12. Salah Tingkah?

6.7K 305 2
                                    

────────୨ৎ────────

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

────────୨ৎ────────

"Zheta?! Lo kan alergi cokelat!
Zheta membeku sebentar mendengar pekikan Argan yang terlihat begitu terkejut melihat ia memakan cokelat lava di hadapannya.

'Alergi cokelat?'

Yang tadinya mengernyit, kini kedua alisnya terangkat karena sudah menyadari sesuatu. Karakter Zheta memang alergi dengan cokelat, tapi sepertinya itu tidak akan berpengaruh padanya.

"Udah gapapa!" balas Zheta kembali menyuap makanan tersebut ke dalam mulutnya.

Argan menarik piring tersebut dan menjauhkannya dari Zheta.
"Jangan dilanjutin! Lo sendiri seharusnya tau bahayanya!" larang Argan.

Zheta berdecak dan kembali menarik piring tersebut ke hadapannya.
"Gue bilang gapapa! Ga bakal kenapa-napa kok! Udah lo duduk aja, gue mau abisin, dikit lagi!"

Argan mendengus, mau tak mau ia duduk kembali ke kursinya dengan pandangan yang tak lepas dari Zheta yang masih sibuk makan.

"Gausah di abisin juga! Lo bisa sesek nanti!" tegur Argan. Zheta benar-benar ingin menghabiskan makanan yang jelas-jelas mengandung cokelat itu.

Semakin dilarang semakin dilakukan. Zheta langsung menghabiskan makanan tersebut tanpa tersisa. Kemudian ia langsung meminum minuman yang sudah ia beli juga hingga habis setengahnya.

Argan memegangi kepalanya pusing melihat Zheta yang seperti ini. Jelas-jelas ia sangat tahu Zheta begitu alergi dengan cokelat karena pengakuan gadis ini dulu.

"Bentar lagi sekarat lo," ejek Argan.

Zheta memicingkan matanya tajam seakan tak terima dengan perkataan Argan. "Sopan banget mulut lo! Gue udah bilang ga bakal kenapa-napa, bawel jadi orang!"

Argan hanya mengedikkan bahunya acuh, keras kepala.

"Oke, karena gue udah selesai makan, sekarang silakan apa yang mau lo omongin?" Zheta menyenderkan tubuhnya pada sandaran kursi bagian belakang.

Sebelum memulai pembicaraan, Argan bergeming sebentar menyiapkan kata-kata untuk ia ucapkan pada Zheta. Ia menatap lekat mata Zheta tanpa mengalihkan pandangannya.

"Gue ngerasa lo berubah, Zhe."

"Mungkin semua orang yang kenal sama lo juga ngerasain perubahan lo. Penampilan lo, cara bicara lo ke gue, sikap lo, dan biasanya lo selalu nentang kalo gue bilang putus sama lo. Sekarang segampang itu?"

Zheta memutar bola matanya malas, pembahasan ini lagi. Ia benar-benar tak habis pikir dengan jalan pikiran Argan.

"Gue udah bukan Zheta yang lo kenal. Gausah berharap apa-apa lagi. Dulu gimana? Lo sendiri yang mempermainkan gue, jadiin gue babu lo? Padahal gue bener-bener tulus sayang sama lo!" sentak Zheta, mewakili perasaan Zheta dulu, yang selalu dipermainkan oleh Argan.

Transmigrasi ZhetaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang