part 02

52 24 32
                                    

"aku adalah seorang yang menunggumu dengar sabar
dan mencintaimu tanpa ragu"

Bola basket itu melambung ke atas dan dengan sigap tangan Gio menangkapnya. Cowok itu men-drible bola basket itu dengan lincah. Terlihat jelas bahwa ia bukan hanya sekedar bisa bermain, tetapi
memang benar-benar mahir.

Mata tajamnya menatap lurus kearah
ring lalu ketika sudah merasa pas, ia langsung menembak bola itu. Dan tepat sasaran.

"Good job Gio!" seru Pak Ruki selaku pelatih dan guru olahraganya.

Kemudian Gio berjalan ke pinggir lapangan untuk menghampiri teman-temannya yang sedari tadi menonton.

Reza menepuk pundaknya sambil tersenyum bangga.

"Urusan basket, emang gak ada lawan lo." ucap Reza memberi pujian.

"Kalau gue punya anak modelan gini, gue sayang-sayang dah beneran bibit unggul. Udah ganteng, tajir, pinter, berbakat pula!
Kelemahan lo apa sih, Gi?" ujar Kenzo sambil memakan keripik balado milik Samuel.

"Kelemahannya sulit digapai!" sahut Juna benar apa adanya.

"Nah! Iya bener, Gio itu sulit digapai. Kalau lo itu kemurahan, Jun. Sama semua cewek mau!" ujar Kenzo mencibir.

"ADUH-ADUH! SAKIT HATI ABANG!" seru Juna.

"Makanya jadi cowok jangan murahan tuh!" sambar Septian terkekeh pelan.

"Setia kayak Reza dong!"

Reza menggeleng-gelengkan kepalanya heran mempunyai modelan
teman seperti mereka.

"Lo gimana sama dia? Jangan kayak gitu, dia juga punya hati." ucap Reza menasihati.

"Siapa?"

"Cewek lo lah! Masa cewek gue? Mau gue injek kepala lo?" ucap Reza ketus.

"Gak ada cewek." jawab Gio singkat.

"Maksud gue si Allena,"

"Gue mau ganti baju." ucap Gio mengalihkan pembicaraan. Sudah
Reza duga bahwa cowok itu selalu menghindar jika topiknya
menyangkut soal masa lalu.

Lalu Gio mengambil tasnya di sebelah Samuel. Kemudian ia ingin pergi keluar dari lapangan tetapi seorang gadis yang memakai baju cheerleader itu datang menghampirinya dengan satu botol air di
tangan kanannya.

Gadis itu tersenyum kikuk ketika menatap Gio. Sementara Gio menaikkan satu alisnya dengan wajah datar.

"Gio, t-tadi lo keren banget main basketnya, ini buat lo biar seger lagi," ucapnya seraya menyodorkan botol itu.

"Gak perlu, Lun," tolak Gio pada gadis bernama Luna itu.

"Terima aja, ini tadi gue beli buat lo. Sekali aja lo terima pemberian gue, bisa kan?".
"Gue bisa beli sendiri."

"Sekali aja, Gi, please?"

Gio menghela napas dan hendak menerimanya. Namun tiba-tiba
ada suara teriakan melingking membuat semua orang yang berada di lapangan menatap kearah sumber suara.

"GIOGANTENG!! ALLENA HADIRR!!!" teriak Allena sambil melambai-lambaikan tangannya.

Perempuan itu berlari kecil menghampiri Gio. Ketika sudah berdiri di hadapannya, Allena melayangkan tatapan tidak suka kepada Luna.

"Baru aja aku tinggal udah di deketin cewek lain. Jangan diterima, mending terima punya aku aja. Siapa tau dia masukin air jampi-jampi biar kamu suka sama dia, OH! ATAU NANTI ADA SIANIDANYA TERUS KAMU MATI MUDA GIMANA?!" ucap Allena hiperbola.

ALGIO [SEGERA TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang