16 | inti sihir dunia

222 27 1
                                    

Saat itu...

Setelah Zayyan kembali dari penyatuan jiwa yang penuh tantangan, ia terbangun tiba-tiba, terkejut dan merasa sakit di kepala dan dadanya.

"Ack... kepala dan dadaku sakit sekali..." gumamnya dengan lemah, merasakan seolah-olah tubuhnya belum sepenuhnya menyatu dengan pikirannya.

Di samping tempat tidurnya, Yelena masih fokus memusatkan sihir penyembuhan ke tubuh Zayyan dengan mata terpejam. Mendengar suara Zayyan, matanya terbuka dengan terkejut, namun penuh rasa lega.

"Astaga, Zayyan! Syukurlah kau kembali," ucap Yelena, segera memegang pundaknya dan memperhatikan keadaannya. Kekhawatiran yang tadi memenuhi hatinya kini mulai memudar.

"Aku pikir kau hilang saat penyatuan jiwa dan kalah... karena aku tidak bisa berkomunikasi denganmu,"

lanjutnya dengan nada cemas, mengingat betapa sulitnya saat tidak ada tanda-tanda dari Zayyan selama ritual tersebut.

Zayyan menarik napas panjang, menahan rasa sakit yang masih terasa, dan menjawab, "Maaf, Yelena. Kita tak bisa berkomunikasi karena aku dilemparkan ke tempat kosong... di mana inti jiwa dan monster yang ada di dalam tubuhku berada."

Mata Yelena menunjukkan pemahaman. "Apakah itu tempat titik terdalam jiwamu?" tanyanya, nada suaranya penuh dengan kepastian.

Zayyan mengangguk pelan. "Ya... bagaimana kau bisa tahu?"

Yelena tersenyum tipis. "Tentu saja aku tahu. Aku ini kan asisten seorang dewa perang, Cephalus!" ucapnya dengan nada bangga namun tetap lembut.

Zayyan tersenyum lemah. "Pantas saja kau begitu hebat, Yelena. Terima kasih sudah membantuku."

"Ya, sama-sama," jawab Yelena dengan tulus.

"Untung saja kau langsung ditangani begitu kau pingsan di istana nenek dan kakekmu. Kalau tidak, monster itu mungkin sudah melahap jiwamu, dan jiwa itu bisa retak, bahkan hancur."

Zayyan mendengarnya dengan ngeri, membayangkan apa yang hampir terjadi.

"Ya, untung saja... Tapi aku tidak tahu kenapa semua ini terjadi. Kejadiannya begitu cepat, aku bahkan tidak sempat menyadari."

Yelena menatapnya dengan penuh perhatian.

"Mungkin karena jiwamu masih berasal dari dunia lain, Zayyan. Kau belum sepenuhnya memahami cara kerja jiwamu di dunia ini."

Zayyan terdiam sejenak, merenungkan kata-kata Yelena. "Mungkin kau benar," gumamnya.

"Aku belum merasakan ada yang berbeda setelah penyatuan... selain rasa sakit ini, baik fisik maupun batin."

Dia menarik napas dalam-dalam, mencoba mengatasi rasa sakit yang masih menyelimuti dirinya. Yelena memandangnya dengan simpati, memberikan waktu bagi Zayyan untuk menenangkan pikirannya setelah apa yang baru saja terjadi.

Tiba-tiba sebuah bulatan cahaya terang namun lembut muncul di hadapannya. Cahaya itu bergerak dengan tenang, dan suara lembut terdengar dari dalamnya.

"Zayyan..." panggil suara itu.

Dalam sekejap, roh pelindung Zayyan dan Poe muncul di hadapannya. Roh pelindungnya, seekor makhluk kecil menyerupai ayam dengan bulu berwarna emas, terbang mendekat dan dengan nyaman duduk di kepala Zayyan, seolah-olah itu adalah tempat favoritnya. Sementara itu, Poe pun mendarat di pundak Zayyan, menatapnya dengan tatapan tenang.

Zayyan memandangi keduanya, tiba-tiba menyadari sesuatu.

"Aku baru sadar, roh pelindungku dan Poe tidak ada di sampingku tadi..." gumamnya dalam hati.

Terlempar ke dunia kerajaanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang