11. Alergi

6.8K 312 7
                                    

tolong budayakan vote sebelum membacaa⭐️

tolong budayakan vote sebelum membacaa⭐️

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

────────୨ৎ────────

"Di mana Cessa?!"

Zheta dan Rion menoleh saat pintu terbuka menampakan seorang Argan yang terlihat cemas. Ia mendekat ke arah Rion dan Zheta sambil bertanya di mana keberadaan Cessa.

"Masih ditanganin, dahinya tadi agak merah," ungkap Rion.

Argan berdecak sambil menyugar rambutnya. Tentu ia merasa bersalah karena pastinya ini ada sangkutpautnya dengan bentakan yang ia berikan kepada Cessa.

Argan menoleh ke orang di sebelah Rion, ia baru sadar orang di sebelah Rion ini adalah Zheta.
"Zheta?"

Zheta mendongak menatap Argan yang menyebut namanya. Ia hanya menampilkan wajah datarnya saja.

"Zheta kenapa bisa sama lo?" tanya Argan pada Rion.

Mendengar pertanyaan itu, Rion memandang Zheta sekilas.
"Ya gapapa, cuma kebetulan ketemu aja," alibinya. Ia tak ingin Argan bertanya banyak hal.

"Dik, teman kalian sudah sadar," ujar perawat yang menghampiri mereka. Sepertinya Cessa sudah selesai ditangani.

Argan menoleh, tanpa berkata apapun ia segera menghampiri Cessa yang terbaring di atas brankar. Diikuti Zheta dan Rion.

"Argan.." lirih Cessa sembari menatap sendu ke arah Argan.

"Gue di sini. Lo ga papa kan?" tanya Argan terlihat begitu khawatir pada Cessa padahal jelas di sana ada Zheta yang pastinya melihat interaksi mereka.

Rion menatap Zheta cemas, ia takut Zheta akan sakit hati.
"Zhe, lo gapapa kan?" tanya Rion memastikan.

Zheta berdehem tanpa mengalihkan pandangan dari interaksi Cessa dan Argan.

"Seharusnya gapapa, tapi kenapa gue sakit hati ya liat mereka?"

***

"Ngapain lo nyuruh gue ke sini? Guru killer ntar lagi masuk kelas, mending kita ke kelas sekarang."

"Sabar, gue belum ngomong."

Rion mendengus dengan ucapan Argan, ia melihat jam yang melingkar di tangannya. Masih ada waktu 5 menit lagi. Baiklah, ia akan duduk di kursi yang ada di rooftop ini dan mendengar Argan. Rion sama sekali tak tahu apa yang ingin Argan bicarakan.

Rion diam menunggu Argan memulai pembicaraan.

"Lo bisa jauhin Zheta?"

Dahi Rion mengkerut mendengarnya. Apa-apaan Argan ini? Apa dia ada hak menyuruhnya menjauhi Zheta?

"Kenapa gue harus nurutin omongan lo?" tanya Rion sambil bersidekap dada.

Transmigrasi ZhetaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang