part 16

14 11 0
                                    

"Apa lo?! Udah ya kemarin gue udah bangkrut gara-gara PJ! Punya  temen gak ada akhlak ngelunjak semua pesen pizza 5 loyang yang  satu meter!" gerutu Juna yang langsung di pelototi oleh Kalea.

"Ikhlas dong PJ-nya biar langgeng gimana sih kamu!" omel Kalea.

"MAMPUS!! SEKARANG UDAH ADA YANG WAKILIN GUE BUAT BULLY  LO!" seru Kenzo gembira.

"Tuh All ada pisang keju kesukaan lo tadi si Reza beli banyak terus Jihan sisain buat lo," Starla menunjuk kearah bungkusan pisang
goreng di sisi kanan Reza.

"Nih buat lo semua dah biar seneng," Reza menyodorkan sebungkus pisang goreng untuknya.

Seperti inilah mereka. Berbagi dan saling melengkapi meski mereka dari keluarga yang berbeda-beda tetapi tetap menjadi keluarga dalam persahabatan.

Mungkin mereka berbeda-beda tetapi mereka mempunyai satu tujuan yang sama.

"Gio kemana?" tanya Allena penasaran karena laki-laki itu tidak kelihatan batang hidungnya.

"Dia lagi disuruh pak Dika ke ruang komputer tuh," jawab Samuel.

"Gimana sama Gio?" Reza bertanya padanya membuat Allena tertunduk merasa sedih.

"Ya gitu, dia masih benci sama gue,
Enggak kok, lo tau sendiri Gio gimana kan? Dia tuh susah ditebak, gak mungkin dia benci sama lo. Dia mungkin kecewa aja, All."
Septian menepuk bahu Allena untuk memberikannya semangat.

"Banyak yang suka sama dia, cantik-cantik pula udah gitu bodynya bagus, pinter gak bego kayak gue," kata Allena sambil menghela napas.

Samuel terkekeh pelan. "Walau lo kayak gitu juga pernah buat dia jatuh cinta. Buktinya aja dia milih lo ketimbang cewek-cewek lain. Gio bukan cowok yang ngeliat hal semacem itu All,"

"Kita semua dukung dan bantu lo kok. Adek gue gak boleh sedih-sedih ya," ujar Septian menghiburnya membuat Allena tersenyum
merasa dihargai.

"Septian, kadang gue mau banget punya Abang tapi lo kayak gini bikin gue berasa punya Abang,"

"Anggep aja gue Abang lo," Septian tertawa. Tawanya mengundang orang untuk melihat kearahnya karena wajah cowok itu sangat
manis.

"Lo itu cantik, banyak cowok yang mau sama lo tapi inget gue bakal lindungin lo dari buaya-buaya macam Juna,"

"Buayanya udah ketemu pawang Bun," sambar Kenzo sembari memakan es batu bekas Teajus lemonnya.

"Arga tuh ganteng, tajir, baik, pinter pokoknya mantep deh! Sama dia aja," kata Starla dengan antusias.

"Ganteng-ganteng! Gantengan juga gue! Yang baik belum tentu baik, sekarang gue percaya sama kata-kata itu." sahut Samuel
sewot.

"Lo ganteng dari lobang sedotan!" jawab Starla ketus.

"Ganteng lah lo aja suka sama gue," ceplos Samuel membuat suasananya menjadi hening. Mereka semua menatap cowok
berjambul itu dengan tatapan terkejut, terlebih lagi Starla yang juga shock.

"M-maksud gue, ya suka sebagai sahabat! Gue kan sahabat lo," sergah Samuel cepat.

"Hm... Eja, mau itu." pinta Jihan menunjuk bakso di mangkuk Reza membuat cowok itu dengan sigap menyendokkan sesuap bakso ke dalam mulut pacarnya.

"Boleh pesenin satu lagi gak? Aku laper," ucap Jihan menyengir.

"Iya sayang, aku pesenin dulu." Reza berdiri untuk memesan satu mangkuk bakso lagi di tempat jual Mang Ujang.

Allena memutar bola matanya jengah melihat kedua pasangan itu. Jiwa jomblo di dalam dirinya seketika meronta. Entah mengapa ia jadi rindu Gio.

Lalu tak lama Allena bangkit dari duduknya dan berpamitan untuk mencari Gio di ruang komputer. Jika tidak bertemu Gio satu harian sudah membuat dirinya uringuringan.

"Giogantengng! Hai-haii! Kamu lagi apa Gi? Mau aku bantuin gak?" Suara melengking seperti anak kecil itu langsung menyambutnya ketika perempuan itu masuk ke dalam ruang LAB komputer.

Gio tidak menoleh sama sekali dan tetap fokus menatap layar komputer di depannya dengan tangan yang terus mengetik. Allena
menarik kursi di sebelah Gio kemudian bertopang dagu memperhatikan laki-laki tampan di hadapannya.

"Tau dari mana gue di sini?" tanya Gio tanpa menatapnya.

"Dari Samuel." jawab Allena.

"Dahi lo kenapa?" Gio sengaja memancingnya siapa tahu gadis itu
mau jujur. Allena terdiam beberapa detik karena terkejut ditanya seperti itu.

"KOK KAMU PERHATIAN???" pekik Allena kegirangan sendiri. "Gak pa-pa kok ini kejedot gara-gara kesandung di rumah,"

Sudah Gio duga jika Allena akan mengarang bebas. Jelas-jelas kemarin dirinya yang mengobati luka itu. Gio tidak menuntut untuk dijawab dan tidak ingin meneruskan topik itu.

Biar saja dirinya yang mencari tahu nanti. Dari dulu Gio benci pembullyan apalagi ini
sekolah punya keluarganya.

"Gio lagi apa?" tanya Allena.

"Menurut lo?"

"Lagi ketik, tapi ketik apa?"

"Input data murid yang masuk ekskul basket tahun ini." jawab Gio cuek seperti biasa.

"Masukin nama aku dong!!" sahut Allena membuat Gio menoleh dan memandang aneh. Random sekali gadis ini.

"Gak mau."

Allena cemberut kemudian menarik lengan baju Gio agar cowok itu menatapnya. "Aku mau masuk ekskul basket putri! Mau buktiin ke Tifany kalau aku bisa basket!"

Gio menaikkan sebelah alisnya. "Emang lo bisa?"

"Gak bisa ehehehe....." Allena cengengesan menjawabnya membuat Gio berdengus kesal lalu melanjutkan aktivitasnya yang tertunda.

"Tapi serius aku mau masuk ekskul basket soalnya bosen tahun lalu aku masuk ekskul Seni Lukis. Mau ganti suasana aja gitu Gi,"

"Kenapa?"

"Kenapa apanya?"

"Kenapa basket?"

Allena mengulum senyumnya diam-diam sebelum akhirnya menjawab. "Biar deket sama kamu terus sekalian jagain dari buaya
betina," jawabnya sangat jujur.

Kalau gitu gak usah." sahut Gio ketus.

"Eh? Iya-iya maksudnya ya biar bisa basket dong!! Gimana sih gitu aja gak tau!"

"Kenapa cewek ini yang marah?

Gio memilih untuk mengacanginya. Sementara Allena memperhatikan Gio lagi dengan tatapan memuja. Tubuh Gio tinggi
menjulang, lengannya berotot, hidungnya mancung serta alisnya tebal membuat pahatan wajah itu terlihat sempurna.

Cowok itu bukan hanya memiliki paras yang tampan saja, namun dari segi sikap Gio itu dewasa, pintar, dan berjiwa tenang sehingga membuat semua orang nyaman berada di dekatnya.

Gio juga baik kepada semua orang tetapi ingat! Dia lebih menunjukannya ke
tindakan karena Gio tipe yang tidak bisa berkata-kata manis. Karena terlalu asyik melamun, Allena tidak sadar jika Gio sudah
berdiri ingin pergi dari tempatnya sehingga Allena juga ikut berdiri.

"Gi udah selesai?" Allena berjalan di belakangnya

"Hm."

"Terus kamu mau kemana? Nama aku udah di masukin belum? Aku mau masuk ekskul basket,"

"Udah."

#Pensi #eventpensi #pensivol13 #teorikatapublishing

ALGIO [SEGERA TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang