🌼 T I G A P U L U H

408 42 7
                                    

A story inspired by Jongho OST - A Day

*

*

*

I miss you all day long

I want to turn back our time

No matter what day comes, I remember you

I will engrave your name deep into my heart

*

*

*






Present








Mingi mendorong pintu didepannya, ia melangkah masuk kedalam restoran dengan perlahan sembari menoleh kesana kemari seperti mencari seseorang.

Dari makan malam terakhirnya dengan Wooyoung, Mingi masih menyimpan segudang rasa penasaran yang sangat mengusiknya. Mingi masih mengingat kata-kata Wooyoung malam itu. Banyak yang mau Mingi tanyakan, tapi Wooyoung sengaja menjauhi dirinya akhir-akhir ini. Yah, tidak secara langsung.

Wooyoung selalu menggunakan alasan sibuk atau lelah dengan kerjaan saat Mingi mengajaknya ikut makan siang bersama. Jadi, sekarang Mingi sudah tidak punya ide selain mencari jawabannya sendiri.

Mingi memutuskan untuk menemui pria itu.

Chef yang sempat bersitegang dengan Wooyoung.

Mingi ingin tahu apa yang terjadi diantara mereka.

Suasana restoran masih sepi ketika Mingi berjalan semakin dalam dan mendudukkan dirinya di salah satu meja. Mingi satu-satunya tamu disini, ia tidak menemukan karyawan yang seharusnya siap sedia untuk menerima pesanan. Tidak ada orang sejauh matanya memandang. Tentu ini sangat aneh sekali.

Sekitar sepuluh menit Mingi menunggu, dari arah pintu dapur ia melihat seorang pemuda tinggi yang berdiri mematung terkejut dengan kedatangannya.

Akhirnya, pikir Mingi.

Sebelum Mingi sempat mengangkat tangan, orang itu lebih dulu berjalan mendekatinya. Ada celemek pink yang melingkar di pinggangnya dan entahlah, Mingi merasa itu lucu. Pink cocok sekali untuknya.

"Maaf, tapi kami belum buka," ucap pemuda itu.

Mingi terdiam selama beberapa detik mengagumi wajah pemuda didepannya. Mingi akui pemuda itu sangat rupawan, kulitnya putih bersih seperti tahu, tingginya semampai, lebih tinggi dari Mingi malah.

Dan juga, pipi tembem berisi yang sepertinya akan terasa lembut apabila di cubit. Itu menggemaskan. 

Ah, tidak, tidak !

Mingi cepat-cepat mengusir pikiran asalnya itu.

"Tuan ?"

Mingi berkedip. "Oh iya ? Maaf, a–aku, aku tidak tahu, aku kira restorannya memang sudah buka."

"Apa aku lupa memasang tanda di pintu ?"

Bahkan saat pemuda itu sedang bergumam sendiri pun ia terlihat manis. Sepertinya, Mingi sudah gila.

"Maaf, tapi hari ini kami buka lebih siang."

"Oh, begitu ya ? Ehm, i–itu, sebenarnya aku juga tidak datang untuk makan siang," jelas Mingi lagi.

A Day || WoosanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang