part 21

19 10 0
                                    

Beberapa tahun lalu...

Sorakan penuh semangat dari anggota cheers memenuhi suasana lapangan yang sedang ramai oleh para murid yang menonton. Rama yang merupakan teman se-timnya melempar bola orange itu kepada Gio membuat cowok itu dengan sigap menangkapnya.

Bunyi pantulan bola serta decitan dari sepatu yang bergesek ke lantai lapangan mengisi ketegangan semua orang. Setelah di rasa sudah tepat, Gio segera melempar bola itu masuk ke dalam ring yang langsung disusul oleh teriakan kemenangan para penonton.

Untuk yang kedua kalinya tim basket Galaksi lebih unggul 5 poin dari pada tim lawan. Tidak perlu diragukan kemampuan dalam hal ini.

"Lo hebat! Keren banget!" puji Angkasa menepuk bahu Gio.

"Kita menang!" seru Rama.

"Lo semua hebat," ucap Gio membuat semuanya bertos ria

"KEREN MANTEP! DUH TEMEN GUE EMANG KALAU MAIN GAK
PERNAH NGECEWAIN!" Kenzo menghampiri Gio dengan disusul oleh
teman-temannya yang lain.

"Bangga gue sama lo. Traktir dong nih pada menang kan," ucap Septian iseng.

"Otak lo emang traktiran mulu!" sahut Juna.

Gio menengguk minumannya sampai jakunnya terlihat naik-turun mengikuti aliran air yang mengalir di tenggorokannya. Kemudian cowok itu mengedarkan pandangannya kearah kursi tribun mencari seseorang yang sejak tadi mengganggu pikirannya.

"Nyari All?" tebak Samuel seratus persen benar. "Tadi dia ada kok tapi katanya izin ke toilet sampai sekarang belum balik."

"Thanks. Gue mau ganti baju dulu." ucap Gio seraya mengambil tasnya di kursi kemudian pergi meninggalkan lapangan.

Ketika Gio sedang berjalan melewati lorong kelas bawah, ia melihat sesuatu yang membuat dirinya menghentikan langkahnya. Seketika matanya menajam mendapati Allena sedang tertawa bersama
seorang laki-laki yang ia tahu itu adalah Abi.

"Lo lain kali kalau mau pinjam catatan ke gue jangan sungkan. Gue pasti kasih kok," ucap Abi.

Allena mengangguk. "Udah dulu ya, gue mau samperin Gio lagi di lapangan"

Baru saja Allena ingin berbalik, tetapi tangannya di tahan oleh Abi. Gadis itu terkejut kemudian menoleh dengan raut bingung.

"Gue tau lo masih ada rasa sama gue, selama apapun itu gue bakalntunggu lo buat balik ke gue kok, All." Abi menatapnya penuh maksud.

Dan hal itu membuat Allena tidak nyaman.
"Lepasin, Bi. Gue udah ada Gio dan lagian kita kan cuma teman aja gak lebih." Allena menarik tangannya dari Abi namun cowok itu semakin mencengkram tangannya kuat-kuat.

"Lepas tangan lo dari cewek gue." Gion mendorong tubuh Abi menjauh dari Allena sehingga keduanya tersentak kaget atas
kedatangannya yang tiba-tiba.

Abi tidak melakukan apapun lagi untuk memancing pertengkaran. Abi tidak berani mencari gara-gara dengan cowok di depannya karena Gio orang yang tidak segan-segan menghabisi lawannya.

Jika Gio marah, bukan hanya cowok itu yang akan menghajarnya tetapi semua anggota Xenom juga akan turun tangan.
Tanpa menunda waktu, Abi segera pergi dan meninggalkan keduanya.

Gio masih memasang wajah yang mengerikan membuatbhawa di sekitar Allena mendadak mendingin.

"Gio? Kamu kapan selesai main basketnya? Tadi aku nonton kok, kamu keren banget pas main." Ucapan Allena dianggap seperti
angin lalu saja.

Gio hanya diam lalu pergi tanpa menatapnya

"Gi maaf... Aku cuma pinjam catatan ke dia tapi dianya begitu,nkamu jangan marah," ucap Allena sambil berjalan di sebelahnya.

Allena berjalan cepat lalu berdiri tepat di depan Gio membuat laki-laki itu menatapnya datar dengan derap kaki yang sudah berhenti.

"Gio cemburu?" Allena bertanya dengan mata mengerjap.

"Nggak." jawab Gio santai.

Meski wajahnya tidak bisa dibaca, namun hati Gio masih panas melihat Allena berdekatan dengan laki-laki lain.

Gio tidak suka berbagi dan harusnya Allena tahu akan hal itu. Memang jujur tadinya Allena murni ingin ke toilet tetapi ia
melihat Abi yang berkata ingin meminjamkan buku catatan Fisikanya
miliknya.

"Masa kamu gak marah?" tanya Allena lagi.

"Nggak."

"Bohong! Masih jutek gitu jawabnya,"

"Nggak, All," balas Gio melembut. "Jangan ulangi lagi."

Allena tersenyum manis. Kemudian Allena memeluk tubuh Gio membuat cowok itu sangat terkejut sampai mundur ke belakang.

Gio mendorong pelan tubuh Allena agar melepaskannya, takut Allena tidak nyaman karena dirinya belum berganti baju.

"All aku keringatan," ucap Gio.

"Gak pa-pa, kamu selalu wangi kok!" Allena hendak memeluknya lagi tetapi Gio menahan kepala cewek itu untuk tidak mendekat.

"Jangan, aku ganti baju dulu."

"Kelamaan! Keburu aku kangen gimana? Udah gak pa-pa, kamu wangi."

"5 menit." ucap Gio kemudian berjalan masuk ke dalam toilet laki-laki.

Allena menunggunya di depan sambil bersandar di dinding. Tak lama kemudian, Gio keluar dengan baju seragam putih abuabunya. Cowok itu tersenyum kecil melihat Allena yang sedang mencebikkan bibirnya kesal. Gio berjalan mendekatinya.

"Nanti malam mau ke rumah? Mama sama Gavin cariin kamu dari kemarin." ucap Gio.

Pertanyaan itu diangguki oleh Allena dengan antusias. "Aku juga kangen banget mereka."

Gio tidak meresponsnya. Melainkan matanya menatap wajah cantik Allena penuh rasa kagum seakan tidak ada yang menarik selain objek di depannya.

Allena yang merasa tidak mendapat jawaban apapun sontak berdongak dan tatapan mereka terkunci satu sama
lain.

Tangan Gio tergerak untuk menyelipkan sejumput rambut gadis itu ke belakang telinga, membuat getaran hati keduanya kiannterguncang.

"All," Gio menjeda. "Jangan seramah itu sama cowok lain." ucapnya
yang bisa di dengar jelas oleh Allena.

"I-iya, aku sayangnya sama kamu doang kok!" sahut Allena. Gio tersenyum kecil menatapnya

#Pensi #eventpensi #pensivol13 #teorikatapublishing

ALGIO [SEGERA TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang