Selama dikenakan sanksi atas pelanggaran teknisi yang diperbuat V, dimana ia tak menjalankan pekerjaan pilotnya selama 6 bulan kedepan, maka pria itu menyelangi waktu luangnya untuk berbisnis.
Jangan salah, meski V memiliki mimpi yang diagungkan pada dunia kepilotan, namun ia juga memiliki suatu brand sendiri sebagai usaha bisnis yang dikembangkan.
Van lah yang menganjurkannya terjun di dunia bisnis. Katanya begini, 'boleh jika tujuannmu adalah menjadi Captain pilot, tapi juga berbisnislah, agar tak membuat malu diriku saat teman-temanku bertanya kenapa usahaku tak diteruskan putranya'. Maka, V hanya bisa pasrah menurut waktu itu, alasan apa juga yang membuatnya enggan? Toh, Daddy nya itu selalu menyelipkan kata 'setidaknya kau bisa membalas budi dengan itu'. Memang perhitungan, tapi, V juga bersyukur, karena dengan usaha bisnis brand parfum yang dikembangkannya bisa bermanfaat untuk mengisi waktu luang sekarang.
Hidup memang patut disyukuri, bukan?
Ah kurang tepat, V setengah terpaksa karena hal tersebut menjadi tekanan baginya.
Ruang absensi kehadiran menjadi titik V berpijak saat ini. Meski tengah di skors, tentu tak membuatnya meninggalkan aturan untuk tetap melaksanakan absensi rutin atas statusnya sebagai Captain pilot tetap.
Maka, V berada di ruangan itu saat ini. Bersama Jimin, Jean dan beberapa pilot lainnya.
"Ku rasa, aku mulai tertarik dengan Roséanne. Kita memiliki frekuensi yang sama saat mengobrol," celetuk Jean. Saat ketiganya berada di jarak yang berdekatan.
Jimin yang mendengar itu menyeringai, "Oh? Kau mulai terpikat pada wanita Ausie sejak menjadi partner rupanya. Pesona wanita lebih tua memang menggoda."
Jean balas terkiki geli. Menoleh menatap V sambil menyilangkan kedua tangannya di dada, "Boleh, V, jika aku mendekatinya? Jujur, tipe ku sekali, dia."
"Ambil saja," balas V datar, tanpa menatap kedua temannya. Ia tengah fokus pada Ipadnya sekarang.
Jimin bertepuk tangan. "Jelas V rela, Jean. Yang dia inginkan hanyalah Jane."
"Padahal Roséanne nyaris sempurna. Bisa-bisanya, V menolak." Jean menggeleng setengah menggoda.
Kali ini, V langsung menatapnya tajam. "Nyaris, 'kan? Karena yang sempurna adalah Jane, dan aku hanya menginginkan dia. Jika kau berminat mengambil Rosie, ambillah," tekannya.
Jean menganga, sedangkan Jimin menyeringai. "Wuishhh, takutnya... Siap, si paling milikmu mutlak, padahal sudah jadi mantan. Asikkkk."
Jimin menepuk pundak Jean. Keduanya menatap V menggoda. "Takut aku, V, serius. Jangan galak-galak begitulah ekspresimu. Lagipula, alam raya ini pun tahu, bahwa Jane hanya milikmu."
V hanya balas menatap datar dan kembali fokus dengan Ipadnya. Mengacuhkan 2 orang yang selalu menggodanya itu.
Namun sesaat, ia kembali mendongakkan wajah, menatap pada Jimin. "Jim."
"Apa? Kau berubah pikiran, ingin menerima pertunangan dengan Roséanne? Mau ku timpuk, hah?" Tanya Jimin mengangkat alisnya penuh selidik.
V berdecak. "Aku sedang serius."
Jimin terkekeh geli. "Jangan tegang begitu lah, bro. Santai, oke?"
"Jadi, apa?"
V terlihat menimbang pikirannya sejenak sebelum berbicara. "Perusahaan milik Tuan John, yang terikat dengan Chanel, pernah bernegoisasi dengan Jane untuk menggaetnya menjadi duta ambassador, 'kan?"
KAMU SEDANG MEMBACA
MY CAPTAIN | TAENNIE
RomanceJika sekarang kita tidak bisa mendeklarasikan cinta karena landasan aturan serta komitmen atas pengabdian, bukankah di masa depan masih bisa? Yang nantinya, deklarasi cinta ini akan di junjung dalam versi yang lebih baik. Jadi, sampai berjumpa di ma...