·˚ ༘₊· ͟͟͞͞꒰➳ Nineteen.

1.3K 162 0
                                    

╔═══════ ೋღ NOIR ღೋ ═══════╗

Seperti sekarang, keadaan [Name] yang sudah membaik membuatnya kini sudah diperbolehkan untuk pulang dan menjalani rawat jalan di rumah. Seharusnya, Briella saja sudah cukup untuk merawatnya. Tetapi justru usul itu ditolak mentah-mentah oleh mereka semua, entah itu kakak-kakaknya atau anak-anak Noir.

Maka jadilah kini ada Caine, Key dan Elya yang merawat [Name] dari perwakilan anak-anak Noir. Sementara Darel dan Valden ikut merawat [Name], setidaknya mereka berlima dapat sedikit berdamai untuk keadaan. Mereka menginap di rumah [Name], satu kamar untuk [Name], Key, Elya dan Caine, sementara satu kamar lagi untuk Darel dan Valden.

Caine tidak keberatan, toh dia punya title sebagai mami.

"Berarti, Kak Key yang mana?"

Sekarang, Key dan Elya tengah mereveal identitas masing-masing anggota keluarga kepada [Name], karena mereka tau jika gadis itu tentunya menyimpan rasa penasaran yang tinggi. Key tersenyum sambil memasang pose dengan kedua tangan di samping wajah dan sedikit menekuk jari-jarinya bak sebuah tangan penuh cakar, "Woof! Si anjing biru di sini!" Ujarnya dengan senang seperti sedang menghibur anak kecil berusia balita.

[Name] pun terkekeh, "Ternyata si bunda, toh."

Mereka lanjut berbincang, tak lama setelahnya, Caine pun masuk ke dalam kamar sembari membawakan segelas air hangat yang sudah dicampur dengan madu. Ia duduk di dekat [Name], "Minum dulu, habis itu tidur siang, ya?" Titahnya selagi ia memberikan gelas itu kepada [Name], si empu pun menyambutnya dengan senang sambil tersenyum lebar.

"Makasih, mami." Sumringah si gadis, tentu karena ia lebih memilih meminum madu dan sebagainya daripada ia harus memikirkan rasa mual saat ia meminum obat. Caine ikut tersenyum, mengusak lembut surai hitam gadis yang tengah meminum air hangat bercampur madu tersebut. Key dan Elya menikmati pemandangan di depan mereka, apalagi dengan fakta jikalau [Name] sudah tidak merasa keberatan harus berada di dekat mereka.

Setelahnya, [Name] mengembalikan gelas itu kepada Caine, pria bersurai merah tersebut meletakkan gelas kosong itu di nakas dekat ranjang [Name]. Perempuan berusia 19 tahun tersebut kemudian bertanya, "Ngomong-ngomong.. aku belum denger suaranya Kak Valden atau pun Kak Darel.. mereka kemana?"

"Mereka lagi masak." Balas Caine singkat.

[Name] memandang Caine heran, "Mereka.. masak? Are you serious, Caine?" Tanyanya setengah tidak percaya, sejak kapan para pria ugal-ugalan itu punya skill bertahan hidup dalam hal memasak? Jujur saja, [Name] agak ragu saat mendengarnya.

Tentu saja si wakil ketua Noir itu menganggukkan kepalanya, "Aku gak expect banyak, sih. Tapi.. dari cara mereka masak.. kayaknya mereka punya kemampuan." Ucapan Caine tentunya diangguki oleh si duo dispenser.

"Kalo mami bilang gitu, berarti bener."

"Aku setuju sama Elya."

Sementara di tempat yang berbeda, ada dua kubu yang tengah bertemu di sebuah tempat temu yang membuat mereka seolah baru saja bersua ria dengan kawan lama. Atmosfer di antara mereka sudah meleleh, kini berpegang pada tujuan yang sama usai mereka bertemu dengan Luke.

Rion bersama dengan Agil, Gin, Riji, Mako dan Krow tengah mengadakan pertemuan dengan Raven, Hilzem, Mavier, Zavier dan Oxvier di sebuah dermaga yang tak jauh dari mansion hitam. Suasananya begitu santai, mereka duduk lesehan di lantai kayu dermaga, menikmati hembusan angin laut yang menerpa.

ᴛʜᴇ ɴᴏɪʀ ꜰᴀᴍɪʟɪᴀ : "ᴏᴜʀ ꜱᴀᴛᴜʀɴ." [ʜᴀʀᴇᴍ × ꜰᴇᴍ!ʀᴇᴀᴅᴇʀ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang