Hidup ini indah, kata mereka yang sedang dicinta dan mencinta—tidak spesifik juga, seperti itu. Setidaknya, hidup seorang Gistara Asha Nameera sedikit terasa lebih indah akhir-akhir ini. Dirasakan pula oleh teman-teman sekitar—maksudnya, tentu saja teman-teman kantornya alias Aldo dan Ayu.
"Tara, siapa yang biasa mengikuti rapat proyek Juanda? Hari ini ada undangan presentasi final desain arsitek dari—,"
"Citratama, Pak. Biasanya mbak Tara langsung yang ikut, dari awal malahan."
Tara memejamkan mata sebelum menoleh tajam ke Aldo yang menjawab cepat pertanyaan Abdul, tanpa menunggu atasannya itu selesai bicara. Mendapati tarapan tajam Tara, Aldo hanya nyengir sambil mengedipkan satu mata.
"After lunch, ya, Tar? Kamu ikut saya menghadiri presentasi itu. Sebelumnya, kamu udah lihat desain yang dikirimkan via email, kan?"
Tara mengangguk cepat. "Sudah, Pak. Sudah sesuai dengan sedikit tambahan dari Divisi kita juga. Sisanya sudah diperiksa oleh usernya, Divisi Perencana."
Abdul mengangguk sebelum menghela napas. "Untuk rapat besok dengan calon mitra, kamu sudah siapkan bahannya juga, Tara? Saya mau dibuatkan paparan singkat tentang Ruko dan Rukan di Cikarang."
"Sedang diproses oleh Aldo, Pak. Jika sudah selesai dan final, saya kirimkan melalui email."
"Ayu, tolong siapkan juga memo internal permintaan akomodasi untuk peninjauan ke Cikarang. Saya, Tara, Jaka dan Mira. Aldo, kamu ikut dan bantu untuk setir mobil gak apa-apa, kan?" Abdul bertanya, beralih dari Ayu kepada Aldo yang mengangguk.
"Siap, Pak."
Abdul kembali menghela napas. "Sepertinya lumayan panjang perjalanan. Coba aku ajukan ruang rapat dan penginapan untuk semalam juga, Yu. Ada dua mitra yang harus ditemui, di hari berbeda."
Tara mengerjap mendengar ucapan Abdul. "Kita menginap, Pak? Besok, kan, Jumat. Apa gak baiknya tetap pulang aja supaya bisa kumpul dengan keluarga?"
Abdul menggeleng. "Saya maunya juga begitu, Tar. Tapi calon mitra ini berbeda hari di sana dan Direksi minta Senin sudah harus ada laporannya. Jadi, saya mohon pengertian kalian yang masuk surat tugas untuk melaksanakan tugas sebagaimana mestinya." Melihat wajah Tara yang melemas mendengar ucapan itu, Abdul mengernyitkan dahi, "Tumben kamu gak semangat lembur? Biasanya kamu yang paling mau lembur."
"Kondisinya, kan, udah beda, Pak. Kalau lembur sekarang, ya gak bisa ketemu penyemangat hidupnya." Aldo kembali menyindir dan membuat Tara melotot, sementara Ayu hanya tertawa kecil.
"Mbak Tara udah punya pacar, kah? Akhirnya! Alhamdulillah." Desi yang semula diam, tiba-tiba berujar penuh semangat dengan nada polosnya.
Abdul terperangah, melangkah mendekati meja Tara yang sudah jengkel setengah mati karena Aldo. "Benar, Tar? Sudah punya pacar kamu? Sudah merencanakan menikah juga?"
Tara menejamkan mata sebelum menggeleng cepat. "Belum, Pak. Jangan dengar Aldo, musyrik dengar omongannya."
"Belum apa? Belum punya pacar atau belum merencanakan menikah?"
Seisi ruangan tertawa puas menggoda Tara, membuat wajah Tara memerah menahan malu.
🍀
"Sekian presentasi dari kami, apabila ada pertanyaan, kami persilakan."
Sialan.
Tara mengumpat dalam hati karena menyadari kebodohan dirinya saat ini. Sepuluh menit panjang, hasil akhir desain arsitektur salah satu gedung milik kantornya di bilangan Juanda, Jakarta Pusat dipaparkan pada layar tujuh puluh lima inch di ruang rapat kantornya, di hadapan Direksi dan beberapa manager, selama sepuluh menit panjang pula, gadis bermata besar itu hanya fokus kepada sosok pria yang memaparkan hasil akhir desain arsitektur tersebut.
KAMU SEDANG MEMBACA
His G
RomanceBagaimana rasanya memimpikan seseorang yang bahkan tidak pernah kau kenali sebelumnya, lalu seperti ke luar dari mimpi, orang itu hadir dalam hidupmu dengan banyaknya kebetulan-kebetulan tidak masuk akal?