·˚ ༘₊· ͟͟͞͞꒰➳ Twenty.

612 85 19
                                    

╔═══════ ೋღ NOIR ღೋ ═══════╗

"Sudahlah."

[Name] merengut, melihat kelakukan random Souta dan Echi yang bertengkar karena masalah sepele di pagi hari. Gadis itu memakan sarapannya dengan wajah ditekuk, Darel yang sedari tadi duduk di sampingnya pun menahan tawa. Adiknya itu sudah lelah mendengar setiap ocehan tidak penting dari Echi yang membuat Souta ikut naik darah, sampai Valden pun ikut mencoba menenangkan mereka.

Mia yang sudah siap dengan segala perlengkapan kuliahnya menggeleng heran, "Percuma mereka ditenangin, yang ada Kak Echi malah tambah parah kalo ngomong." Tukasnya.

"Eh, dedek! I did nothing wrong! I'm just telling the truth!"

"Halah, pantek. Gak jelas lo, Chi." Sahut Souta, si anomali ungu pun seketika berdecak kesal dan duduk merapat ke samping [Name], perempuan itu dengan santainya memeluk [Name] dari samping. Sempat dihadiahi helaan napas berat dari si empu, tapi nampaknya Echi tak akan melepaskan pelukannya dalam waktu dekat.

[―ꜰɪʀꜱᴛ ᴘᴇʀꜱᴏɴ ᴘᴏɪɴᴛ ᴏꜰ ᴠɪᴇᴡ―]

Apa yang kurasakan sekarang?

Entahlah, mungkin senang juga sedikit terselip perasaan aneh dan kurang nyaman. Dahulu dua kubu yang sering bertabrakan kini perlahan mulai berteman dalam sekejap masa, aku rasa mungkin mereka juga merasa sedikit kaget atau bingung beradaptasi.

Tapi syukurlah, kali ini tidak ada keributan sama sekali di antara mereka. Aku sempat mendengar obrolan antara Caine dan Darel beberapa hari lalu, jikalau mereka berdamai atas permintaan dari kakek dan juga menggunakanku sebagai alasan.

Jujur, aku tidak keberatan.

Hanya saja, memang seperti sekarang, ada perasaan aneh saat melihat bagaimana cara mereka mengakrabkan diri satu sama lain walau masih nampak kecanggungan yang terlihat di antara mereka.

"Kak Echi, lepasin. Aku mau berangkat."

Si purple anomaly itu sempat mengerucutkan bibirnya dan sempat memelukku lebih erat dalam sekejap, sebelum akhirnya benar-benar melepaskanku. "Kalo Souta nyetirnya gak bener, bilang ke gua aja! Nanti biar tiap hari aku anterin!" Ujarnya dengan bangga.

Souta pun mencibir, "Jangan sumpah, Echi tambah tahun tambah goblok nyetir!" Baiklah, keduanya kembali ribut di ruang makan, sampai akhirnya aku pun mengajak Mia untuk segera keluar dari rumah dan menunggu di mobil. Tak lupa aku sempat berpamitan kepada para penghuni lain.

Keributan masih bisa kudengar dari luar rumah, Mia beberapa kali menghela napas panjang, aku pun dengan santainya meminta kunci yang Mia mobil yang dibawa oleh Mia dan masuk ke dalam kendaraan itu. Meski, ada sedikit rasa takut karena kejadian beberapa waktu lalu, daripada terlambat karena menunggu perselisihan dua anomali itu lebih baik aku memanaskan mesin mobil terlebih dahulu, bukan?

"Gapapa nih, [Name]? Aku bisa kok, kita tukeran tempat aja." Aku menggelengkan kepalaku saat Mia menawarkan, tak lama setelah aku mempersiapkan mobil agar tinggal jalan menuju kampus, Souta akhirnya keluar dari rumah dengan wajah ditekuk, sesekali pemuda itu menunjukkan jari tengahnya kepada Echi yang nampak ikut keluar.

Lalu kemudian, kami pun berangkat kuliah dengan aku mengendarai mobil milik Mia.

"Minggir,"

Aku tak menoleh sama sekali, dari suaranya saja aku sudah mengetahui siapa yang menyuruhku pergi dengan seenak jidatnya. Aku duduk sendirian di kantin kampus, sementara duo bocil kematian sedang memesan makanan. "Minggir, gak? Lonte kek lo harusnya gak di sini. Ngerusak pemandangan, tau gak?" Aku memutar bola mataku dengan malas kala mendengar ucapan Klair, ia bersama gengnya tentu masih saja akan mengusikku lagi.

ᴛʜᴇ ɴᴏɪʀ ꜰᴀᴍɪʟɪᴀ : "ᴏᴜʀ ꜱᴀᴛᴜʀɴ." [ʜᴀʀᴇᴍ × ꜰᴇᴍ!ʀᴇᴀᴅᴇʀ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang