Prolog

16.4K 484 10
                                    

────────୨ৎ────────

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

────────୨ৎ────────

Zela terlihat heran karena sahabatnya yang bernama Diva tak kunjung balik ke kelas, padahal bel masuk sudah berbunyi. Ia berdecak karena Zela mencoba menelpon sahabatnya itu, namun tak kunjung diangkat.

Kebiasaan sahabatnya itu selalu terlambat masuk kelas, dan yang dilakukannya pasti berduaan dengan pacarnya itu.

Mumpung gurunya belum masuk, ia beranjak dari duduknya dan mencari Diva ke belakang sekolah. Karena yang Zela tahu, Diva sering berduaan di sana dengan pacarnya.

"Dikira gue ga cape kali ngingetin tu anak!" sungut Zela kesal sambil berjalan dengan terburu-buru. Ia takut dengan pergaulan Diva yang sering pergi bersama pacarnya.

Bahkan Diva pernah jujur sekali padanya, bahwa dia hampir saja melakukan 'itu' dengan pacarnya saat merayakan ulang tahun Diva di hotel 5 bulan lalu.

Saat sampai di belakang sekolah, ia baru saja ingin mengomeli Diva yang sudah pasti ada di sana. Tapi ucapannya terhenti saat ia mendengar sesuatu yang Diva katakan pada pacarnya yang membuat ia terdiam.

"Kamu harus tanggung jawab! Aku hamil!"

Deg!

"Hamil?" gumam Zela tak percaya. Ia benar-benar syok. Tanpa pikir panjang Zela menghampiri mereka berdua.

"Lo hamil, Div?!" tanya Zela sedikit lantang.

Diva menoleh lalu mendelik karena kedatangan Zela yang tiba-tiba.
"Ze-zela.." Diva gelagapan karena pertanyaan Zela.

"Jawab gue! Lo beneran hamil?!" tanya Zela.

"Kecilin suara lo, Ze.." pinta Diva, ia khawatir ada yang mendengar ucapan Zela itu.

"Gue ga peduli, gue kecewa sama lo! Sekarang juga lo jujur sama walas kita, Div! Lo ga boleh sekolah dengan keadaan kaya gini!" sentak Zela membuat Diva menunduk takut, tubuhnya bergetar.

"Gausah ikut campur, lo! Gue ga bakal tanggung jawab!"

Zela menoleh menatap pacar Diva yang bernama Andi dengan tatapan marah. "Cowo pengecut! Brengsek!" umpat Zela marah.

Rahang Andi mengeras saat Zela mengatakan itu, tangannya mengepal kuat karena emosi dengan perkataan Zela.

"Lo berani lakuin itu tapi ga berani tanggung jawab?! Cowo bajingan! Sialan!"

Grep!

"Ahkk!"

"Andi jangan Andi!!" pekik Diva yang melihat Andi mencekik leher Zela dengan sangat kuat sehingga Zela susah untuk bernapas.

"L-lepas.." lirih Zela, tak hanya sulit bernapas, ia juga sulit berbicara.

"Lo harus mati!" ujar Andi dengan senyum menyeringai. Sedangkan Diva sudah menangis bingung.

"Maaf, Ze..." gumam Diva. Mungkin ini caranya agar ia terhindar dari masalah.

Saking tak kuatnya, Zela tak tahan untuk tak menutup matanya. Andi mencekik leher Zela sangat kencang.

Setelah membuat Zela tak sadarkan diri, Andi membenturkan kepala Zela ke tembok dengan sangat keras membuat Diva menutup mulutnya terkejut.

Andi mendekat dan melihat keadaan Zela.

"Dia udah mati."

hai haii! makasii udah mampir ke cerita ini<3

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

hai haii! makasii udah mampir ke cerita ini<3

kalo penasaran, jangan lupa vote dan komen buat lanjut next chap!

VOTE GUYS VOTEEE!!!

28/07/24

Transmigrasi ZhetaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang