·˚ ༘₊· ͟͟͞͞꒰➳ The Seventh, Haven't We?

1.1K 170 2
                                    

╔═══════ ೋღ NOIR ღೋ ═══════╗

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

╔═══════ ೋღ NOIR ღೋ ═══════╗

"Sumpah, lo pada ganggu bet, anying. Punya sodara kek bangsat semua, heran." Gerutu Krow saat ia berjalan di belakang bersama dengan Mako dan Riji, sementara para perempuan sudah berjalan-jalan di depan berkeliling untuk mendatangi tenda penjual yang menarik perhatian mereka.

Mako menyenggol lengan Krow, "Lagian lo, gak ngajak-ngajak. Mana modus banget lagi, pake segala senderan."

Riji ikut berkomentar, "Sumpah ye, parah banget lo. Demen banget nyuri start." Kesalnya sambil memakan camilan yang adiknya―Selia belikan untuknya. Sesekali Mako ikut nyomot, tentu saja si Riji langsung nyolot.

"Mako kampret."

Dengan rasa tidak bersalah, Mako pun berlari menuju ke arah para perempuan dengan Riji yang mengejar. Krow sendiri memutar bola matanya dengan malas dan mempercepat langkahnya, setidaknya ia ingin sedikit tenang daripada mengikuti drama dua pemuda yang wajahnya mirip satu sama lain.

Lagi dan lagi, matanya tertuju kepada [Name] yang kini menunggu Elya dan Selia yang membeli sesuatu. Tampaknya gadis itu tengah mengobrol bersama Echi, Mia dan Aenon, belum lagi dengan Mako dan Riji yang jahil sesekali bermain-main dengan rambut [Name] dari belakang. "Hadeh, nyebelin banget anying." Pikir si gagak itu.

"Eh, [Name] mau ikut nyari novel di tenda yang jual buku, gak? Siapa tau ada novel bagus yang dijual di sini." Ajak Echi, [Name] sempat menoleh ke arah si rambut ungu, pikirannya seketika bingung. Tetapi, belum sempat ia memberikan jawaban, Mako sudah terlebih dahulu menggandeng tangannya.

Riji mengekori Mako dan [Name], ia sempat memandang keheranan ke arah Mako lalu dirinya agak berteriak ke arah Krow. "Sorry, gua sama Mako pinjem dulu nih bocah~ WOY, KROW! IKUT GAK, COEG?!" Si surai abu segera saja menyusul mereka, berbeda dengan para perempuan yang langsung mengumpat―lebih tepatnya Echi.

"Kita mau ke mana, kak?" Tanya [Name] dengan bingung, ia memperhatikan sekitar ketika Mako terus menggandengnya pergi ke arah daerah bazar aksesoris dan souvernir.

Masing-masing dari mereka sudah berkenalan langsung dengan [Name], lebih tepatnya berkenalan dengan nama asli daripada menggunakan kode nama yang selalu berbeda-beda setiap orangnya. [Name] semakin merasa aneh juga familiar, dari cara mereka berbicara, suara atau canda tawa mereka benar-benar mirip dengan anak-anak Noir yang selalu bersamanya.

[―ꜰɪʀꜱᴛ ᴘᴇʀꜱᴏɴ ᴘᴏɪɴᴛ ᴏꜰ ᴠɪᴇᴡ―]

Sumpah, sih.

Mereka mirip banget sama anak-anak Noir. Apalagi cemprengnya Kak Krow mirip banget sama si gagak, mana namanya hampir mirip pula, cuma orangnya punya nama kek makanan, hihi.

Aku hanya bisa pasrah mengikuti langkah mereka bertiga dengan Kak Mako menggandengku, Kak Riji anteng sambil makan snack, lalu Kak Krow di belakangku dengan salah satu tangannya bertengger di punggung ku.

Agak shik, shak, shok.

"Bagus-bagus barangnya, kan?" Kak Mako membawaku ke sebuah tenda yang menjual banyak aksesoris kepala, seperti bandana, jepit rambut dan lain-lain. "Ko, pakein yang itu, tuh." Kak Riji menunjuk sebuah bando dengan telinga kucing buatan, aku yang melihatnya segera menggelengkan kepalaku.

"Jangan dong, kak. That would be embarrassing for me.." ucapku lirih, tapi sayangnya Kak Mako sudah terlebih dahulu memakaikan bando yang memiliki warna yang sama dengan rambutku. Dari caranya tersenyum dan tertawa, pasti ini si pangeran salju. Hm, parah ini.

Aku melirik ke arah Kak Krow yang ternyata sudah menggunakan kamera ponselnya untuk memotretku, "Heh, Kak Krow!" Aku segera membalikkan tubuhku menghadap ke arah Kak Riji sambil melepas bando itu dari kepalaku. Akh, tidak bisa ini! Masa iya aku terbully oleh tiga orang ini kek dulu lagi? Aduh, jangan sampai kejadian lagi apalagi kalo tiga pilar kehidupan bersatu, iya kan?

"Halah, taik. Jangan dilepas dong, cantik."

Bacot buaya, pasti itu si Pincenjo Casano. Udah tuh, jelas banget nadanya pas ngomong, dasar buaya darat emang. Sabar banget yang punya abang kek dia, sumpah. Mana adeknya kalo bawa mobil ugal-ugalan kayak anomali ungu―mendingan si anomali, sih.

"Diem deh, Kak Rijing."

"Hanyink."

"Mampus, lo." Kak Krow berujar, dihadiahi tatapan tajam dari Kak Riji yang baru saja selesai menghabiskan camilannya dan melempar bungkus makanan yang sudah ia bulatkan dan padatkan sehingga bisa cukup sakit jika terkena lemparannya. Sudah tertebak, tentu berakhir dengan Kak Krow yang kesal dan mengejar Kak Riji entah ke mana, benar-benar kekanak-kanakan sekali kelakuan mereka berdua itu.

Aku agak terkejut ketika merasakan sebuah tangan menarikku dengan perlahan, ketika aku menoleh, tampaklah Kak Mako tidak menggandengku dan lanjut berjalan selagi matanya menelisik ke sana ke mari, mencari-cari sesuatu yang menarik perhatiannya.

Namun, lama kelamaan gandengan tangannya bergerak menjadi bertengger di pinggangku. Apa apaan itu, sih?!

"Kak Mako?" Panggilku pelan ke arahnya.

"Hm? Kenapa? Kamu mau beli sesuatu?" Tanyanya sambil menoleh ke arahku. Segera saja aku menggelengkan kepalaku. Tangannya semakin menarik pinggangku, membuat sisi tubuh kami saling menabrak kecil. "Bilang aja, biar aku beliin buat kamu."

Samsek,

Aih, shibal sekyah.

╚═══════ ೋღ FAMILIA ღೋ ═══════╝

╚═══════ ೋღ FAMILIA ღೋ ═══════╝

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
ᴛʜᴇ ɴᴏɪʀ ꜰᴀᴍɪʟɪᴀ : "ᴏᴜʀ ꜱᴀᴛᴜʀɴ." [ʜᴀʀᴇᴍ × ꜰᴇᴍ!ʀᴇᴀᴅᴇʀ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang