18 | gua yang aneh

220 28 4
                                    

Di tengah ketegangan yang tercipta oleh kehadiran sihir dan suara misterius dari dalam gua, Davin dengan sigap menghadang serangan menggunakan sihirnya yang kuat. Matanya menyipit, menunjukkan kewaspadaannya terhadap segala ancaman yang mungkin muncul di sekitar mereka. Zayyan, agak terkejut dengan kejadian tiba-tiba ini, mencoba bertanya,

"Apa itu..." Namun, suara dari dalam gua memotong kalimatnya, memulai serangkaian peristiwa yang semakin menegangkan.

Zayyan menatap ke arah gua dengan perasaan yang tidak enak, mata terus-menerus bergerak antara Davin yang juga waspada dan anak-anak yang tetap riang di sekitar mereka.

"Aku punya firasat buruk," ucap Zayyan dengan ragu.

Tiba-tiba, angin sepoi-sepoi menghantam mereka berdua, menciptakan suasana yang mencekam di sekitar gua. Namun, yang lebih aneh adalah bahwa anak-anak terlihat tidak terpengaruh oleh ketegangan ini, mereka malah terus bercanda dan tertawa seperti tidak ada yang terjadi.

Salah satu dari mereka akhirnya bertanya dengan polos, "Ada apa kak?"

Zayyan mencoba menyembunyikan kekhawatirannya, "Ah... tak apa," jawabnya dengan upaya menenangkan diri sendiri.

Namun, fokusnya segera kembali ke gua yang dihiasi oleh tumbuhan merambat dan pohon rindang yang menyelimuti pintu masuknya. Seketika itu juga, gua mengeluarkan suara lagi, seolah-olah memanggil Zayyan untuk mendekat.

Salah satu anak mendekati Zayyan dengan penuh keyakinan, mencoba mengurangi kebingungan yang dirasakan Zayyan, "Kak... jangan khawatir, gua ini aman kok. Bahkan gua ini ditemukan sendiri oleh kakak."

Zayyan semakin bingung dengan penjelasan itu, "Maksudmu?" tanyanya, mencoba memahami apa yang dimaksud oleh anak itu.

Anak itu menunjuk ke arah sebuah ukiran yang bersinar redup di balik tanaman merambat. Dengan penuh semangat, anak tersebut menarik Zayyan mendekati ukiran tersebut,

"Kak, coba sentuh ini dan ingatlah."

Zayyan, dengan rasa ingin tahu yang tumbuh di dalamnya, meraba permukaan ukiran tersebut.

"Aku masih tidak mengerti..." gumamnya, mencoba menangkap apa yang ingin disampaikan anak itu.

Anak itu tiba-tiba menyadari sesuatu, "Ternyata benar ya, rumor yang beredar selama ini. Pangeran Zayyan kehilangan ingatannya akibat kembalinya setengah jiwa itu."

Dengan hati-hati, dia melanjutkan, "Um... apakah di sini dia akan marah karena merasa dilupakan olehmu?" Anak itu menunjuk ke arah dada Zayyan, mengisyaratkan ada sesuatu yang lebih dalam dari sekadar ingatan yang hilang.

Zayyan terdiam sejenak, merenungkan kata-kata anak itu. Sesuatu dalam hatinya bergerak, seolah-olah ada sebuah rahasia yang terpendam di dalam dirinya yang perlahan-lahan mulai terkuak di hadapannya.

Di tengah kebingungan yang melingkupi Zayyan, dia meraba-raba ukiran yang bersinar redup di gua tersebut dengan penuh perhatian. Tanpa sengaja, jari Zayyan menyentuh sebuah bagian dari ukiran tersebut, dan dengan tiba-tiba, sebuah pintu besar gua terbuka luas di depan mereka. Pintu yang sebelumnya tertutup rapat oleh tanaman merambat dan bebatuan kini terbuka seperti sebuah portal, memancarkan cahaya samar yang menyerupai sebuah jalan menuju dimensi lain.

Zayyan agak terkejut oleh kejadian ini dan secara refleks memegang lengan Davin. Salah satu anak yang masih bersemangat dengan penemuan ini berseru, "Woah... pintunya terbuka lebar! Ayo masuk, kak!"

Zayyan kemudian mengikuti anak itu dan memasuki gua dengan hati-hati, mencoba memahami keindahan dan misteri yang tersembunyi di dalamnya.

"Ada apa dengan gua ini? Mengapa dulu aku menemukannya?" gumam Zayyan sambil menatap sekeliling dengan penuh rasa ingin tahu.

Terlempar ke dunia kerajaanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang