part 04

19 10 0
                                    

"Katanya first love anak perempuan itu adalah ayahnya, nyatanya aku ga seberuntung itu"

Allena baru saja hendak menuruni anak tangga. Namun ia urung ketika melihat ayahnya yang sedang duduk bersantai di sofa ruang tamu sembari menonton acara televisi.

Selama ini memang ayahnya masih hidup namun kehadirannya seperti tidak ada di dalamhidupnya.

Tugas seorang ayah adalah menafkahi anak dan istri. Tetapi itu semua tidak berlaku bagi Daniel yang bahkan enggan menatap
Allena.

Yang membiayai sekolah Allena adalah ibunya walaupun wanita itu tidak pernah mengunjunginya. Terkadang hanya sebatas
videocall saja.

"Heh! Mau kemana kamu?!" tanya Daniel ketika Allena melintas di depannya.

"Apa peduli papa?" jawab Allena dingin.

"Kurang ajar! Sini kamu!" Teriakan Deniel membuat Allean tersentak.

Kakinya masih tetap diam tanpa mempedulikan suruhan ayahnya.

KESINI KAMU ANAK SIALAN!" Ayahnya masih berteriak.

Melihat Allena tidak bergeming akhirnya Daniel bangkit menghampiri Allena.Dengan kuat tangannya menarik rambut Allena sampai gadis itu meringis menahan sakit.

"Ajaran siapa kamu seperti itu?!" Daniel membentaknya.

Allena tersenyum sinis. "Emangnya papa pernah ajarin Allena? Papa cuma sibuk sama dunia papa sendiri! Gak becus di sebut ayah!"

kata Allena yang langsung mendapat sebuah tamparan kencang di pipi kanannya.

"DASAR ANAK HARAM! SAYA MENYESAL PERNAH KETEMU KAMU! HARUSNYA SAYA DULU MINTA MAWAR GUGURKAN KAMU SAJA!"

Tangan Allena meremas bajunya kuat. Mata dan pipinya memanas. Cairan bening itu ingin keluar tetapi segera Allena mengusapnya kasar. Ia tidak boleh menangis.

Allena menatap Daniel dengan matanya yang sudah memerah.

"Iya. Allena juga nyesel lahir di dunia ini. Terserah papa mau ngomong apa. ALLENA GAK PEDULI!" teriak Allena di depan wajah ayahnya.

Maaf jika Allena keterlaluan namun hatinya sangat sakit dan sudah muak dengan ayahnya.

Tanpa menunggu apa-apa lagi, Allena berjalan kearah dapur untuk mengambil kue kering yang nantinya akan ia berikan untuk Gio atas suruhan kakeknya. Lagi-lagi Allena menghapus air matanya. Cinta pertamanya telah gagal.

Menurut Allena, ayahnya itu adalah patah hati pertama yang pernah ia rasakan. Mungkin Allena memang anak haram tetapi ia juga tidak meminta untuk dilahirkan seperti itu.

Justru benar, seharusnya
Mawar, ibunya mengugurkannya sejak dulu. Tangan Allena mengetuk pintu rumah Gio.

Jika kalian belum tahu, rumah Gio dan Allena itu bersebelahan. Jaraknya hanya dibatasi oleh perkarangan rumah dan pagar saja.

Dulu ketika masih pacaran Allena sering mengunjungi Gio ke rumahnya dan sebaliknya Gio pun begitu.

Yang ditunggu-tunggu pun datang. Terlihat seorang bocah laki-laki berusia 7 tahun itu menatap Allena terkejut.

ALGIO [SEGERA TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang