14. Berkhianat?

6.4K 297 9
                                    

────────୨ৎ────────

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

────────୨ৎ────────

"Zheta, Cessa... hari ini sampe satu minggu ke depan, Mama dan Papa akan keluar kota untuk mengurus perusahaan yang ada di sana. Kalian gak keberatan kan kalo kami pergi sementara?" tanya Gery-papa Zheta.

Di samping Gery juga ada Gina yang sedari tadi tersenyum tipis sembari memegangi pegangan koper.

Zheta mengangguk saja. Toh tidak ada bedanya mereka ada di rumah atau tidak, jadi bagi Zheta tak masalah, asalkan uang tetap mengalir.

Sedangkan Cessa, ia terlihat memanyunkan bibirnya, seakan sedih ditinggal oleh mama dan papa tirinya. Cessa mendekat ke arah Gery dan memeluknya sambil cemberut dan sedih.

"Yah, sedih dong ga ada Papa sama Mama. Rumah pasti sepi banget.." cicit Cessa. Ia melepas pelukannya dan menatap Gery dengan tatapan memelasnya. Zheta dalam hati terkekeh sinis.

"Ga capek masang topeng terus?"

Gery tersenyum sembari mengelus rambut putri tirinya itu.
"Cuma sementara kok, setelah masalah selesai, mama sama papa pasti bakal balik ke sini lagi."

Cessa mengangguk pelan dengan ucapan Gery barusan.

"Oh iya Mas, kamu tau gak? Cessa dapet apresiasi dari gurunya karena masuk 10 besar di seleksi kompetisi Fisika!" celetuk Gina tiba-tiba dengan senyum yang sumringah.

Gery memberikan tatapan kagum pada Cessa. Ia menepuk-nepuk kepala Cessa membuat Cessa menampakan senyum malu-malunya.

"Hebat ya anak Papa, teruskan prestasinya ya Sayang. Sebelum Papa sama Mama berangkat, kamu mau apa? Sebagai apresiasi Papa sama kamu, apapun permintaan kamu bakal Papa kabulin," ujar Gery dengan entengnya.

Mata Cessa berbinar senang. "Beneran Pa?! Aku ga minta aneh-aneh kok, cuma minta di transfer uang aja, buat jajan," sahut Cessa sambil nyengir.

"Kan, bener ada maunya," batin Zheta yang eneg sendiri melihat sikap Cessa yang caper terhadap papanya.

Gery mengangguk. "Yaudah, nanti papa transfer," balas Gery yang mendapat anggukan antusias oleh Cessa.

"Makasi Pa!"

Gery mengangguk dengan senyum yang masih terpampang di wajahnya. Kini ia beralih pada Zheta yang sedari tadi diam.
"Zheta? Papa yakin kamu ga mau apa-apa, jadi ga usah 'kan?" ujar Gery.

Zheta mengernyitkan alisnya.
"Belum juga gue ngomong."

Karena tak mau berdebat Zheta berdehem. "Iya, gausah. Papa berangkat aja sekarang, keburu ketinggalan pesawat," ujarnya. Ia sempat menyadari tampang Gina yang seakan senang papanya memperlakukan dirinya tak adil seperti tadi.

Gery menatap sekilas Gina, lalu setelahnya ia mengangguk.
"Yasudah, Papa sama Mama berangkat dulu. Zheta karena kamu kakaknya, kamu harus selalu jaga Cessa ya. Papa berangkat," pesan Gery pada Zheta dan Cessa. Kemudian pasangan itu berjalan ke luar meninggalkan Zheta dan juga Cessa.

Transmigrasi ZhetaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang