18- Back on Duty and Surprise

507 110 32
                                    

Hari yang sebelumnya sangat dinanti Jane setelah sekian lama untuk menjalankan tugasnya kembali sebagai pramugari itu telah tiba, namun di sisi lain, ada hati yang berat karena hari ini juga bertepatan dengan keberangkatan V menuju London untuk menjalani kepelatihan Flight Instructor.

Melihat sang suami yang tampak cekatan mengenakan atribut pilotnya, Jane hanya diam memandang tak rela dalam posisi duduk di tepi ranjang. 

"Sudah semua 'kan? Jangan sampai ada perlengkapan yang tertinggal, V." Jane mengingatkan sembari merapihkan koper pria itu. Ia juga sudah siap dengan seragam pramugarinya, bersedia menyambut bandara di hari pertamanya mengabdi kembali.

Karena sesuai pemberitahuan dan jadwal yang ditetapkan kepada Jane, ia resmi bertugas sebagai komando para ketua pramugari yang akan terbang hari ini.

Melirik jam, Jane mendesah pelan. Waktu berlau begitu cepat, rasanya ia tak ingin cepat-cepat berpisah dengan suaminya. 

Setelah V menjelaskan jujur tentang keputusannya kemarin, sejak itu, V memprioritaskan  waktu mereka untuk quality time. Bahkan malam tadi, mereka menyalurkan hangatnya cinta selama berjam-jam.

V menoleh setelah selesai merapihkan seluruh atribut dan seragamnya, ia tersenyum tipis, peka terhadap perasaan Jane. Maka diraihnya tangan mungil itu untuk dirinya genggam lembut, dengan tatapan yang penuh kasih sayang. "Hanya 3 bulan. Tunggu aku hum?"

Jane menunduk, tak kuasa jika harus melihat netra suaminya, "Iya. Sudah, V, lekas bersiap sebelum terlambat." Ia sengaja mengelak dan terlihat baik-baik saja agar suasana tak terasa semakin haru.

V mencekal tangan Jane yang hendak berdiri, "Kita akan berangkat bersama ke bandara. Aku dan rekan Captain yang lain juga akan melakukan acara perpisahan."

Kali ini Jane menoleh hendak memprotes, namun lagi-lagi V memotongnya lebih dulu untuk memberi penjelasan. "Bukankah hubungan kita harus dipublish? Maka ini saat yang tepat. Semua orang harus tahu."

Jane menatap lekat netra pria itu. Rasanya ia ingin menangis jika tidak sedang mengenakan make up dan dirinya yang sudah siap. Sangatlah berat baginya jika harus berpisah dengan V untuk waktu yang cukup lama. Bagaimana Jane akan melepas rindu jika selama 3 bulan itu nanti ia tidak akan mendapat kabar V sedikit pun?

Wanita itu hanya mengangguk, terlalu gengsi juga jika harus mengatakan bahwa sebenarnya ia masih ingin menikmati waktu lebih lama bersama sang suami, namun pekerjaan adaah prioritas yang tidak bisa diabaikan. Maka selanjutnya, baik dari keduanya tak ada obrolan spesifik. Mereka memang berangkat bersama di mobil yang disupiri oleh asisten khusus maskapai. Di mobil pun, Jane tak banyak bicara selain hanya merenung menatap keluar jendela, perasaannya begitu sesak yang kapan pun sudah siap menumpahkan tangis. Sedangkan V terlihat mengotak-atik handphone untuk mempersiapkan berkas online keberangkatannya.

Sampai tiba lah mereka di bandara. Cukup ramai seperti biasa meski di jam yang masih terbilang pagi. Saat keduanya keluar dari mobil, udara dingin langsung menerpa kulit.

Jane menghela nafas, ia pikir hari ini akan menjadi hari paling menyenangkan karena merupakan hari pertamanya bertugas kembali, namun kenyataan menyadarkan bahwa hari ini juga menjadi hari yang akan memisahkan dirinya dengan V.

Lamunannya buyar tak kala seorang pria menepuk pundaknya lembut tapi tetap mampu membuat Jane terkejut, "Bukan Nona pramugari jika wajah cantiknya suram begini, Sayang."

Jane menoleh menatap V dengan penuh makna. "I'm okay, V. Hanya sedikit gugup saja."

V tentu peka. Tapi ia tidak ingin memperpanjang pembahasan itu dan memilih mengiyakan kata-kata Jane yang seolah menghindari perasaan ketidak relaannya.

MY CAPTAIN | TAENNIETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang