part 18

12 10 0
                                    

Satu jam berlalu begitu cepat. Allena masih berada di tempatnya untuk menjaga Gio, takut cowok itu butuh sesuatu. Padahal Gio bisamelakukannya sendiri namun begitulah sifat Allena-selalu mengkhawatirkannya meski itu hanya hal sepele.

Allena melirikkearah jam dinding yang sudah menunjukkan pukul 00:15, matanya
sudah mengantuk berat.Allena lagi-lagi menempelkan tangannya di kening Gio yang masihterasa panas.

Sementara laki-laki itu tertidur tetapi tidak pulaskarena Allena dapat melihat dahi Gio yang berkerut. Jari Allena mengusapnya pelan dan beralih mengelus rambut hitam Gio.

"Jangan sakit lagi ya?" ucap Allena berbisik tepat di telinga Gio sambil memperhatikan wajah cowok itu dari samping.

"Gi, pindah ke kamar aja biar tidurnya enak. Di sini kan sakit kamu gak bebas guling-guling. Mau pindah gak?"

Tidak ada sahutan sama sekali membuat Allena menghela napas.Sungguh kini Allena sangat mengantuk. Gadis itu akhirnya
menelungkupkan kepalanya di atas meja dengan kedua tangansebagai tumpuannya.

"Cepet sembuh Giosayang, selamat malam." kata Allena sebelum matanya yang sudah berat itu terpejam dan tidak sampai 10 menit ia pun terlelap.

Sinar matahari dengan malu-malunya menembus kaca jendela sampai membuat tidur Allena terganggu karena silaunya. Allena mempererat pelukannya pada selimut besar yang menutupi tubuhnya.

Kasur ini terasa sangat nyaman serta wangi aroma mint yang semakin membuat Allena betah untuk tiduran di atasnya.

TUNGGU DULU!

KASUR? ALLENA TIDUR DI KASUR?

Mata Allena langsung terbuka lebar dan terduduk kaku. Ia mengamati area di sekitarnya. Allena melotot ketika menyadari inibukan kamarnya melainkan kamar laki-laki. Warna di ruangan ini dominan ke hitam dan putih. Sangat monoton.

"Kayaknya perasaaan gue semalem tidur di meja kenapa sekarang pindah lagi ke kasur?" Allena bermonolog sendiri.

Allena lalu turun dari kasur kemudian berjalan untuk keluar kamar menuju ruang tamu. Wajahnya kembali bingung karena tidakmenemukan sosok Gio di sana.

Hidungnya mencium aroma masakan yang menyerbak keluar dari arah dapur membuat perut Allena langsung keroncongan.Perempuan itu segera pergi menghampirinya.

"Gi lagi masak apa? Enak banget wanginya," Gio terkejut dengan kedatangan Allena yang tiba-tiba sudah berdiri di sebelahnya.

"Kok kamu bisa masak sih? Pinter banget deh calon suami aku. Nanti aku belajar masak deh biar gak malu-maluin banget jadi calon istri,"Ngomong-ngomong kamu yang pindahin aku ke kamar ya? Terus
kamu tidur mana? JADI GIO GENDONG All KE KAMAR?" teriak Allenamenggelegar membuat Gio mengusap telinganya yang berdengung.

"Gue seret!" jawab Gio ketus sambil membawa dua piring berisi nasi
goreng itu ke meja makan.

Allena tersenyum manis kemudian duduk di depan Gio. Keduanya dibatasi oleh meja makan yang terbuat dari kaca tebal. Rumah Gio memang dilengkapi dengan barang-barangnya sudah tidak perlu
diragukan lagi harganya.

Keluarganya sangat kaya, memiliki bisnis batu bara yang sangat besar di Indonesia. Dan juga keluarga Rahendra aktif dalam bisnis Hotel dan Resort.

Kalau kalian ingin tahu, itu semua akan diturunkan kepada seorang Algio Rahendra Adipati untuk meneruskan bisnis tersebut. Bayangkan seberapa makmur hidup istri dan anaknya nanti.

"Gio kamu masih demam gak? Coba sini aku cek." Allena menaruh tangannya di dahi Gio membuat cowok itu terdiam terkejut
menatapnya.

Kurva senyum Allena terbit di bibir manisnya. Ia menghela napas lega karena suhu tubuh Gio menurun.

"Jangan sakit lagi, jaga kesehatan. Kalau kemarin gak ada aku siapa yang bakal rawat kamu? Jangan suka bergadang terus, kerja boleh tapi jangan terlalu paksain diri itu gak baik." ucap Allena.

"Kamu baru sembuh, banyakin istirahat." lanjutnya kemudianmengambil sendok dan garpu untuk Gio. Setelah itu Allena mengambil sendok dan garpu untuk dirinya juga.

"Selamat makan! Aku seneng deh bisa makan sama kamu," ujarAllena seraya memasukkan satu sendok nasi goreng ke dalammulutnya dengan lahap.

Uniknya perempuan itu selalu bertingkah
menjadi dirinya sendiri di depan Gio sekali pun. Tidak peduli dengan imagenya.

"Aku seneng banget kamu baik sama aku dan udah buatin makanan. Gi, aku masih nunggu kamu kok. Aku masih berharap kita balik kayak dulu, seenggaknya kamu maafin aku, boleh kan? Aku minta maaf,"

Kesadaran Gio kembali pada kenyataan semestinya. Hampir saja Gio terbawa suasana dan untung saja otaknya cepat sadar. Tidak seharusnya Gio seperti ini, ia tidak boleh memberikan harapan lagi
pada cewek itu.

"Abis ini lo pergi dan jangan peduliin gue lagi." kata Gio mengusirnya. "Lo buat gue muak."

Kenapa? Kenapa secepat itu?

                                     ☆☆☆

Kenzo meremas kertas ulangan kimia-nya setelah melihat nilai angka 45 yang dicoret besar-besar dengan tinta warna merah.

Mulutnya sedari tadi tidak bisa diam menggerutu dan menghina guru berkepala botak itu. Juna tertawa kencang meledeknya karena nilai cowok itu lebih tinggi dari pada Kenzo. Tahu nilai Juna berapa? 46.

"HEH KOLOR ULTRAMAN! NILAI LO SAMA GUE CUMA BEDA SATU POIN YA KAMBING!!" Kenzo memukul bahu Juna dengan kepalan tangannya.

"Gue bersyukur banget ya Allah! Gue dapet 65 kimia!! Kalau nyontek Reza sama Gio pasti bagus tapi bangkunya dipisah sama si botak!" celutuk Samuel.

"Yang paling tinggi siapa?" tanya Septian.

"Bukan gue." jawab Reza. "Gue 98 dong soalnya satu nomor kurang lengkap."

"GI LO BERAPA Gi?! SAMPE LO BAGUS HARUS TRAKTIR!" seru Kenzo tidak tahu diri.

100." jawab Gio singkat.

"Emang tadi lo nyontek siapa Jun?" tanya Samuel penasaran.

"ITU NOH SI SITl! PADAHAL IMBALANNYA GUE KASIH NOMORNYA SI SAMUEL LOH BIAR DIA SENENG! TAUNYA REMIDI JUGA BANGKE!" omel Juna tak terima.

"Nomor gue?! Enak aja lo kasi-kasi nomor gue! Gak-gak nanti si Starla ngomel kalau tau, gue lagi yang kena!" Samuel melempar
tissu bekas lap keringatnya ke Juna karena kesal.

Juna menyengir tanpa dosa lalu menyenggol Samuel untukmembujuknya agar tidak ngambek. Kalau Samuel marah bisa mati ia
karena tidak diberi hotspot kuota suatu hari nanti

"Dia suka sama lo soalnya El, masa gue kasih nomornya Kenzo, ntar dia yang ngamuk." ucap Juna membela diri.

"Tapi sama aja lo remidi! Awas aja nanti kalau si Siti chat gue. Gue tebas pala lo ntar!"

"ANJIRR NI GIMANA?!! MAU NANGIS GUE, NANTI ΑΡΑ ΚΑΤΑ EMAK GUE! BISA-BISA GAK DIIZININ NONGKRONG BARENG LO PADA!" ucap Kenzo sok-so menangis sambil mengusap air mata palsunya.

"Makanya lo jangan joget tiktok mulu! Pernah Fyp gak lo ngomong-ngomong?" Septian bertanya padanya.

"Pernah satu video pas ada setengah muka Gio. Sumpah tuh cowok ajaib pisan, heran gue emaknya kasih makan apaan bisa hoki gitu mukanya.

Samuel terbahak keras. "Muka lo gak laku Zo! Makanya harus oplas biar jadi kembaran jeon jong-kook!"

"Jangan dong, ntar jeon jungkook-nya minder kalah ganteng sama gue," jawab Kenzo kelewat PD.

"NAJIS!!" seru teman-temannya bersamaan kemudian mereka tertawa bersama sampai suaranya memenuhi lorong kelas.
Di jam-jam menjelang istirahat kedua mereka biasanya pergi ke kantin mang ujang untuk membolos karena setelah ini adalah jam pelajaran Bahasa Inggris dan bertepatan Pak Dodi sedang tidak masuk, jadi mereka ingin bersenang-senang hari ini.

#Pensi #eventpensi #pensivol13 #teorikatapublishing

ALGIO [SEGERA TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang