2 | keluarga kerajaan

373 53 6
                                    

Zayyan tertidur lelah di kamar megah yang disediakan untuknya, pikirannya terus berputar-putar mencari jawaban atas bagaimana ia tiba-tiba berada di istana kerajaan ini. Tidurnya tidak nyenyak, penuh dengan mimpi aneh dan kegelisahan. Ketika akhirnya ia terbangun, ia berharap semua ini hanyalah mimpi.

Namun, saat matanya terbuka, ia masih berada di kamar megah itu. Sebelum ia sempat mencerna situasinya, pintu kamar terbuka dan sekelompok maid masuk dengan cepat dan penuh koordinasi. Mereka membungkuk hormat dan segera menghampiri Zayyan.

"Selamat pagi, Yang Mulia," kata salah satu maid. "Saatnya untuk mandi."

Zayyan yang masih setengah terjaga dan bingung hanya bisa mengangguk pelan. Ia bahkan tidak sempat protes ketika mereka membantunya berdiri dan membawanya keluar kamar, menuju sebuah ruangan besar yang penuh dengan uap dan aroma sabun yang menyegarkan. Di depan matanya, ada kolam mandi besar yang dihiasi dengan mosaik berwarna-warni, airnya mengalir dari patung marmer berbentuk singa.

"M-maaf, apa yang kalian lakukan?" Zayyan akhirnya bersuara, merasa aneh dengan situasi ini.

Namun, para maid tidak menggubris kebingungannya. Mereka mulai membuka pakaiannya dengan cekatan, membuat Zayyan merasa sangat malu. Ia berusaha menutup bagian tubuhnya dengan tangan, wajahnya memerah.

"Harap tenang, Yang Mulia. Kami hanya menjalankan tugas kami," kata seorang maid sambil tersenyum sopan, tetapi tetap melanjutkan tugasnya.

Zayyan sedikit memberontak, namun kekuatan dan jumlah mereka membuatnya sulit melawan. Ia terpaksa menerima perlakuan ini dengan perasaan malu yang mendalam.

Mereka membawanya ke kolam mandi, membersihkannya dengan lembut namun teliti. Zayyan merasa sangat tidak nyaman, tetapi para maid tetap tenang dan profesional. Mereka tidak menunjukkan tanda-tanda canggung atau terganggu, seolah-olah ini adalah rutinitas biasa bagi mereka.

Setelah selesai mandi, Zayyan dibawa kembali ke kamarnya. Di sana, para maid dengan cepat membantunya mengenakan pakaian pangeran yang rumit dan tebal. Baju itu terasa sesak dan berat di tubuhnya, membuatnya merasa kaku dan tidak nyaman.

"Apakah ini benar-benar perlu?" tanya Zayyan dengan nada putus asa.

"Ini adalah pakaian resmi Anda, Yang Mulia. Anda harus terlihat layak sebagai pangeran," jawab salah satu maid dengan sopan namun tegas.

Setelah para maid selesai memakaikan pakaian pangeran yang tebal dan sesak, Zayyan merasa benar-benar tidak nyaman. Ia duduk di kursi, merasakan betapa kaku dan beratnya pakaian tersebut di tubuhnya. Di saat itulah, Eliza, maid pribadinya, datang menghampirinya dengan senyum lembut di wajahnya.

"Eliza, pakaian ini terlalu sesak dan tidak nyaman," Zayyan mengeluh, berharap mendapat simpati.

Eliza hanya tersenyum lebih lebar. "Tingkah laku pangeran sedari kecil tidak berubah ya... selalu saja mengeluh tentang pakaian," katanya dengan nada penuh kasih sayang.

Zayyan yang mendengar kata-kata Eliza hanya bisa kebingungan dan pasrah.

"Aku benar-benar bukan pangeran," pikirnya, namun ia memutuskan untuk tidak berdebat lebih jauh.

"Sudahlah, Yang Mulia. Mari kita ke ruang makan. Keluarga kerajaan sedang menunggu untuk sarapan bersama Anda," kata Eliza sambil membungkuk hormat. Ia mengisyaratkan agar Zayyan mengikutinya.

Zayyan berdiri dengan hati-hati, merasa kikuk dengan pakaian yang ia kenakan. Eliza memandu Zayyan keluar dari kamar, diikuti oleh lima maid yang berjalan di belakang mereka dengan sikap penuh hormat. Mereka melangkah melalui koridor-koridor istana yang penuh dengan kemewahan dan keindahan yang memukau.

Terlempar ke dunia kerajaanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang