🦌 Pahit 🧸

83 8 0
                                    

- - -
🧸 start 🧸
- - -

Gunwook tidak mengharapkan dia melihatnya, tidak ingin menyadari tatap mata yang meninggalkan dirinya dan berdiam pada sisi lain dari ruangan. Pikiran mengatakan hanya orang bodoh yang melewatkan perubahan sikap dari sang kasih, tapi Gunwook berkeras bahwa dirinya adalah orang bodoh karena dia tidak mengetahui kapan rasa hangat yang biasa diterimanya menjadi beku dan membuat dia ingin memeluk diri untuk merasa baik.

Dirinya merupakan orang bodoh yang menunjukkan ekspresi bahagia dan mengabaikan kesan berpura dari sosok di hadapannya, menahan dongeng manis dari cinta pertama yang telah didengarnya tak pernah berhasil. Gunwook tahu bahwa temannya pun telah memahami sadarnya mengenai situasi ini, tidak berusaha memberi isyarat atau memberi nasihat karena Gunwook akan menolaknya dengan keras dan berpura menjadi si paling bodoh.

Matanya memperhatikan buah stroberi menjadi penghias dari makanan manis, dan krim putih dengan garis merah bukan merupakan pandangan familiar bagi dirinya.

"Ada yang salah?" Gyuvin melemparkan tanya dengan sikap polos

"Tidak ada yang salah" Tangan Gunwook meraih sendok saat menjawab.

Pahit, Gunwook tidak memikirkan dia pernah memakan kue stroberi yang begitu pahit hingga dia mendapati perasaan sulit dalam menelan makanan manis ini.

"Manis?" Gyuvin masih memperlihatkan sikap polos saat dia melempar pertanyaan

"Terlalu manis" Gunwook memikirkan dia menggemari makanan manis, tapi dia tidak dapat memakan kue ini

"Benarkah?" Bingung menempati wajah Gyuvin yang meraih sendok dari tangannya.

Gunwook membiarkan Gyuvin mengambil potongan kue stroberi dan mencoba, melihat ekspresi wajah yang serius dari laki-laki lebih dewasa sebelum lainnya menunjukkan bingung.

"Kau biasa," Mata Gyuvin melihat Gunwook saat perkataannya terhenti,

dan Gunwook tahu bahwa lainnya telah menyadari keliru, "aku pikir selera mengalami perubahan."

Bodoh, Gunwook masih merasa pahit dari kue stroberi yang menggigit lidah saat dia melemparkan kata ini dengan nada bicara dan ekspresi wajah paling polos untuk sang kasih.

"Bagaimana dengan kue cokelat?" Gyuvin ingat dirinya menyukai cokelat, pada akhirnya

"Um, aku suka" Dan Gunwook masih mengharap Gyuvin akan kembali, pada akhirnya

"Tentu, aku mengetahuinya" Berbangga dengan diri, Gyuvin tersenyum

"Aku yakin kau mengetahuinya" Gunwook menjawab dengan senang hati

Percaya diri hingga dia mulai meninggalkan bangku, "Un,"

Sedikitnya Gunwook dapat menduga apa yang ada di ujung lidah dari Gyuvin, merapatkan bibir sebelum dia menyebutkan nama menu yang begitu familiar untuknya.

Belum hapuskan senyum saat dia menambahkan, "aku pikir aku ingin memakannya di hari ini," dengan sikap polos.

"Tentu. Kau dapat memakannya" Tangan Gyuvin menyentuh pipi gembul milik Gunwook

"Terima kasih, Gyuvin-ie" Gunwook biasa menggunakan panggilan ini untuk sang kasih sekalipun lain memiliki usia diatasnya

"Um. Gunwook-ie" Balas Gyuvin memberi perasaan dingin pada Gunwook

"Gunwook-ie?" Lidah Gunwook masih menemukan pahit dari stroberi yang dia makan

Mata Gyuvin melebar saat dia menyadari ini dan terburu dalam mengucap, "Gonukku."

Bodoh, tolol, idiot. Tidak perlu orang lain yang melemparkan panggilan ini pada wajahnya, Gunwook menaruh ungkapan ini dalam kepalanya kapanpun dia menghadapi situasi serupa dan masih membiarkan bibir membentuk senyuman seperti tidak ada yang perlu dimasalahkan atau dibesarkan perihal dirinya terlupa oleh sang kasih.

- - -
🧸 fin 🧸
- - -

Ku suka GyuRiWook, tapi malah nemu fic GyuWook/past GyuRick yang ngebikin aku pengen misuhin karakter Gyub dan peluk Nuk. Eh, malah tetiba pengen buat nulis cerita ini.

ゴヌクママニアTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang