part 05

18 9 1
                                    

Tolong beri tahu Gio harus memakai cara apa agar perempuan di depannya mengerti jika Gio sangat terganggu dengan kehadirannya.

Cowok itu sudah ketus bahkan terang-terangan mengusirnya. Tetapi Allena justru semakin nempel seperti perangko.


"Gio, aku cantik gak hari ini? Aku sengaja kuncir biar rapi rambutnya, suka gak?" ujar Allena membuka topik pembicaraan seraya menyentuh rambutnya.

"Maunya gue jawab apa?" Gio membalas bertanya.

"Apa aja dong. Menurut kamu gimana?"

"Kalau gue bilang cantik, lo bakal pergi?" tanya Gio akhirnya berhenti berjalan dan menatap Allena yang lebih pendek darinya.


"Kok pergi? Mau pergi kemana? Kalau kamu ajak ya mau dong!!"

Perempuan berkuncir dua itu benar-benar membuat Gio kehabisan kesabaran. Berbicara dengan Allema memang harus menguras hati dan tenaga. Gio tidak menjawab melainkan laki-laki itu kembali
berjalan.

Namun Allena langsung menarik tangannya untuk berhenti.

"Gio, aku kebelet." ucap Allena.

Gio mengangkat sebelah alisnya. Apa maksud dari cewek itu?

"Kamu tunggu sini ya, jangan kemana-mana. Janji gak lama kok."

Setelah mengucapkan itu Allena segera berlari menuju toilet meninggalkan Gio yang masih terdiam di tempatnya.

Secara tidak langsung Gio malah menuruti perintah Allena. Cowok itu benar menunggunya. Gio terdiam ketika mendengar gerombolan laki-laki yang sedang membicarakan suatu hal.

"Lo tau cewek kelas XII IPA 1 yang namanya Allena?" ucap salah seorang cowok berjambul itu. Gio menoleh mendengar nama Allena di sebut. Ia hanya menyimak saja.

"Oh tau, mantannya Gio kan? Hati-hati lo omongin dia, anak Xenom bisa gawat nanti berurusan sama Reza." ujar temannya.

"Dia mantan gue," ucap seseorang yang Gio sangat kenali. Itu Abi, mantan pertama Allena.

"Cantik sih terus ramah, tapi murahan sama semua cowok mau." ucap temannya seperti meledek.

"Berarti Gio pake bekas lo dong," sahut cowok yang tidak memakai dasi itu dan di susul dengan gelak tawa oleh teman-temannya.

Mereka menyebut nama Allena dibuat bahan bercandaan. Darah di kepala Gio mendidih. Cowok itu paling anti jika mendengar perempuan harga dirinya seperti diinjak-injak.

Yang di pikiran Gio kini adalah ibunya, ia sangat benci dengan orang yang menghina
perempuan. Segera Gio menghampiri mereka lalu menarik kerah segaram lakilaki tadi dengan kuat.

Jujur, Gio tipe yang malas mengajak ribur.
Namun kali ini ia tidak bisa menahan amarahnya. Satu pukulan melayang mengenai pipi cowok itu hingga tersungkur ke lantai.

Kejadian itu dilihat oleh murid-murid lain yang juga melintas di lorong. Kedua dari mereka hanya diam tak berani berkutik. Gio adalah wakil ketua Xenom, ia mempunyai backing yang banyak.

Terlebih lagi ada Reza dan Samuel yang jago bela diri.

"Ngapain sekolah kalau mulut lo kayak sampah!" bentak Gio menarik kemeja orang di depannya agar mendekat ke wajahnya.

"Gak Gi! Ampun gue minta maaf!" ucap orang itu minta ampun.

"Minta maaf sama Allena!" Gil menatap tajam kemudian menghempas kuat cengkramannya.

Allena yang baru saja keluar dari pintu toilet langsung tertegun melihat Gio yang sedang menghajar orang. Ketiga cowok itu lantas mendekati Allena dan meminta maaf membuat Allena semakin bingung.

Sedangkan Gio di sana masih berdiri tegap sambil memperhatikan mereka dengan sorot mata yang menyeramkan.

"Goi? Kenapa?" tanya Allena setelah ketiga cowok itu pergi ngacir.

"Gak pa-pa." jawab Gio jutek.

Kini Gio menoleh kepada Allena. Tatapannya dingin sehingga Allena
merasakan atmosfer sekitarnya menjadi tegang. Perempuan itu tidak mengerti dengan sikap Gio saat ini.

"Bisa gak usah terlalu ramah sama cowok? Jangan bodoh jadi cewek!" Perkataan menusuk itu dilontarkan kepada Allena.
Gio lalu berlalu pergi meninggalkannya.

                                   ☆☆☆

Malam ini, anak-anak Xenom berkumpul di rumah Gio. Mereka seperti mengadakan pesta kecil-kecilan di sana. Terlihat Septian
sangat menikmati pizza di tangannya. Jarang-jarang mereka bisa ditraktir makan oleh Juna.

Ingat Juna! Laki-laki paling pelit diantara mereka semua. Sebetulnya tadi Gio ingin menambahkan tetapi Juna menolak dengan berkata seperti ini 'Gue mau PJ soalnya abis jadian, doain biar langgeng aja cukup.' Seperti itulah intinya.

"Heh bekantan! Abis jadian sama siape lo sampe mau PJ begini?
Biasanya juga jadian-jadian aja, cewek keberapa?" tanya Kenzo sangat penasaran.

"Nah iya gue juga penasaran. Tumbenan amat lo kayak gini," celutuk Septian juga heran.

Juna itu sangat playboy. Ceweknya selalu ganti-ganti setiap hari seperti ganti kolor. Bahkan Juna tidak hafal namanya dan sekarang lelaki itu tiba-tiba ingin traktir teman-temannya dengan alasan PJ.
Sungguh langka.

"Jadian sama Kalea," sahut Juna santai
Jawaban itu sukses membuat kelima temannya melongo.

Tidak ada angin. Tidak ada hujan mereka jadian begitu saja padahal tidak ada
PDKT sama sekali.

"Kalea teman cewek gue?" tebak Reza.

"Iya Kalea senjatari, yang satu les ballet sama Allena." jawab Juna tanpa ragu.

"Kok bisa? Lo kasih pelet apaan?" celutuk Samuel tak percaya.

Juna terkekeh pelan sambil menaruh minuman kaleng soda di tangannya ke atas meja. Mereka semua bisa melihat ada perubahan dari wajah Juna yang tampak lebih bersemangat dari biasanya.

"Gue suka dia dari lama, kayaknya kelas X." jawab Juna lagi. "Tapi dia gak mau pacaran waktu itu, jadi gue lampiasin ke semua cewek. Padahal gue sukanya cuma dia,"

Mendengar hal itu sontak Kenzo memukulnya menggunakan sendok bersih yang berada di atas meja. Juna meringis lalu menatap orang di sebelahnya dengan kesal.
"KOK LO KAGAK NGOBROL?! CURHAT DONG KE KITA-KITA! AH LO GAK ASIK!" cecar Kenzo.

"Jadi sekarang lo berhasil dapetin dia? Terus mantan lo gimana?" tanya Reza.

"Semuanya gue putusin hari itu juga."

#Pensi #eventpensi #pensivol13 #teorikatapublishing
aku up setiap hari ya man temann🫸🫷🫶🏻🫶🏻

ALGIO [SEGERA TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang