Kakek jawab yang jujur, kenapa?" Allena kembali bertanya.
"Kecopetan?"
Tebakan Allena benar. Terbukti kakeknya hanya diam saja tidak menjawab pertanyaannya. Takut cucunya semakin kepikiran.Allena mengarahkan pandangannya pada sepeda kakeknya yang juga sudah lecet di bagian pinggir dekat pedal serta rantainya copot.
"Maaf hari ini kakek gak sempat beli makanan untuk kamu,"
"Gak pa-pa, tadi istirahat Allena gak makan jadi bekalnya masih utuh. Itu buat kakek aja, Allena gak laper kok." ucap Allena kembali tersenyum.
"Uang kamu masih ada buat naik angkot? Biar kakek yang jalan kaki."
"Gak pa-pa kita sama-sama jalan kaki aja, lagian sehat kok jalan
kaki."Allena membawa alih sepedanya agar kakeknya tidak perlu kelelahan mendorong sampai rumah.
Tanpa Allena sadar, Gio memperhatikan mereka dari arah pintu utama lorong. Ini yang membuatnya terkesan dengan gadis kuat itu.
Allena selalu terlihat menikmati apapun di dalam hidupnya. Gio tahu jika orang tua Allena telah bercerai dan ia takjub melihat cewek itu dengan rapat menutup kesedihannya dengan senyuman.Senyuman yang mampu membuat orang sekitarnya tertipu oleh sifat cerianya.
"Len," panggil Gio setelah berdiri di belakangnya sehingga Allena
menoleh terkejut.
"Gue bawa mobil. Mau bareng?
☆☆☆
Matahari sudah tampak berwarna jingga ditambah langit juga semakin menggelap yang tandanya sebentar lagi akan menjelang malam.
Gio memarkirkan mobilnya setelah mengikuti Allena dan kakeknya yang baru saja sampai rumah setelah berjalan kaki dari sekolah.
Gadis itu menolak dengan alasan takut merepotkan. Jika kalian pikirnGio akan memaksa atau memohon pada Allena, kalian salah besar.
Cowok itu tidak memaksanya, yang penting ia sudah berbaik hati menawarkan tumpangan. Tidak peka? Sebutlah seperti itu.
Begitu Gio membuka pintu rumahnya, suara teriakan nyaring menyambutnya. Gavin berlari menghampiri Gio lalu memeluk pinggang kakaknya sambil menangis.Mata Gavin mengarah kepada seorang laki-laki yang sedang duduk bersantai di atas sofa. Aliran darahnya mendidih seketika.
"Ngapain lo di sini?!" desis Gio tajam kepada kakak tertuanya, Devano.Devano menyungging senyum. Laki-laki berparas tinggi itu menghembuskan asap rokoknya sembarangan membuat seisi
ruangan tercemar oleh bau rokok.Selisih umur Devano dan Gio hanya berjarak 1 tahun. Tetapi Devan tidak naik kelas mau tidak mau mengulang kembali ke kelas XII.
"Ini juga rumah gue. Kenapa Mentang-mentang lo anak kesayangan papa jadi sok berkuasa?" ucap Devano.
Gio menatap Gavin yang masih menangis. "Apin diapain?" tanya Gio melembut.
"Disundut rokok." Jawaban Gavin semakin membuat Gio kapalang
emosi.Cowok itu menatap lengan Gavin sudah memerah.
"Berengsek!" umpat Gio berjalan mendekatinya. Ia menarik kerah baju Devano dan menyeretnya sampai pintu keluar.Gio lalu dengankencang menghempas tubuh kakaknya hingga terjatuh ke tanah.
"PERGI LO DARI SINI! GAK PANTES LO JADI KELUARGA RAHENDRA!" bentak Gio
Devano membalasnya dengan tertawa sinis. Kemudian membalas perbuatan adiknya itu dengan cara mencengram baju Gio."GUE INI ABANG LO GIO!"
"Pantes lo disebut abang? KEMANA LO PAS MAMA MASUK RUMAH SAKIT?! GAK ADA OTAK LO!" Gio menepis kasar tangan kakaknya."Emang dasarnya penyakitan gimana?" balas Devano tidak tahu diri.
Dengan ganas Gio memukul kepala tempurung cowok di depannya.
Devano mundur beberapa langkah ke belakang seraya memegang bagian bekas pukulan Gio yang terasa nyeri.
"Jangan pikir lo lebih tua terus gue takut? Enggak Devan!" gertak Gio dengan dada yang naik-turun, menahan amarahnya.
"Kurang apa sih, Gi? Semua harta lo rebut, kasih sayang mama lo juga rebut, kepercayaan papa juga lo rebut! Harusnya itu semua milik gue!" kata Devano menggebu-gebu membuat Gio terdiam.
"Seharusnya papa pilih gue buat nerusin perusahaannya! TAPI KENAPA CUMA LO YANG DIPANDANG SAMA MEREKA?!" Devano membentaknya.
"Gue juga gak berharap dapat gelar itu. Gimana papa gak percaya sama lo sedangkan lo-nya aja malas kerja." jawab Gio kali ini lebihntenang tetapi matanya tetap menusuk."Hidup lo berfoya-foya tapi mau nerusin perusahaan papa?"
"Sadar diri Devan, lo itu pecundang!" lanjut Gio melontarkan kata-kata pedasnya.
Devano mengepalkan tangannya kuat. Tetapi laki-laki itu tidak berani pada Gio. Jika saja Devano mengikuti egonya, yang ada permainannya untuk menghancurkan Gio akan gagal.Devano tersenyum sinis sambil menatap Gio penuh dendam.
"Gue bakal kalahin lo, Gio! Inget itu!" Devano menunjuk tepat di wajah Gio membuat cowok itu langsung menepis tangan Devano hingga tangan itu menjauh dari wajahnya.
"Allena."Kaki Gio langsung berhenti melangkah ketika mendengar nama Allena disebut.
"Gue akan pakai pacar lo buat hancurin lo."
Gio menggeram tertahan. "Jangan bawa nama dia lagi. Gue sama dia udah putus!"
"Tapi dia masih jadi kelemahan lo kan, Gi?.☆☆☆
Baru saja Gio ingin berbaring, pintu kamarnya tiba-tiba digedor-gedor kencang disusul oleh suara teriakan seseorang. Siapa lagi kalau buka Gavin, adiknya yang bawel.
"BANGG GIOO!!!! HELLLOWWW!!"
"BANGG BUKAA BANG ADA HANTUU!!"
"BANG GIOO!!! INI APIN BERAK DICELANA GIMANA CEBOKNYA YA??!"
"BANG GIOO BUKA DONGGGG!! APIN TAKUT SENDIRIAN DI LUAR!!"
"BANG---krut." ucap Gavin terpotong ketika pintu kamar itu dibuka dan terlihatlah sosok Gio yang tengah menatapnya datar.Tanpa persetujuan dari Gio, Gavin langsung nyelonong masuk saja lalu naik ke atas kasur kakaknya yang terasa dingin dan harum.
"Bang Gio! Apin bosen ayuk main!!" Gavin mengoceh. Bocah berumur tujuh tahun itu melompat-lompat di atas kasur.
"Apin, turun!" ucap Gio tegas yang langsung dituruti oleh Gavin.
Kemudian Gavin mendekati Gio yang sedang menyiapkan buku pelajaran untuk besok sekolah.
"Bang! Ajak kak Allena kesini dong, biasanya Avin diajak main sama pinguin." ujar Gavin mengganggunya.
"Udah kerjain PR belum?" Gio mengalihkan pembicaraan. Ia tidak ingin membahas tentang gadis itu lagi.
"Udah tadi," jawab Gavin. "Bang, tadi papa udah pulang tapi Apin takut liat papa," kata Gavin membuat Gio sontak menoleh.
"Kenapa?"
"Apin takut sama papa, soalnya tadi ulangan dapet 55. Nanti kena omel," keluh Gavin sambil cemberut lucu.
"Makanya belajar jangan main terus,"
"Emang abang gak bosen hidupnya gitu-gitu mulu? Apin aja stres liat abang belajar terus, kalau gak belajar pasti bantu papa kerja."
Gavin meledeknya sambil menatap Gio yang tengah berkutat dengan laptopnya. Gio memang jika ada waktu senggang suka sibuk mencari bahan pelajaran di Google agar pengetahuannya lebih luas.#Pensi #eventpensi #pensivol13 #teorikatapublishing
selamat wekeend manteman jangan lupa makan karna kita butuh asupan bukan harapan🫂🫂
KAMU SEDANG MEMBACA
ALGIO [SEGERA TERBIT]
Teen FictionAlena Aruninka dikenal sebagai seorang gadis cantik yang ceria, hurmoris dan pantang menyerah. Kegagalannya dulu menyia-nyiakan Gio membuatnya bertekad untuk mendapatkan cowok itu kembali, namun sayangnya Gio telah membencinya. Saat Alena mengejar...