12 | kapsul

253 30 5
                                    

Cephalus berdiri di atas balkon kastil megahnya, memandang prajurit-prajuritnya yang sedang bersiap untuk berangkat ke dunia atas, dunia manusia. Di bawah tatapannya yang dingin dan tanpa ekspresi, pasukannya berbaris rapi, menunggu perintah. Mereka adalah prajurit pilihan, dewa-dewa yang dilatih untuk menghadapi segala ancaman, baik dari dunia atas maupun bawah.

Balkon tempat Cephalus berdiri bukanlah balkon biasa. Ini adalah tempat khusus, digunakan hanya untuk pengumuman penting, pertempuran besar, atau latihan perang yang menentukan nasib dunia. Cephalus, dewa perang yang dihormati dan ditakuti, biasanya berdiri di sini dengan penuh keyakinan. Namun, hari ini ada sesuatu yang berbeda dalam pandangannya.

Sambil memandang ke depan, ia bergumam pelan, "Dunia ini sudah memasuki fase kehancuran, kita harus melindunginya sekuat tenaga..."

Kata-katanya mengalir lembut, nyaris seperti bisikan yang dibawa angin malam. Pikiran Cephalus tak hanya terfokus pada pertempuran yang akan datang, tetapi juga pada seseorang yang pernah menjadi bagian penting dari hidupnya-Athera, ibu Zayyan.

Cephalus menarik napas dalam-dalam, merasakan angin sejuk yang membawa kenangan masa lalu.

"Athera, mungkin kau mengira bahwa aku sudah tidak peduli denganmu karena kau memilih menikah dengan manusia biasa," lanjutnya, suaranya mengandung kehangatan yang jarang terlihat darinya.

"Tapi sungguh, aku selalu akan berada di sampingmu, sebagai sosok ayah sebagaimana semestinya."

Wajahnya yang biasanya dingin kini sedikit melunak, tersirat senyuman kecil yang samar. Baginya, Athera dan Zayyan tetaplah bagian dari dirinya, tak peduli seberapa jauh mereka terpisah oleh nasib dan keputusan yang diambil di masa lalu. Cephalus tahu bahwa tanggung jawabnya bukan hanya kepada dunia bawah, tetapi juga kepada Zayyan yang darahnya mengalir dari dirinya.

"Aku juga akan membantu menyembuhkan Zayyan," ucapnya pelan, tekadnya kuat.

"Supaya dia tidak diincar oleh mereka."

Rambut panjangnya yang tergerai indah melambai dihembus angin malam, dan pakaiannya yang menjuntai semakin menegaskan sosoknya yang berwibawa. Cephalus, dengan segala kekuatan dan otoritasnya sebagai dewa perang, telah melepaskan niat buruknya demi dunia atas dan Zayyan, demi Athera yang pernah ia cintai.

Dalam heningnya malam, Cephalus mempersiapkan diri untuk pertempuran yang akan datang, bukan hanya untuk menyelamatkan dunia, tetapi juga untuk menyelamatkan keluarga yang masih berarti baginya. Sebagai dewa perang, ia akan bertarung dengan seluruh kekuatannya, dan sebagai seorang ayah, ia akan melindungi apa yang berharga baginya, bahkan jika itu berarti mengorbankan segala sesuatu yang lain.

¤¤¤¤

Athera duduk di tengah ruangan megah yang penuh dengan energi sihir. Lingkaran sihir besar melayang di atasnya, berputar pelan dan memancarkan cahaya lembut yang menyelimuti ruangan. Di sinilah pusat dari semua perlindungan yang melingkupi kerajaan, tempat di mana sihir pelindung dipulihkan dan diperkuat. Athera, dengan wajah serius dan penuh tekad, mengalirkan energi sihirnya ke dalam lingkaran tersebut, memastikan setiap sudut kerajaan terlindungi dari ancaman luar.

Di tengah konsentrasinya, Vaeros, suaminya yang penuh kasih, muncul dari belakang dengan langkah cemas.

"Athera sayang, apakah kau kelelahan?" tanyanya, nada suaranya lembut tapi penuh perhatian.

"Biarkan istirahat terlebih dahulu, biar aku yang menggantikan."

Athera menggeleng pelan, tetap fokus pada tugasnya. "Tidak apa-apa, Vaeros. Lebih baik aku saja yang melakukannya. Memperbaiki sihir pelindung membutuhkan banyak energi sihir."

Terlempar ke dunia kerajaanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang