part 15

17 10 0
                                    

"Ambil aja kembaliannya buat Ibu," Gio mengeluarkan selembar uang berwarna biru yang langsung membuat ibu itu melongo.

"Ini banyak sekali Nak,"

"Gak Pa-pa Bu, kalau gitu saya permisi." pamit Gio sebelum dirinya pergi dari sana untuk kembali ke sekolah.

Gio membuka kantong plastik itu. Lalu buru-buru menuangkan obat merah ke kapas putih. Tangannya dengan telanten mengobati luka di dahi Allena.

Dalam hati ia bertanya siapa yang melakukan ini pada perempuan itu?
Setelah selesai, Gio ikut duduk di sebelah Allena selagi menunggu hujannya sedikit mereda.

Kepalanya menengok ketika Allena
bergerak gelisah. Gio terkejut ketika kepala Allena bersandar di bahunya membuat
cowok itu diam tak berkutik. Beberapa menit kemudian Allena kembali tenang. Sementara Gio menoleh dan memperhatikan wajah Allena dari samping.

"All lepasin," Gio mendorong pelan kepala Allena pada bahunya.

"Baju gue basah nanti lo kedinginan," ucap Gio setengah berbisik.

Jika saja Allena sadar sudah pasti perempuan itu berteriak kesetanan mengetahui Gio bersikap manis seperti ini.
Tubuh Gio menggigil tetapi Allena membutuhkan jaketnya.

Angin malam bertiup kencang ditambah suara hujan yang masih deras
berjatuhan ke tanah. Tangan besar Gio menyentuh tangan Allena yang terasa dingin.

Laki-laki itu mengusapnya kemudian meniup-niup kecil agar Allena
tetap hangat. Cukup dirinya saja yang kedinginan. Perempuan itu jangan.

                                     ☆☆☆

Allena mengerjapkan matanya pelan lalu matanya terbuka sempurna. Kepalanya masih pusing. Sewaktu dirinya menoleh
matanya mendapati kakeknya sedang duduk di sebelah kasur sambil
tertidur.

Indra menjaganya semalaman. Tetapi tunggu, bukankah Allena sedang berada di sekolah, lantas siapa yang mengantarnya
pulang? Pergerakan Allena berdampak membuat lndra terbangun dari
tidurnya.

Dengan cepat lndra mengambilkannya minum agar tenggorokan Allena tidak kering.

"Kakek yang bawa Allena kesini?" tanya Allena setelah selesai meneguk air itu sampai habis.

Namun kakeknya hanya tersenyum
tidak menjawab lantaran Gio menyuruhnya untuk tidak memberi tahu.

"Kamu lapar?" lndra bertanya menggunakan bahasa isyaratnya.

"Emang kakek udah makan? Maksudnya emang di rumah ada makanan?" Allena balik bertanya.

lndra mengambil kantong plastik berisi nasi dengan kari ayam sebagai lauknya di atas meja dekat kasur membuat mata Allena
melotot karena itu adalah makanan kesukaannya.

Tadi ketika mengantarkan Allena pulang memang Gio membelikan makanan
untuk gadis itu sekaligus lndra.

"Makasih kakek!" ucap Allena tersenyum senang. Jarang-jarang ia bisa makan makanan kesukaannya.

"Kalau kakek makan apa?"

"Kakek sudah makan"

Allena mengangguk kemudian ia berdoa terlebih dahulu sebelum makan. Setelah berdoa, perempuan itu langsung makan dengan lahap membuat lndra tersenyum menatapnya.

"Kakek, maaf ya tadi pasti buat kakek khawatir." ucap Allena.

"Siapa yang berbuat itu sama kamu?"

"Enggak kok, ini All cuma kecapekan aja terus emang tubuh All agi lemes makanya gampang pingsan terus kepentok deh," ucap Allena terpaksa berbohong agar kakeknya tidak khawatir.

"Kamu tidak apa-apa kan?"

Allena menghentikan aktivitasnya. Allena tersenyum manis seolah-olah memang dirinya baik-baik saja. Tidak ada yang perlu dicemaskan.

lndra menatap sendu cucu perempuannya. Tentu ia tahu jika Allena berbohong karena ia merawat Allena sedari kecil.Jadi lndra tahu bagaimana sifat cucunya itu.

"Sepatu ballet kamu rusak? Kenapa tidak bilang ke kakek?"

Lagi-lagi Allena tersenyum. "All mau berhenti les aja, mau bantuin kakek kerja jualan telur sekalian ternak ayam," kata Allena sukses membuat lndra terkejut.

"Kenapa? Besok kakek bakal bayar uang lesnya, kamu les aja kejar mimpi kamu,"

Allena menggelengkan kepalanya pelan sembari menaruh makanannya di atas meja. Kemudian Allena menatap kakeknya itu dengan senyuman yang rapuh. Sambil menggenggam tangan kakeknya Allena berkata.

"Kakek, cucu perempuan kakek ini yang dulunya sering kakek ajari untuk menjadi dewasa, sudah tumbuh menjadi orang yang mengerti pahitnya kenyataan." kata Allena dengan gamang.

"Kenyataanya All hidup udah nyusahin keluarga ini dan sekarang All mau bantu buat cari uang,"

"Tapi menari itu mimpi kamu kan?"

"Bukan. Sekarang mimpi All cuma mau bareng sama kakek aja, itu udah cukup." Allena berucap sendu dari lubuk hatinya.

"Kalau ingin menangis, menangis aja,"

"Nggak kok, All gak mau nangis. Kenapa kakek ngomong gitu?" ucap Allena menyangkalnya dengan tertawa kecil.

"All, hanya karena kamu tidak menangis bukan berarti kamu tidak bersedih, sama halnya dengan tersenyum bukan berarti kamu bahagia," lndra menarik tubuh Allena kemudian memeluknya.

Kakeknya mengusap lembut rambut Allena dengan sayang membuat perempuan itu langsung luluh. Kelopak matanya langsung berair dan matanya memanas menahan
beban di punggungnya.

Allena juga ingin menjadi anak remaja pada umumnya yang bersenang-senang. Jangankan senang, merasakan
kasih sayang seorang ayah saja tidak ada di hidupnya.

"Kakek, hidup ini kejam tapi kalau ada kakek, All bisa kuat." kata Allena bersuara parau. Indra tanpa sadar ikut menangis
mendengarnya.

"Mungkin cinta pertama anak pada ayahnya gak ada tapi setidaknya All tau kalau ada satu laki-laki yang gak bakal biarin All
sedih, itu kakek." Allena memeluk kakeknya begitu erat. Sungguh penguatnya hanyalah lndra.

"Gak pa-pa, asal sama kakek udah buat All seneng. Nanti besar kalau All sukses juga bisa jalan-jalan ajak teman-teman sama kakek juga," ujar All sambil mengusap air matanya lalu tersenyum kembali.

"Tuhan tolong buat bahagia cucuku," batin lndra menatap Allena yang tengah asik bercerita lagi dengan wajahnya yang kembali ceria seakan beban itu sudah hilang. Allena dan kesederhanaannya.

                                   ☆☆☆

Mata Allena menyapu area kantin. Gadis itu sedang mencari sosok laki-laki pujaan hatinya yang sejak tadi menghilang entah kemana.

Akhirnya dengan langkah lemas Allena mendekati meja Xenom yang juga sedang bersama teman-temannya di sana.

"Hai All," sapa Septian ramah. "Udah makan belum? Sini duduk," Septian menggeser dirinya ke samping kiri untuk memberikan tempat untuk Allena.

"All? Lo kemana kemarin? Kemarin gue nyari-nyari juga bareng sama anak-anak Xenom bahkan mau lapor polisi tapi syukur kata pihak sekolah lo udah balik ke rumah," kata Septian dengan raut khawatir.

Tidak heran jika Septian seperti ini karena laki-laki itu sudah menganggap Allena, Jihan, Starla, dan Kalea seperti adik-adiknya sendiri. Cowok itu memang paling baik dan ramah di antara teman-temannya.

"Gue gak pa-pa kok. Jangan khawatir," jawab Allena tersenyum menandakan jika dirinya baik-baik saja.

Jihan merangkul bahu Allena bersahabat. "Kalau ada masalah gak
perlu sungkan buat cerita ya?"

"Siap Ibu ketua!!" Allena berhormat membuat yang lain ikut tersenyum melihat tingkahnya.

"Neng All cantik mau pesen apa? Ntar dibayarin Juna." celutuk Kenzo menyenggol bahu Juna.

#Pensi #eventpensi #pensivol13 #teorikatapublishing

ALGIO [SEGERA TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang