part 14

16 8 0
                                    

"Kenapa enggak?"

"Sama Arga aja sana." usirnya kejam.

"Aku gak suka sama Arga, sukanya sama kamu! Aku suka kamu Gio,"

"Gue gak suka sama lo." jawab Gio dingin.

"Terus kapan dong?" Allena berkata sedih.

"Kapan kamu terima aku?"

"Gak akan." Gio berucap menusuk lalu kembali melangkah pergi dari sana.

"Allena, lo di suruh pak Doni ambil sapu di gudang belakang. Lo lagi piket kan?" ucap Windy yang merupakan teman sekelasnya.

Allena mengangguk singkat sembari menghapus bekas tulisan di papan
tulis.

Setelah selesai membereskan taplak meja, Allena bergegas pergi keluar kelas untuk menuju gudang. Dahinya berkerut heran ketika melihat gerombolan anak cheers sedang menunggunya di sana.
Otaknya kembali berputar.

Tadi Windy mengatakan jika Pak Doni
yang menyuruhnya untuk kesini, dan ia baru sadar sekarang dirinya sedang dijebak.

Allena hendak berbalik tetapi tangannya sudah di tarik kencang kemudian salah satu dari mereka mendorongnya hingga tersungkur ke bawah.

"Heh cewek gatel!" Luna memandangnya rendah.

"Lo jadi orang jangan caper ke Gio deh! Najis banget jadi cewek begitu!" kata Luna ketus. "Lo pikir gue takut sama lo?"

Bukannya takut justru Allena tertawa sinis. Kemudian Allena berdiri dari jatuhnya sambil menepuk-nepuk rok abu-abunya yang sedikit kotor terkena tanah. Allena berdiri di depan Luna dengan wajah yang emosi.

"Kenapa? Takut kalah saing? Ngaca! Lo yang cari muka ke dia dengan cara lo ikutin semua dari gue. Lo pikir gue gak tau kalau lo juga pake bando yang sama, bahkan lo
juga ikutan beli kalung kupu-kupu ini biar sama kayak gue?" Allena menunjukkan sebuah kalung kupu-kupu di lehernya. Kalung pemberian Gio. "Lo kali yang ngefans sama gue."

"Sialan lo!" Luna mendorong kepala Allena dengan tangannya membuat kepala Allena terbentur dinding cukup kencang.

Lalu Luna menjambak rambut panjang Allena yang terurai hingga kepalanya
mendongak keatas.

"Gue peringati jangan deketin Gio lagi! Lo itu cewek sampah yangnsuka selingkuh! Anak gak punya orang tua! Kakek lo aja kerja di rumah gue, gue bisa suruh Bokap gue pecat dia kapan aja!" desisLuna mengancamnya.

"Kalau sampai lo aduin ke Gio, gue pecat kakek lo!" Luna menghempas tubuh Allena begitu saja, setelah itu meninggalkannya
sendirian

Allena merintih kesakitan. Kepalanya berdengung membuat matanya
membuyar. Ia meringis memegang kepalanya kuat-kuat karena rasa
sakit itu.

Allena menatap ada cairan darah di tangannya setelah ia memegang dahinya. Tubuhnya terduduk dengan tangan yang
menahan luka di dahinya agar darah itu tidak menetes terus menerus. Pusing. Kepalanya sangat pusing.

Kesadaran Allena perlahan mulai menghilang. Matanya menutup hingga semua pandangannya
menjadi gelap.

                                    ☆☆☆

                               (room chat)

Kenzo: HAI EPRIBADEHH!!!

Samuel: WOI LO MASIH UTANG GUE 500 PERAK!!

Kenzo: Ya Allahh 500 perak doang anjim! Relain napa

Samuel: Itu berguna! Biasanya gue belanja butuh recehan

Juna : PELIT BANGET SETAN!

Septian : Lo pada liat grup sekolah gak?

Kenzi : Ada berita apa tuh?

Septian : Ada anak hilang

Samuel: emang di sekolah kita ada anak hilang? Ini udah jam 8 loh masa anaknya di culik?

Juna : Hah? Siapa buset kasian banget anaknya, cewek kah?

Septian: Gak tau itu info dari guru kalau anaknya itu belum balik dari tadi di sekolah

Kenzo : Ya telepon dong anaknya sekarang zaman udah canggih bro!

Septian: Udah tuyul! Gak aktif katanya, siapa sih? Gue pengen cari deh kasian banget.

Reza : Kata cewek gue, lo pada lagi sama Allena gak? Allena belumbalik-balik dari tadi siang

Samuel : Nah! Starla juga nanya hal yang sama nih

Septian : ALLENA? ANAK HILANG ITU ALLENA??

Tatapan Gio terpaku setelah membaca isi perdebatan teman-temannya.

Gio lalu melempar ponselnya di kasur lalu membukagorden jendela yang menampakkan kamar Allena yang masih gelap.

Tidak ada tanda kehidupan pada kamar itu padahal biasanya di jam-jam segini pasti Allena suka mengganggunya.

Gio mengambil jaket dan kunci mobil karena malam ini hujan turun begitu deras. Langitnya sudah menggelap. Pikirannya tertuju pada gadis itu. Suasana hatinya tampak tidak tenang. Bagaimana jika
Allena benar-benar di culik?

Rintikan air hujan itu terasa semakin kencang membuat suhu ruangan di dalam mobil menjadi semakin dingin. Gio membawamobil itu di atas kecepatan rata-rata.

Hatinya yang membawanya untuk pergi menuju sekolah. Ia harap Allena bukan di culik. Gio memarkirkan mobilnya di depan pintu gerbang sekolahnya.

Lalu Gio turun membuat tubuhnya langsung di sambut oleh derasnya hujan. Ia tidak peduli badannya basah kuyub. Gio dengan cepat memutar otaknya. Tidak ada pilihan lain selain memanjat pintu gerbang belakang.

Dengan nekat Gio memanjat pintu tinggi itu lewat pohon sebagai topangan kakinya agar bisa naik.

Setelah itu, Gio langsung memeriksa ke seluruh pelosok sekolah mulai dari lantai bawah sampai lantai ke tujuh. Laki-laki itu
memeriksa dari kelas ke kelas lain. Namun nihil karena tidak ada Allena di sana.

Tiba-tiba ia teringat ada satu area lagi yang belum ia periksa, yaitu area gudang belakang. Gio segera berlari ke sana dengan harapan bahwa Allena masih berada di sekolah.

Tubuhnya terpaku ketika melihat seorang gadis yang terkapar di lantai dengan darah yang sudah mengering di pelipisnya.

"All?" panggil Gio sambil berjongkok di depan gadis itu.

"Hei, bangun," Gio menepuk-nepuk pipi Allena pelan. Tetapi mata Allena masih terpejam.

Hujannya masih deras. Tidak mungkin Gio membawa Allena dan membiarkan perempuan itu terguyur hujan. Namun luka Allena harus segera di obati.

Gio membuka jaket Xenom-nya. Untung saja jaket itu anti air sehingga bagian dalamnya tidak basah. Segera ia menutupi tubuh
kecil Gio dengan jaket itu karena hawanya sangat dingin.

Kemudian Gio kembali berlari keluar sekolah untuk mampir ke warung dekat sana. Tubuh Gio benar-benar basah bahkan rambutnya juga basah.

Dengan tubuh yang menggigil, Gio mendekati ibu penjual warung
itu. "Permisi Bu, ada jual obat merah sama kapas?"

"Eh? Kenapa gak pake payung, Nak? Ada-ada sebentar ya," Ibu
dengan kerudung hitam itu mengambilkan barang apa yang Gio sebutkan.

Lalu mengikatnya di dalam kantong plastik dan memberikannya pada Gio. "Totalnya tujuh ribu aja"

#Pensi #eventpensi #pensivol13 #teorikatapublishing

ALGIO [SEGERA TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang