10. Cemas

7.2K 303 0
                                    

hai semuaaa, selamat membaca TZ!! Sebelum baca jangan lupa support cerita ini dengan cara vote yaaa^^

hai semuaaa, selamat membaca TZ!! Sebelum baca jangan lupa support cerita ini dengan cara vote yaaa^^

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

────────୨ৎ────────

Argan menoleh karena ada seseorang yang mendepak rokok itu dari tangannya hingga terjatuh. Ia berdecak sebal saat tahu orang yang datang ini.

"Gak sopan."

Gadis itu menghela napas pelan lalu duduk di kursi tepat di depan Argan.
"Kamu kenapa sih?" tanyanya.

"Gapapa."

"Ar, aku tau banget gimana kamu. Kamu kalo ngerokok pasti artinya ada masalah. Kamu pasti lagi ada masalah kan? Masalah apa?"

Argan memalingkan wajahnya malas. "Lo ga perlu selalu tau apa masalah gue, Ces."

Cessa mengernyit heran, bisa-bisanya Argan bilang begitu? Iya, memang mereka tidak ada hubungan untuk saat ini. Tapi bukankah mereka sudah dekat?

"Kamu nganggep aku apa sih, Ar?"

Argan menatap wajah sendu Cessa, sepertinya gadis ini terlihat sedih. Ia menghela napas kasar.
"Tolong tinggalin gue sendiri dulu, jangan mancing emosi," pinta Argan dengan menatap tenang Cessa.

"Aku ga mau pergi sebelum kamu cerita!" keukeuh Cessa.

"Pergi Cess."

"Ga mau!"

"Pergi."

"Aku bilang aku ga—"

"PERGI!" bentak Argan tak terkontrol. Ucapan Cessa ia potong saking emosinya. Ia sungguh tak ingin diganggu oleh siapapun.

Cessa terlihat terdiam tak menyangka karena Argan membentaknya. Matanya berkaca-kaca.

Tersadar dengan bentakannya, Argan mendengus kasar, ia mengusap wajahnya gusar. Ia menatap Cessa kembali.

"Maaf."

Cessa menggeleng pelan.
"Kamu kasar banget, Ar. Jahat!" sentak Cessa yang setelahnya pergi dari sana.

"Cessaa!" panggil Argan yang beranjak dari duduknya. Cessa terus berlari tanpa berniat menoleh ke arahnya. Ia menendang kursi di sampingnya hingga berbunyi gedukan keras, ia marah pada dirinya sendiri karena selalu tak bisa menahan emosinya.

***

Nala menghampiri Zheta di salah satu bangku kantin dengan membawa nampan berisi dua porsi mie ayam untuk dirinya dan juga Zheta juga dua minuman.

Nala duduk berhadapan dengan Zheta. Ia mengaduk-aduk mie ayam miliknya. Saat menatap Zheta, ia tak melihat pergerakan gadis itu untuk makan. Zheta terlihat melamun.

"Woy! Melamun aja terus," sentak Nala membuat Zheta tersentak dan tersadar, ia langsung mengaduk mie nya dengan sumpit.

Sebenernya tadi Zheta bukan asal melamun saja. Hanya saja ia selalu kepikiran, tentang dirinya yang berpindah jiwa. Bagaimana kehidupan dirinya di dunia asli sebagai Zela? Apakah di sana ia benar-benar sudah mati? Ia benar-benar masih bingung. Ataukah nanti ia akan kembali ke dunia aslinya? Bagaimana jika ia jujur saja?

Transmigrasi ZhetaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang