5 | jiwa yang terpecah

388 58 17
                                    

Zayyan menatap bola kristal di hadapannya dengan campuran ketakutan dan rasa ingin tahu. Cahaya yang terpancar dari kristal itu tiba-tiba berubah menjadi lebih lembut, seolah-olah bola kristal tersebut ingin menuntun Zayyan ke dalam sebuah memori yang telah lama terkunci. Di tengah-tengah pancaran cahaya, sebuah suara yang penuh kebijaksanaan mulai berbicara, seolah-olah berasal dari dalam bola kristal itu sendiri.

"Pemilik tubuh ini adalah jiwa mu sendiri," kata suara itu dengan nada tenang.

Zayyan terkejut dan melangkah mundur, menatap bola kristal dengan mata terbelalak.

"Jiwa…ku?" Ia mengulang kata-kata itu, mencoba mencerna informasi yang baru saja diterimanya.

"Tapi… aku tidak tahu apa-apa tentang dunia ini. Bagaimana mungkin?"

Cahaya dari bola kristal itu berkilauan lembut, seakan memberikan penjelasan lebih lanjut.

"Ya, memang benar kau tidak tahu. Itu karena jiwamu terpecah menjadi dua bagian. Pemilik tubuh ini, yang juga bernama Zayyan, adalah bagian lain dari dirimu yang hilang."

Zayyan merasakan gelombang kebingungan dan ketidakpastian mengalir melalui dirinya. Seluruh situasi ini semakin membingungkan baginya.

"Bagaimana mungkin? Mengapa jiwa ku bisa terpecah? Dan bagaimana ini bisa terjadi?"

Cahaya itu melanjutkan dengan tenang, "Jiwa yang terpecah menyebabkan kekacauan dalam keseimbangan diri. Karena itulah para musuh tertarik pada tubuh ini, karena jiwa yang belum sempurna ini memiliki potensi luar biasa yang belum terbangun. Mereka ingin menjadikan pangeran ini, dirimu, sebagai boneka yang sempurna—alat yang mereka kendalikan untuk mencapai tujuan mereka."

Zayyan merasakan ketakutan merayap di dalam dirinya. "Mereka ingin menjadikan aku… alat? Boneka yang sempurna?"

Suara cahaya itu kembali berbicara, kali ini dengan nada yang lebih mendesak. "Kekuatannya yang sebenarnya belum muncul. Namun, jika jiwamu bersatu kembali, potensi penuhnya akan terungkap dan kau akan menjadi sangat kuat. Itulah yang diinginkan para musuh. Dan itulah sebabnya kau dilemparkan ke dunia ini."

Zayyan terdiam sejenak, mencoba memahami arti dari semua yang telah dijelaskan kepadanya.

"Tapi kenapa aku harus dilempar ke sini? Apa tujuanku di dunia ini?"

Cahaya dari bola kristal itu meredup sebentar, seolah berpikir sejenak sebelum menjawab.

"Itu adalah takdir, Zayyan. Di dunia asalmu, kau sudah tiada. Jiwa yang telah terpecah dan tak dapat dipulihkan di sana. Maka, aku harus menarikmu ke sini, ke dunia ini, agar kau memiliki kesempatan untuk menyatu kembali dengan dirimu yang lain. Jika tidak, kau akan menjadi sasaran empuk bagi para musuh yang ingin menculikmu dan menggunakannya untuk tujuan jahat mereka."

Setelah mendengar penjelasan dari bola kristal yang bersinar di tengah ruangan megah itu, Zayyan merasakan keringat dingin menetes di keningnya. Fakta-fakta yang diungkapkan tadi membuat pikirannya penuh dengan pertanyaan yang belum terjawab. Dia ingin bertanya lebih lanjut, terutama tentang bagaimana caranya menyatukan kembali jiwa-jiwa yang terpisah itu.

Namun, sebelum Zayyan sempat membuka mulut, bola kristal itu tiba-tiba memancarkan cahaya yang jauh lebih terang daripada sebelumnya. Suaranya yang biasanya tenang dan bijaksana kini terdengar lebih mendesak.

"Maaf, Pangeran. Waktunya bagi Anda untuk beristirahat. Jiwa Anda tidak boleh terlalu tertekan, atau bisa rusak lebih parah."

Zayyan tertegun sejenak. Tapi sebelum dia bisa merespon, dia merasakan kehadiran yang sangat familiar di sampingnya. Dia menoleh, dan melihat sesuatu yang hampir tidak bisa dia percayai. Di sana, berdiri setengah jiwa yang tadi disebutkan oleh bola kristal itu. Wujudnya benar-benar mirip dengannya—wajah yang sama, senyuman yang sama, bahkan pancaran mata yang sama.

Terlempar ke dunia kerajaanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang