prolog

85 26 7
                                    

Terkadang perasaan itu sama seperti hujan yang datang lalu pergi dan meninggalkan jejak kenangan

Sebuah motor besar melaju cepat melewati jalanan yang sudah mulai sepi karna hari sudah semakin gelap. Baju basket bertuliskan angka 07 beserta nama yang tercetak ALGIO RAHENDRA ADIPATI masih melekat di tubuhnya karna tak sempat berganti.


Gio memberhentikan motornya di sebuah taman yang menjadi tujuan utamanya sekarang. Tangannya membawa sebuah paper bag untuk di berikan kepada seseorang.

Ia tersenyum tipis saat mendapati seorang perempuan yang tengah duduk di bangku taman. Namun senyumnya menghilang ketika melihat gadis itu tidak sendirian, melainkan bersama lelaki yang tengah memeluknya mesra.

"Lena, lo beneran ga mau kasih tau Gio soal ini?" tanya seorang lelaki kepada perempuan yang bernama Alena itu.

"Engga, soalnya Gio sibuk." jawab Alena dengan sedih

"Lo jujur aja lebih nyaman sama gue di banding sama Gio kan? kalau gitu ayo kita balikan lagi, apa lo ga bosen sama cowo monoton kayak Gio?"

"Abi..."

"Lo masih sayang sama gue kan? Gue ini apa Len buat lo? kita deket tanpa status".

Rahang Gio mengeras dan matanya menyorot marah. Ini bukan
sekali atau dua kali tetapi seudah berkali kali ia melihat mereka bertemu tanpa sepengetahuannya.

Namun walaupun Gio pendiam
dan cuek, lelaki itu selalu tau apa yang orang lain tidak tau.

Tanpa membuang-buang waktu lagi, Gio bergegas menghampiri lalu berdiri di depan mereka dengan mata tajam seperti seekor
singa yang siapmenerkam mangsanya.

"Gio?!" Allena terlihat sangat terkejut dengan kedatangan laki-laki itu secara tiba tiba. Alle tau bahwa sekarang dirinya sudah
melakukan sebuah kesalahan besar.

"Kamu sejak kapan di sini?" dari nada bicaranya sudah Gio simpulkan jika gadis itu sedang ketakutan.

"Kenapa? kaget?" tanya Gio dingin

"Gio,"

"Lo diem"

Kemudian ia berali manatap sengit ke arah Abi yang kini juga sedang menatapnya tak kalah tajam. tercetak jelas aura permusuhan diantara mereka.

Selama ini Gio hanya diam dan selalu sabar tetapi kesabarannya itu seperti di permainkan, tanpa banyak bicara Gio segera menarik kerah baju Abi sampai cowok itu kesulitan bernapas.

Sebuah pukulan keras mendarat di pipi Abi membuatnya langsung terjatuh ke tanah.
Sementara Allena sudah kalang kabut dengan aksi Gio.

Pasalnya Gio jika sudah marah sangat menyeramkan karena Allena sudah pernah melihatnya.

"Gue udah bilang jangan pernah deketin cewek gue, bangsat!!" Gio memukuli wajah Abi tanpa ampun.

"Gio udah! Stop!!" teriak Allena sembari menarik lengan Gio walau tidak sedikit pun mempengaruhi cowok itu.

"GIO INI BUKAN SALAH ABI! AKU YANG CARI DIA KARENA KAMU SELALU SIBUK DAN GAK PERNAH ADA WAKTU BUAT AKU!! Teriakan itu sukses membuat Gio berhenti. Gio terdiam sebentar

sebelum akhirnya beranjak dan berdiri di depan Allena seraya menatap kedua bola mata perempuan itu penuh rasa kecewa.

"Kamu selalu sibuk gak ada waktu buat aku, bahkan cuma sekedar chat aja susah banget. Aku pacar kamu bukan sih?"

"Terus apa?" tanya Gio.

Allena menyerit tidak mengerti "Maksudnya?"

"Terus mau lo apa? putus?"

Mata Allena membulat lalu menggeleng dengan cepat. Allena tidak pernah berpikir demikian karena ia sangat mencintai cowok dihadapannya ini. Putus dengan Gio adalah suatu mimpi terburuk baginya.

"Gak Gio! Aku gak mau dan gak pernah mau. Kamu kenapa ngomong kayak gitu?"

"Kalau gitu gue yang mau" ucap Gio

"A-apa?"

"Gue mau putus"

Kata-kata itu seperti sambaran petir baginya membuat napas Allena tercekat.

Gadis itu bergeleng kuat sambil menatap tak percaya, tetapi raut wajah Gio sedang serius.

"Tapi kenapa?" tanya Allena parau seperti ingin menangis.

Gio tidak menjawab karena laki-laki itu pikir semuanya sudah jelas. Gio memilih untuk melihat kearah lain karena ia tidak sanggup menatap Allena yang kini sedang menahan cairan bening yang sebentar lagi akan jatuh dari kelopak matanya.

"Kamu jangan bercanda! Emangnya kamu udah gak sayang aku lagi?"

"Ngapain gue sayang sama orang yang gak tau diri? Mending gue sayang diri sendiri".

Tapi aku gak mau putus, Gio." kata Allena dengan kedua bahu yang turun dan bergetar.

"Gue muak"

Gio berusaha untuk tidak peduli lalu ingin melangkah pergi menuju motor putihnya. Tetapi sebelum ia benar-benar pergi dari sana, Gio menyodorkan sebuah paper bag yang sedari tadi ia bawa untuk Allena.

"Happy anniversary, All." ucap Gio untuk yang terakhir kalinya.

ALGIO [SEGERA TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang