19 - Paling Introvert

357 82 19
                                    

Satu jam menemani calon pembeli meninjau ruko yang ditawarkan oleh perusahaan tempat Gistara Asha Nameera bekerja akhirnya selesai. Setelah sang calon pembeli berpamitan, Tara beserta Tim Divisi Bisnis kembali ke hotel dan memiliki waktu istirahat satu setengah jam sebelum check out dan bersiap pulang ke Jakarta.

Setibanya di kamar hotel, Tara langsung mandi dan mengganti pakaian dengan yang lebih casual dan nyaman dia kenakan—kaos berbahan rajut tebal berwarna abu-abu dan celana hitam. Gadis itu juga sempat memoles sedikit wajahnya dengan riasan, supaya tidak terlalu nampak pucat.

Setelahnya, Tara merapihkan barang-barang yang dia bawa sebelum menyandarkan tubuh pada ranjang hotel yang terasa sangat nyaman ini

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Setelahnya, Tara merapihkan barang-barang yang dia bawa sebelum menyandarkan tubuh pada ranjang hotel yang terasa sangat nyaman ini. Tara diam sejenak, menatap langit-langit dengan hampa. Sudah sebulan lamanya dia belum kembali ke rumah, rasanya malas untuk kembali walau sejujurnya, Tara merindukan suasana rumahnya.

Walau pun ekonomi menjadi alasan utama sang Ibu banyak menuntut dari Tara, memangnya apa lagi yang harus Tara lakukan selain membantu? Menjadi sandwich generation jelas teramat berat, tapi mengingat hanya Tara yang memiliki pekerjaan jelas dan tepat di keluarganya, bukankah wajar jika sang Ibu banyak meminta dan menuntu kepadanya?

Kepala Tara pening memikirkan keluarganya dan gadis itu tiba-tiba melotot begitu sadar dia baru saja melupakan satu hal penting: pesan Abi.

Tara beranjak dari ranjang, meraih ponsel yang dia letakkan di atas nakas dan mendapati ada beberapa panggilan dan pesan dari Abi. Tara membaca pesan itu satu per satu hingga pesan terakhir Abi membuat jantung Tara seakan berpacu lebih cepat.

Aku OTW ke hotel kamu. Aku antar kamu pulang.

Pesan itu dikirimkan oleh Abi sejak tiga puluh menit lalu, yang menandakan tak lama setelah Tara tiba dan menyiapkan perlengkapan pulangnya. Tara panik seketika. Gadis itu membuka live location yang sebelumnya Abi kirimkan, sialnya sudah tidak lagi aktif. Jantung Tara berdebar.

Tara harus bilang apa jika di pulang dengan Abi dan tidak bersama rekan kantornya?

Aku udah siap-siap pulang bareng teman kantorku. Kamu bercanda, kan, pasti mau ke sini? Kamu di mana? Masih sama Ayah kamu?

Kepanikan Tara bertambah, menunggu balasan dari Abi yang tak kunjung datang hingga panggilan masuk dari Aldo membuyarkan semuanya.

"Udah kelar belum, Tar? Kita udah di lobi mau check out."

"Oke, Do. Ini gue OTW turun."

Berusaha melupakan pesan dari Abi yang menurutnya sangat tidak serius, Tara meraih tas ransel, mengenakannya dan melangkah ke luar dari kamar hotel yang ditempatinya sendiri. Tara menyusuri lorong hotel, turun ke lobi menggunakan elevator dan mendapati Aldo yang sudah berdiri di depan resepsionis, memberi kode untuknya segera menghampiri.

Tara menyodorkan kunci kamar hotelnya dan Aldo mengurus check out semua kamar hotel yang di pesan. Tara menatap sekeliling dengan was was, tidak ada Abdul dan Jaka di saat Aldo memintanya bergegas tadi.

His GTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang