4 | jantung perpustakaan

490 66 2
                                    

Mereka mendarat dengan lembut di dekat stand makanan, tepat di tengah kerumunan yang ramai. Orang-orang di sekitar tampak sibuk dengan perayaan, dan benar saja, tak seorang pun yang memperhatikan kedatangan mereka.

Zayyan mendarat dengan kaki yang sedikit goyah, tetapi ia merasa puas. “Kau benar-benar luar biasa,” katanya sambil memandang roh kecil itu dengan lebih menghormati.

Roh itu menegakkan tubuhnya, tampak bangga. "Akhirnya kau mengerti. Sekarang, bagaimana kalau kita mulai mencicipi semua makanan lezat ini?"

Zayyan tersenyum lebar, rasa penasaran dan semangatnya kembali membara. Bersama roh kecilnya yang ternyata lebih berguna dari yang ia kira.

Zayyan dibuat terpana lagi oleh dunia baru ini. Setiap hidangan di sekitarnya tampak lezat, tidak hanya dari tampilannya, tetapi juga cara pembuatannya. Ternyata, makanan-makanan itu dibuat dengan bantuan sihir—pancaran cahaya lembut dan gerakan tangan para penyihir yang berada di stand-stand makanan membuat berbagai hidangan melayang di udara, melipatgandakan ukurannya, atau bahkan mengubah warnanya sesuai selera. Zayyan tidak bisa menahan diri untuk terpesona.

Bersama roh kecil yang terus mengelilinginya, Zayyan mulai mencicipi berbagai makanan di stand-stand tersebut. Setiap gigitan seolah membawa sensasi baru yang tak pernah ia rasakan sebelumnya. Roh kecil itu pun tak kalah sibuk, menikmati setiap hidangan yang tersedia.

Namun, di tengah keasyikan mereka, Zayyan tidak menyadari bahwa ada seseorang yang terus memperhatikan mereka dari kejauhan. Tiba-tiba, Zayyan merasakan sebuah tangan menyentuh bahunya. Ia tersentak kaget, jantungnya berdegup kencang.

"Astaga!" serunya, memutar kepalanya dengan cepat.

'Ya ampun, apakah aku ditakdirkan untuk selalu terkejut?!' batinnya.

Roh kecil yang menyertai Zayyan pun tampak terkejut, menyadari kesalahannya.

“Oh, sial! Aku terlalu fokus dengan hidangan di sini sampai-sampai aku melepaskan sihir penyamaran kita!” bisik roh itu dengan nada panik.

Zayyan hanya menatap roh itu dengan tatapan tercengang, merasa tak percaya atas keteledoran makhluk kecil yang seharusnya melindunginya. Belum sempat ia berkata apa-apa, orang yang menyentuh bahunya berbicara lebih dulu.

"Pangeran Iyyan, mengapa Anda berkeliaran di sini?" suara itu penuh hormat namun tegas.

Zayyan mematung, tidak tahu harus menjawab apa. Bagaimana mungkin orang ini bisa melihatnya? Bukankah seharusnya ia tak terlihat?

Zayyan mencoba bersikap tenang, meski kebingungan masih melanda pikirannya. “Siapa kalian?” tanyanya, berusaha menjaga suaranya agar tetap stabil.

Orang itu, seorang pria dengan penampilan gagah dan rapi, menjawab, “Saya Beomsoo, teman Hyunsik. Tak baik loh Anda berkeliaran sendiri begini, Pangeran.”

Sebelum Zayyan bisa merespons, seorang pria lainnya, yang berdiri di samping Beomsoo, ikut berbicara.

"Aku Gyumin, teman akrabmu! Lama tak terlihat, Zayyan. Bukankah kamu dilarang keluar istana selama tiga minggu?"

Zayyan semakin bingung. "Hah? Tiga minggu?"

Gyumin mengangguk sambil tersenyum, seolah-olah pernyataan itu adalah hal yang wajar.

“Ya, karena kau nakal. Suka berkeliaran seenaknya untuk menghindari pelajaran privatmu. Dan juga, kau sedang diawasi oleh musuh, loh.”

Zayyan terkejut mendengar pernyataan itu. "Diawasi oleh musuh?" tanyanya, nadanya tak lagi bisa menyembunyikan kekhawatirannya.

Gyumin mengangguk serius. "Betul. Itu sebabnya kau dilarang keluar istana tanpa pengawalan. Keamananmu sangat penting, Zayyan. Apalagi setelah insiden terakhir."

Terlempar ke dunia kerajaanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang