Hai pren
Maaf menunggu lama.
."Hidup itu terkadang seperti unsur Kimia, harus menerima walau dua unsur tak sama."
.
."Gila banget, ngga nyangka kita bakal menang tadi." Ucap Danu saat memasuki kelas yang sudah sunyi bersama 4 temannya. Ternyata di kelas hanya tersisa Windy yang belum kembali pulang ke asrama.
"Didalam sebuah tim, yang dibutuhkan adalah kerjasama dan kekompakan. Untuk next kompetisi kita harus bisa lebih kompak lagi." Ucap Bastian kala mendudukkan dirinya di atas meja nomor 5.
"Tapi gue ngga bisa." Danu menyahut.
"Why? Jaga perasaan cewek lo?" Tebak Ayra yang sudah duduk di bangkunya.
"Itu lo tau." Kata Syakila. "Danu itu bukan ngga mau kompak, tapi lagi jaga hati. Gitu ngga, Nu?"
"Kayak Ayra dong." Nurmala merangkul pundak Ayra kemudian mengambil duduk disebelahnya. "Meskipun ada pacar tapi ngga lupain teman. Mau gimana pun hidup itu saling membutuhkan."
Ayra diam, pandangannya kosong. Pikirannya kembali mengingat masa dimana ia berteman dengan Danu dua tahun lalu.
"Ay, tiga minggu ngga masuk lo ngga kangen kita?" Danu menyuarakan perasaan kala sudah lama tidak bertemu Ayra.
"Bohong kalau gue bilang ngga kangen. Tapi mau gimana lagi? Ini penyakit suka kambuh ngga tau waktu." Jawabnya diakhiri kekehan ringan. "Akhir-akhir ini lo sering banget tanya gue kapan masuk. Kenapa?"
"Kangen gue." Jawab Danu terus terang membuat teman-temannya heboh sendiri.
"Gila! Yang bener aja, Nu!" Sambung Syakila heboh.
Danu berdecak. Apa ia salah? "Kangen sama temen sendiri seharusnya gapapa dong?"
"Ay... Ayra." Panggil Nurmala tapi tidak ada sahutan dari temannya itu. "Ayra Anjani." Panggilnya seraya mengguncang tubuh Ayra pelan membuat cewek itu tersadar.
"Ha?"
"Lo mikirin apaan sampai di panggilin ngga nyahut gitu?"
Ayra menggelengkan kepala lantas tersenyum tipis. Pada akhirnya, semua yang sudah berlalu tidak dapat di ulang kembali, kecuali kamu mengabadikannya. Mau tidak mau, kamu harus menerima apa yang sudah terjadi. Sama halnya seperti unsur kimia, yang harus menerima meski dua unsur tak sama.
Lama terdiam, Ayra lantas berdiri dari duduknya dan mengambil tas ransel miliknya. Cewek itu berjalan mendekat ke arah Danu yang menunduk dalam dan menepuk pundak cowok itu. "Tim kita butuh kekompakan. Ingat tujuan lo setelah lulus dari sini." Setelahnya, Ayra langsung keluar dari kelas.
***
Usai berganti pakaian di kamar asramanya tadi, Ayra langsung menuju taman depan asrama dengan handphone yang cewek itu bawa kemana-mana. Untunglah cuaca hari ini mendung seperti akan turun hujan, kalau panas mungkin Ayra tidak akan ke taman.
Baru saja akan mendudukkan dirinya di bangku taman, Windy memanggilnya membuat Ayra kembali berdiri. "Eh, Win, kenapa?" Tanya Ayra saat melihat Windy yang berlari ke arahnya sembari membawa sebuah jaket ditangannya.
"Lo ceroboh banget sih, bocor tuh." Ucap Windy dengan napas tersengal-sengal lantas menyodorkan jaketnya kepada Ayra.
Ayra mengernyitkan keningnya bingung. Bocor? Apanya yang bocor? Pikirnya.
"Lama banget mikirnya." Windy berdecak, cewek itu langsung mengikatkan jaket yang dibawanya tadi ke pinggang Ayra.
Ayra menepuk dahinya sendiri. Ia baru ingat kalau sedang menstruasi, tapi kenapa bisa bocor? Seingatnya ia belum lama mengganti pembalut.
KAMU SEDANG MEMBACA
GENIUS CIRCLE [TAMAT)
Teen FictionHALLO..HALLO.. HAI!!! FOLLOW DULU SEBELUM MEMBACA!! . Bagaimana rasanya terjebak di sekolah dengan berbagai peraturan aneh yang selalu berubah-ubah di setiap tahun ajaran baru? Itu yang dirasakan oleh semua siswa SMA Bakti Bangsa. Selain terjebak di...