17 | dari kehancuran

183 31 3
                                    

Zayyan berjalan di lorong istana dengan langkah-langkah yang berat, roh pelindungnya berbentuk bulatan ayam terletak di atas rambut lembutnya, sementara Poe duduk dengan tenang di pundaknya. Mereka baru saja menerima penghargaan atas peran Zayyan dalam menyelamatkan kerajaan bahkan dunia dengan membawa sepercik kekuatan dari inti sihir dunia. Zayyan merasa terhormat namun juga bingung, karena ia hanya merasa menjadi perantara dalam semua ini, dipimpin oleh instruksi Ibunda Roh.

Zayyan menatap lencana penghargaan yang tergantung di dadanya dengan penuh keraguan. "Rasanya sangat berlebihan... Aku rasa aku tak pantas mendapatkan ini," gumamnya pelan.

Ia melanjutkan langkahnya sambil memandang keluar jendela istana yang memperlihatkan pemandangan istana yang megah.

"Lagipula, aku hanya seorang perantara yang tidak tahu apa-apa," ucap Zayyan lagi, suaranya penuh dengan keraguan.

"Aku bahkan masih bingung dengan diriku sendiri. Setelah penyatuan jiwa sepenuhnya, seharusnya aku merasakan sesuatu, bukan? Ingatan-Ingatan dari dua jiwa yang bersatu kembali seharusnya muncul, bukan? Tapi anehnya, aku tidak merasakan apa-apa, seperti tidak ada yang berubah."

Poe, yang selalu setia mendampingi Zayyan, menatapnya dengan tatapan yang penuh pengertian. "Mungkin karena penyatuan jiwa itu tidak hanya tentang ingatan," sahutnya pelan.

"Ada proses yang lebih dalam, yang mungkin akan terungkap seiring waktu. Kamu baru saja menjalani pengalaman yang luar biasa, Zayyan. Mungkin perasaan dan ingatan itu akan datang secara perlahan."

Zayyan mengangguk perlahan, mencoba meresapi kata-kata Poe. Ia merasa lega mendapat pemahaman dari roh pendampingnya itu.

"Mungkin benar, Poe," ujarnya setelah beberapa saat.

"Aku harus bersabar dan percaya bahwa segalanya akan terungkap dengan sendirinya."

Mereka melanjutkan perjalanan di lorong istana, Zayyan masih memikirkan semua yang telah terjadi dan yang masih akan datang. Ia berusaha memahami peran barunya sebagai penjaga sihir dan perlindungan, meskipun ia merasa belum sepenuhnya siap. Namun, satu hal yang pasti, Zayyan siap menghadapi tantangan apa pun yang mungkin menunggunya di masa depan.

¤¤¤¤¤

Zayyan kini berdiri di luar gerbang istana, matanya memandang kehancuran yang tersebar di sekitarnya setelah pertempuran sengit. Patung-patung hancur, pagar yang roboh, tanah yang tergali oleh serangan, dan bangunan-bangunan kerajaan yang rusak parah. Di sekitar itu, rumah-rumah warga juga tidak luput dari kerusakan. Zayyan menghela nafas dalam-dalam, terpukau oleh skala kehancuran yang begitu besar.

"Astaga, betapa parahnya ini..." gumam Zayyan sambil terus memandangi pemandangan yang mengerikan di hadapannya. Di sekelilingnya, ia melihat beberapa mayat yang tidak bisa diselamatkan, serta korban luka lainnya yang masih dalam perawatan petugas kesehatan kerajaan. Sisa-sisa kapsul yang hancur berserakan di tanah, bersama dengan pedang dan panah yang tergeletak tak beraturan.

Zayyan merasa sedih dan prihatin melihat dampak dari serangan makhluk asing ini. Ia merenung, mencoba mencari jawaban atas pertanyaannya yang tak terpecahkan,

"Makhluk asing itu kenapa ingin sekali menyerang kerajaan ini ya? Dunia ini begitu aneh dan tidak masuk akal."

Namun, sebelum Zayyan bisa mencari jawaban lebih lanjut, ia mendengar langkah kaki dari belakangnya. Ia berbalik dan melihat Yelena, asisten dari dewa perang Cephalus, menghampirinya dengan ekspresi prihatin.

"Zayyan," panggil Yelena dengan lembut,

"Bagaimana perasaanmu melihat semua ini?"

Zayyan menatap Yelena dengan mata penuh perasaan. "Saya tidak bisa membayangkan betapa sulitnya bagi semua orang yang terkena dampaknya," jawab Zayyan dengan sedih.

Terlempar ke dunia kerajaanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang