25 - Pertanyaan

231 68 8
                                    

Hari demi hari tampak berjalan dengan cepat. Perlahan, setidaknya sudah ada perubahan berarti yang terjadi di hidup Tara, sejak kedatangan Abi di hidupnya. Tara tidak lagi melakukan apa-apa sendiri, Tara punya tempat untuk pulang tatkala lelah melanda, Tara punya teman bercerita tanpa harus takut akan adanya penilaian ganda. Kehadiran Abi benar-benar menambah warna baru di hidupnya dan Tara selalu berharap, kehadirannya juga sama berarti untuk Abi.

Ada menu seasonal baru lagi di Nawasena. Klappertaart. Mau coba?

Pesan masuk dari sosok yang baru saja muncul di kepalanya itu membuat Tara yang sedang bersiap untuk makan siang bersama Ayu dan Aldo tersenyum. Tentu saja perubahan ekspresi wajah itu ditangkap oleh Ayu dan Aldo dengan penuh godaan.

Ayu menyenggol pelan bahu Tara. "Kapan mau dikenalin ke kita? Secara resmi gitu?"

Aldo mengernyitkan dahi. "Ngapain dikenalin, deh. Kan, kita udah kenal siapa. Sekantor juga kenal."

Ayu memutar bola matanya. "Maksudnya kenalin sebagai someone specialnya Tara, Do. Sekantor, bahkan se-Indonesia mungkin kenal Putra dari Citratama. Tapi belum banyak yang tahu kalau Tara ini pemenang hati Putra itu."

Dengan wajah bersemu, Tara menggeleng dan melongos melewati Ayu dan Aldo sambil berkata, "Udah, lah. Ayo, makan ke kantin. Lapar banget. Gue mau makan soto Lamongan Ibu Kantin."

Well, sejak Abi muncul di depan rekan kantor Tara saat mereka bertugas di Cikarang beberapa waktu lalu, berita kedekatan Tara dan Abi menyebar dengan cepat. Bahkan, berpengaruh juga ke hubungan kerja Tara dan Desi. Desi yang biasanya menyapa Tara ramah dan bermanja-manja, tiba-tiba saja bersikap sebaliknya. Tapi Tara tak keberatan, toh, apa pun yang terjadi, Desi tetap bawahan Tara dan Tara punya kendali penuh pada karir Desi, jika gadis itu berani macam-macam.

Seraya melangkah menuju ke kantin, Tara membalas cepat pesan dari Abi.

Boleh banget. Janjian di sana? Jam 18.30 WIB harus udah di sana?

Kali ini, Abi membalas pesannya dengan sangat cepat.

Aku jemput. Jam 17.15 WIB (paling telat), mobil udah stand by di lobi gedung kantor kamu.

Tara benar-benar tidak bisa menyembunyikan senyumannya, dengan cepat gadis itu kembali membalas pesan Abi.

Santai banget hari ini?

Lagi-lagi, Abi membalas cepat.

Banget. Jangan lupa makan siang, Tara.

Senyuman Tara masih bertahan saat dia mengirimkan balasan.

Kamu juga, Abi.

***

Seperti janjinya siang ini, Abi menjemput Tara di lobi kantornya, bahkan sebelum waktu yang dijanjikan. Abi sudah mengirimkan pesan kepada Tara jika dia sudah tiba sejak pukul 16.55 WIB, yang menandakan Tara masih memiliki waktu dua puluh menit dari janji awal Abi untuk bersiap, meski tidak ada yang perlu disiapkan.

Melihat Tara yang tampak terburu-buru di saat jam pulang kantor baru tiba, Ayu dan Aldo sudah tidak heran lagi. Gistara Asha Nameera sekitar dua-tiga bulan lalu, masih seorang karyawati yang senang menghabiskan waktu di kantor. Bahkan dia kerapkali bekerja sendirian di ruangan, ketika karyawan lain sudah pulang. Jadi, sangat diwajarkan jika karir Tara termasuk cepat untuk mendapat promosi. Gadis itu cekatan dan punya banyak waktu untuk bekerja, seperti seorang workaholic.

"Guys, gue duluan, ya. Jangan balik malam-malam, kalau mau lembur, ajuin form lembur aja biar dapat insentif. Makasih banyak, ya. Dah."

Berbeda juga dengan Tara yang dulu jarang berbicara dengan banyak orang, memilih untuk menyapa lewat senyuman tipis di bibirnya, Tara yang sekarang terlihat lebih ceria dan tak sungkan menyapa orang. Sekali pun orang yang disapanya adalah musuh publik. Aura positif Tara tampak keluar begitu saja, membuatnya lebih hidup dari biasanya.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: 3 days ago ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

His GTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang