18 - Sabtu Sibuk

309 73 15
                                    

Keesokan paginya, Gistara Asha Nameera berangkat menuju ke salah satu proyek milik perusahaannya di daerah Cikarang. Tara berangkat bersama Abdul, Aldo dan salah satu rekan Asisten Manajer Divisi Bisnis lain yang bernama Jaka. Keempat orang itu berangkat bersama pukul setengah sepuluh pagi, dikarenakan mereka mengatur waktu bertemu klien di pukul tiga sore.

Saat ini, Aldo mengendarai mobil kantor, dengan Tara di sampingnya, sementara Abdul dan Jaka duduk di bangku penumpang. Sepanjang perjalanan, Abdul terus menanyakan soal pekerjaan kepada anak buahnya, hingga satu pertanyaan sukses membuat Tara menjadi bulan-bulanan para pria jahil tersebut.

"Jadi itu Tara? Yang digosipkan dekat sama kamu? Ternyata, ganteng banget, ya. Jadi ingat saya waktu muda, kurang lebih begitu." Abdul berujar santai yang sontak membuat Aldo tertawa keras, sementara Tara memutar bola matanya malas menanggapi.

Jaka yang memang jarang bergabung dengan obrolan Tara dan Aldo, tiba-tiba mencoba ikut dalam obrolan. "Wah, Mbak Tara udah punya gandengan? Siapa? Anak mana?"

Tara belum punya keinginan untuk menjawab, tapi Abdul sudah menjawab cepat, "Itu anak Citratama. Ganteng, Mas. Kemarin ketahuan pas mereka mau entah ke mana. Berduaan di basement."

"Ke kantin doang, loh, Pak. Dia gak tahu kantinnya di mana, makanya aku antar." Tara buru-buru menanggapi.

"Kantin kelihatan jelas begitu, Tar. Mau modus itu dia, makanya minta antar ke kantin."

Kini, Aldo yang menyangkal ucapan Tara dan sepanjang perjalanan, Tara sudah tak tahu harus bagaimana menghadapi godaan para lelaki menyebalkan ini.

Setelah Tara tak menghiraukan sama sekali obrolan para lelaki, mereka mulai beralih membicarakan hal lain, seperti memancing atau pun otomotif. Tara tentu saja tidak bergabung dengan obrolan mereka melainkan sibuk bertukar pesan dengan seseorang yang berada di Ibu Kota.

Aku ada meeting lima belas menit lagi mulai. Meeting selesai, aku kabari. Semoga selamat sampai tujuan, ya! Kalau males dengar obrolan para Bapak-Bapak, kamu pura-pura tidur aja. See you!

Pesan panjang lebar yang membuat Tara tersenyum tipis, namun menghela napas pasrah juga karena kehilangan teman chating di saat Tara sangat membutuhkan pengalihan. Bisa dimaklumi, Abi jelas seorang Direktur dengan jam terbang berbeda dengan Tara yang masih menjadi seorang Asisten Manajer. Ah, rasanya masih seperti mimpi Tara bisa dekat dengan pria seperti Abiseva Putra Nawasena.

Setelah menempuh hampir dua jam perjalanan, mobil yang dikendarai Aldo berhenti di sebuah hotel yang sudah dipesankan oleh Ayu, sebagai tempat istirahat mereka selama satu malam hingga besok. Jam masih menunjukan pukul setengah dua siang, yang menandakan mereka masih memiliki waktu satu jam untuk bersiap. Mereka sudah sempat mampir di restoran Seafood terdekat untuk makan siang bersama.

"Pukul dua lebih tiga puluh menit, semua berkumpul di sini, ya? Kita berangkat dan bertemu mitra di lokasi proyek."

"Baik, Pak."

Mereka berempat berpisah ke kamar masing-masing. Abdul dengan kamar sendiri, Jaka berdua dengan Aldo sementara Tara mendapat kamar sendiri. Harusnya, Tara berdua dengan Mira—salah satu anak buah Jaka—namun Mira berhalngan hadir dikarenakan ada urusan keluarga, sehingga Tara akan tidur sendiri di kamar hotel bintang tiga ini.

Tiba di dalam kamar hotel, Tara melemparkan tubuhnya di atas ranjang, menatap langit-langit sesaat sebelum bangkit dan meraih ponsel di dalam tas tangannya. Dengan cepat, Tara mengirimkan pesan kepada Abi, sekaligus mengirimkan posisi dirinya ke pemuda itu.

Baru sampai hotel, kerja lagi ke proyek pukul 3 sore. Semangat!

Gadis itu menatap layar ponselnya selama beberapa saat, mengharapkan balasan dari Abi dapat datang dengan cepat, namun lima belas menit berlalu dan belum ada balasan. Tara menarik napas, menghelanya perlahan dan mencoba berpikiran positif. Abi pasti sedang rapat dan tidak sedang memegang ponsel.

His GTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang