. Dih, buaya. Malas sekali diriku, masa bodoh, ah."

"Hiks, kamu menyakiti hatiku, adinda."

"Berhentilah bersikap berlebihan, kakanda."

"Aku tidak bisa menghentikan diriku, adinda."

Pada akhirnya, [Name] pun memukul lengan Agil hingga si empu pun berjengit kesakitan. "Udahlah, cepetan pesen! Laper ini diriku." Bukannya tersadar atau kembali waras, Agil malah semakin menjadi-jadi. "Aaaaa~ Syakit~" Rengeknya.

"Najis, masih warasan Pak Marcel sumpah daripada lo."

"Jleb banget, sayangku.. hiksrot."

Adegan UwU tetapi ngenes itu masih terus berlanjut walau Agil sudah mulai memesan makanan, keduanya berada di tempat makan yang tidak terlalu ramai, setidaknya itu lebih baik daripada harus mendengarkan banyak suara-suara dari penjuru arah.

[Name] memesan seporsi kwetiau goreng dengan request agar tidak pedas sama sekali plus dengan minumannya yaitu papaya milkshake tanpa gula. Sementara Agil memesan nasi goreng spesial pedas dengan es teh, lalu untuk dessert ala-ala, mereka kompak memilih onde-onde isi kacang hijau. Sungguh melokal, :)

Sembari menunggu pesanan, Agil dengan santainya kembali bersandar ke bahu [Name]. Biasanya gadis itu hanya terdiam, membiarkan Agil beristirahat sejenak dari lelahnya pekerjaan menjadi seorang polisi yang amanah dan disiplin. Even though Agil punya kelakuan yang benar-benar anomali, tetapi secara kinerja, Agil salah satu yang terbaik. Anggaplah sifat tengilnya itu sebagai cara dirinya menghilangkan stres dan menahan amarah, mungkin?

"Kak,"

Sebuah panggilan langka terdengar, Agil tentu saja langsung menoleh ke arah [Name]. Jarang sekali gadis itu memanggilnya dengan panggilan itu, tentu saja pasti ada satu atau dua hal serius yang ingin dikatakan oleh si surai hitam.

"Kakak udah tau kalo anak-anak hitam asli yang lain udah di kota ini?"

Agil tau ke mana arah pembicaraan ini, apalagi tadi ia sempat melihat mobil yang dikendarai oleh Souta bersama Mia, sudah tentu sepertinya gadis di dekatnya ini menyadarinya sejak awal. Ia memandangi wajah [Name] yang tampak begitu serius menunggu jawaban darinya, Agil justru berkutat dengan pikirannya sendiri.

"Pak?"

"Hah? Kok, pak?"

"Bapaknya diem aja, ya udah aku panggil bapak aja."

"Oh, shit. Kokoroku sakit sekali."

[Name] memutar bola matanya dengan malas, sifat Agil memang kadang lebih menyebalkan ketika hanya berbicara berdua saja dengannya. Mungkin lebih baik [Name] berbicara dengan formal saja daripada berbicara santai namun Agil malah semakin tidak waras.

Agil tersenyum kecil, ia kembali bersandar di bahu [Name] selagi jarinya memainkan helaian rambut sang gadis. "Mau Noir atau siapa pun, kamu selalu punya aku di sampingmu. If you need something, just call me dan aku akan datang kapan pun dan di mana pun kamu berada."

Kata-kata manis yang berbobot, tetapi memiliki makna yang mendalam. [Name] tau jika Agil sering sekali melontarkan kata-kata manis kepadanya, namun gadis itu juga tau kapan jika si pria benar-benar memegang ucapannya. Yeah, lagipula hal itu sudah pernah terjadi.

[Name] berdehem lirih, keduanya diam pada posisi masing-masing walau seorang pelayan sudah datang dan mengantarkan pesanan dua orang itu. "Bapak mau makan apa enggak?" Agil merengut kesal saat mendengar nama panggilan itu, ia menggembungkan pipinya dan menduselkan wajahnya ke bahu [Name].

"Pak, pak, pak. Gak suka aku dipanggil gitu pas aku lagi off duty, gak mau makan nih aku."

"Ya udah, terserah."

Kecewa? Betul sekali kawan-kawan. [Name] bukan tipikal orang yang mudah panik ketika melihat seseorang ngambek kepadanya, terkecuali jika [Name] baru mengenal orang itu. Tapi lain halnya untuk Agil, dia cuek-cuek saja jika pria itu mau ngambek, kayang atau bahkan ngereog pun gadis itu tidak akan meladeninya.

Namun, ada kalanya [Name] juga peduli.

Ia tau jika Agil tengah kelelahan karena dikejar banyak sekali pekerjaan, mulai dari kerjaan di kantor hingga patroli sampai dini hari, siapa pula yang tega melihat bagaimana manjanya seorang Agil ketika lelah. Beuh, langsung kena heart attack.

Gadis itu mulai memakan makanannya, Agil yang melihat [Name] begitu cuek kepadanya, menghela napas panjang sambil mulai memejamkan matanya untuk sekadar beristirahat sejenak di bahu si gadis. Tapi, sebuah suara membuatnya terbangun dan segera memasang senyum hangat.

"Bangun bentar, kak. Makan dulu, nih."

[Name] menyodorkan sesendok nasi goreng yang Agil pesan, tentu si surai gelap itu segera membenarkan posisi duduknya dan langsung membuka mulutnya lebar-lebar saat [Name] menyuapinya.

"Mwaacwii, baby."

"Iya, mukamu kek babi."

"Aww, shimeh."

Gadis itu kemudian berdehem lirih seraya kembali memakan kwetiaunya, lalu di sela-sela itu, [Name] menyuapi Agil dan membuat pria itu full senyum sepanjang hari.

╚═══════ ೋღ FAMILIA ღೋ ═══════╝

Siapa yang di sini cegilnya Agil?

Omagah, apa ini? Sangat cringe, I know that.

Hiksrot, tutor romens😭

Sangat OOC, maapkeun.

ᴛʜᴇ ɴᴏɪʀ ꜰᴀᴍɪʟɪᴀ : "ᴏᴜʀ ꜱᴀᴛᴜʀɴ." [ʜᴀʀᴇᴍ × ꜰᴇᴍ!ʀᴇᴀᴅᴇʀ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang