I Just Want To Fall In Love, Is That Wrong?
-V & JaneSetelah membaca pesan yang tertera di layar handphonenya, Jane meresapinya dengan sungguh-sungguh.
Bentuk larangan yang menghakimi hak orang lain untuk dibatasi, memangnya, Van memiliki wewenang apa untuk mengatur hidup Jane?
Netra wanita itu menyusuri ke sekitar, berniat mencari jika seandainya memang benar ada Van atau bahkan orang suruhannya yang mengawasi ia dan V.
Tidak ada hal mencurigakan, Jane tak tahu, darimana Van bisa begitu jeli tentang batasannya bersama V saat ini.
Setelah memasukkan handphone ke saku celana. Seruan V membuat Jane menoleh ke arahnya. Ya. Mereka memang masih berada di taman kota setelah adegan berpelukan tadi.
"Siapa?"
Jane menyerngit, berusaha terlihat tenang. "Apanya yang siapa?"
"Siapa yang baru saja mengirimimu pesan dan membuatmu memastikan kehadiran seseorang?" Tanya V, mengangkat satu alisnya.
"Bukan siapa-siapa," elak Jane.
"Jujur atau ku cium?"
Jane melotot. Apa-apaan pilihannya itu? Kenapa terkesan memaksa sekali?
"Heh, sembarangan!" Wanita itu mendengus sebal.
Maka, V mengambil handphone miliknya sendiri di saku celana. Kemudian terlihat mengotak-atiknya sebentar sebelum memperlihatkannya pada Jane.
"17.46. Daddy mengirimimu pesan. Ini baru 2 menit yang lalu. Sekarang... Mau mengelak dengan alasan apalagi?" V terlihat menghela nafas.
Jane benar-benar mendengus. Bisa-bisanya, V melacak riwayat aplikasi pesan Daddy nya.
"Kau tak memiliki sopan santun hingga harus melacak data pesan Daddy mu seperti itu?" selidik Jane.
"Jangan mengubah topik. Jadi karena ini, kau mulai bersikap ketus lagi? Padahal tadi sudah peluk-peluk aku. Sopankah begitu?" Goda V.
"Jadi kau terpaksa, ya? Baiklah. Aku minta maaf yang besar untuk itu. Tidak akan diulangi, janji," dengus Jane. Mencibir dalam hati.
V terkekeh dengan tangan yang bersidekap dada. Semakin menggoda Jane. "Yakin tidak akan ingkar janji?"
Hal itu membuat Jane langsung menatap V tajam. "Kau akan menjadi menyebalkan terus huh?"
"Sudah ku bilang, yang benar, aku akan terus mencintaimu," koreksi V menggoda.
Jane tersipu, padahal hanya kalimat sederhana tapi mampu membuat jantungnya berdetak tak karuan.
Lalu, V terlihat menghampiri Jane lebih dekat. Tangan kekar itu mengambil dan menggenggam tangan mungil sang wanita, mengelusnya lembut.
"Jane... Setiap kali kau mendapat peringatan seperti itu, apakah prinsipmu akan tetap sama? Menuruti dan memilih menjauh dariku?" V bertanya menuntun jawaban dengan nada yang begitu lembut.
Jane terdiam sebentar melihat genggamam tangan mereka, kemudian mendongak menatap V. "Aku tidak memiliki kuasa untuk melawan Daddy mu, V. Kau tahu apa yang paling ku takutkan jika aku melawan? Aku takut, tidak akan pernah bisa melihatmu lagi. Bukankah lebih baik seperti ini? Aku mengalah, lalu semua akan tetap baik-baik saja," nadanya sudah mulai terdengar parau.
V menggeleng tak sepakat, "Salah. Justru dengan prinsip seperti itu, kau tidak akan bisa melawan, Jane. Kau mau hidup di bawah kendali orang lain yang membatasi hak mu? Dengar hm?" Pria itu memegang kedua pundak Jane, "Kau harus bisa melawan, pikirkan bahwa hakmu, berhak disuarakan. Kau tak harus berada dibawah bayang-bayang untuk hidup dalam tekanan."
KAMU SEDANG MEMBACA
MY CAPTAIN | TAENNIE
RomanceJika sekarang kita tidak bisa mendeklarasikan cinta karena landasan aturan serta komitmen atas pengabdian, bukankah di masa depan masih bisa? Yang nantinya, deklarasi cinta ini akan di junjung dalam versi yang lebih baik. Jadi, sampai berjumpa di ma...